webnovel

Prasangka Buruk

Reflek aku langsung berdiri saat kulihat seseorang berjalan dengan santainya melewati kelasku.

Kaki ini bergerak keluar dari kelas, dan mengikuti langkah sosok itu.

Langkahku terhenti saat melihat Naya menghampiri sosok itu, dan mengobrol singkat dengan senyum begitu lebar.

Tante Yuyun terlihat sangat akrab dengan Naya, begitu pun dengan anggota Roullete lain yang kini merubunginya.

Kupikir, Tante Yuyun tidak akan suka dengan Roullete karena membawa pengaruh buruk bagi Bambang, tapi nyatanya ia terlihat santai saja berada di dekat mereka.

"Lihatin apaan lo?"

Aku tersentak kaget mendengar sebuah suara dari arah belakangku. Tidak perlu menoleh untuk melihat siapa di sana karena aku cukup hapal dengan suara pria itu.

Aku menghela napas panjang, kemudian berbalik menghadap Paijo.

"Jaket kamu udah aku kembaliin!" seruku pelan.

"Gue nggak lagi nanyain jaket!" sinisnya.

Sungguh, entah ini berlaku untukku saja, atau kepada semua orang. Kenapa pria yang satu ini selalu bersikap sinis?

Aku tersenyum tipis, lalu berjalan melewatinya untuk kembali ke kelasku. Rasanya aku tidak memiliki cukup tenaga untuk berdebat dengannya. Dan lagipula, dia adalah pria yang harus kuhindari di sekolah ini agar aman dari para gadis yang menggila karenanya.

"Gue belum selesai ngomong!"

Lagi-lagi langkahku terhenti. Ayolah, ada apa dengan pria ini? Seolah ada yang bisa aku dan dia bicarakan saja selain mengenai jaket yang tempo hari ia pinjamkan.

Aku mencoba sebisaku untuk tersenyum, dan berbalik menatap mata elangnya yang tengah menatapku tajam.

"Apa yang lo lihat, jangan sampai tersebar, atau lo bisa dalam masalah!"  ancamnya.

Tawaku pecah begitu saja. Pria ini sungguh aneh. Ada apa dengannya?

"Hei, memangnya apa yang aku lihat? Dan kenapa harus tersebar?"

"Tante Yuyun yang akrab sama anak-anak Roullete yang terkenal bandel! Kalau sampai lo nyeritain ini ke nyokap lo, terus nyebar ke temen-temennya yang bisa bikin Tante Yuyun dalam masalah, habis lo sama gue!"

Sial! Pria macam apa yang bisa mengancam perempuan seperti itu? Apa dia tidak pernah diajari sopan santun?

Aku bergerak cepat menghampirinya, berdiri tepat satu meter di hadapannya.

"Bukan masalah besar kalau Tante Yuyun deket sama kalian! Nggak akan ada yang peduli, sekalipun itu ibuku! Dan, kalaupun ibu tahu, dia tidak akan memberitahu siapa pun, karena itu sungguh bukan sifatnya!" geramku.

Bukankah secara tidak langsung, ia menuduh ibu sebagai penyebar gosip? Pria ini sungguh lancang!

"Bagus kalau emang gitu! Tapi, gue tegesin sekali lagi, jaga mulut lo!" ketus Paijo.

"Sialan, kamu itu yang harus tutup mulut! Dari tadi yang ngoceh dan terus nuduh orang itu, 'kan kamu!"

Oh Tuhan, aku nyaris saja berkata kasar. Beruntung aku bisa menahan emosiku.

Paijo tidak menyahut lagi, ia hanya terus menatapku dengan tatapan tajam.

Tidak bisa begini. Ini hanya akan terus membuang waktu. Aku pun segera berbalik dan meninggalkan Paijo dengan kesal.

Saking kesalnya, aku menjadi malas masuk kelas meski bel pertanda masuk sudah berbunyi. Aku terus berjalan menuju ke lapangan indoor, dan duduk di bangku pinggir lapangan.

Beruntung tidak ada siapa pun yang ada di sini.

Tunggu, kenapa aku begitu kesal dengan pria yang satu itu? Seharusnya kuabaikan saja dia dan wajah juteknya itu.

Menyebalkan sekali, padahal aku tidak memiliki niat buruk apa pun pada Tante Yuyun. Dia orang baik, Bambang juga sudah banyak membantuku, jadi untuk apa aku melakukan sesuatu yang buruk di belakang mereka? Aku bukan penggosip, Paijo sialan!

"Woi, udah waktunya masuk kelas tuh!"

Aku tertegun mendengar sebuah suara yang menggema pelan di dalam gedung ini. Reflek aku langsung menoleh ke sana-sini untuk mencari arah suara itu.

Oh, sungguh sial! Mungkin ini bukan hari keberuntunganku. Kenapa aku harus selalu bertemu dengan anggota Roullete?

Aku merengut kesal melihat si pria jangkung yang kuketahui bernama Gepeng itu tengah berjalan ke arahku. Aku yakin itu bukan nama aslinya, memangnya orang tua mana yang mau menamai anak mereka seperti itu? Bukankah nama adalah doa?

"Kenapa lo lihatin gue kayak gitu?" tanya Gepeng kebingungan.

Aku langsung mengalihkan pandanganku ke arah lain.

"Lo nggak denger bel masuk udah bunyi? Sana ke kelas!" seru Gepeng sambil mengambil sebuah bola basket yang tergeletak tak jauh dari tempatku duduk.

"Anak Roullete itu emang hobinya ngurusin urusan orang ya?" ketusku.

Oh, tidak! Kurasa aku terlalu terbawa perasaan. Gepeng bahkan tidak melakukan atau mengatakan apa pun yang menyinggungku, kenapa aku harus begitu ketus padanya?

Di luar dugaan, bukannya kesal dengan ucapanku, Gepeng malah terkekeh pelan. Pria itu lalu mendribel bola dan memasukkannya ke ring.

"Gue nggak tahu, ada berapa banyak anak Roullete yang kebetulan ngurusin urusan lo atau orang lain! Gue tadi cuman nyapa dan basa-basi doang! Gak perlu kesel kayak gitu!"

Benar juga.

"Maaf, aku lagi badmood, jadi ngelantur ngomongnya." aku menunduk malu.

Kekehan pelan terdengar renyah dari arah pria itu.

"Lo lagi kesel sama siapa? Bambang? Atau Paijo? Gue denger kemaren lo di bully gara-gara dia?!"

Tepat sekali!

"Kamu tahu dari mana?" Aku langsung mendongak menatap Gepeng.

"Naya yang cerita. Dia cerita, biar Jo nggak ngelakuin sesuatu yang bisa bikin lo kena bully lagi."

Oh, ide bagus.

"Ngomong-ngomong soal Paijo, apa dia emang kayak gitu, ya? Suka sinis dan jutek banget sama orang? Well, aku nggak ngerasa bikin salah apa pun sama dia, tapi dia kelihatan kesel gitu tiap kali lihat aku!"

Gepeng terdiam. Ia menatapku lekat-lekat, namun setelahnya, ia tertawa dengan renyah.

Oke, bagian mana dari kalimatku yang terdengar lucu.

"Paijo itu, orang yang suka tebar pesona. Dia itu selalu baik sama semua perempuan. Kalau dia nggak baik sama lo, berarti ada dua kemungkinan!"

"Apa?"

"Dia nggak suka sama lo, atau dia suka sama lo!"

Huh, apa Gepeng sedang melawak sekarang? Kemungkinan pertama cukup masuk akal meski aku tidak tahu apa yang pernah kulakukan hingga dia membenciku. Tapi, kemungkinan kedua? Normalnya, seseorang akan bersikap baik pada orang yang disukainya, jadi apa yang Gepeng pikirkan hingga sampai pada pemikiran itu?

"Kemungkinan pertama lebih terdengar masuk akal!" seruku pelan.

Lagi-lagi Gepeng terkekeh pelan.

"Nggak usah terlalu dipikirin! Paijo, ataupun anak Roullete yang lainnya, nggak akan pernah bikin masalah, atau nyusahin lo!"

"Kenapa gitu?"

"Karena lo seseorang yang harus Bambang jaga. Jadi, otomatis lo juga jadi seseorang yang Roullete harus jaga!"

Aku tertegun mendengar ucapan Gepeng. Terdengar cukup keren. Tapi ....

"Kalian nggak perlu ngelakuin itu. Aku nggak perlu penjagaan kalian! Aku baik-baik aja, jadi nggak usah banyak drama!"

Aku tahu, mungkin ucapanku terdengar sangat kasar, tapi aku hanya mencoba mengatakan apa adanya.

Aku baik, semua berjalan dengan baik, dan tidak ada siapa pun yang ingin menyakitiku. Lagian aku bukan anak kecil lagi, aku tidak butuh penjagaan.

"Bambang menjagaku karena permintaan ibuku, tapi kalian berbeda, kalian nggak harus melakukan itu!" aku langsung beranjak meninggalkan gedung setelah mengatakan itu.

Next chapter