1 Childhood Dream

Anne bermimpi ....

Di taman belakang kerajaan Stonewell, ia berlari mengejar serangga bersayap sisik yang biasa disebut kupu-kupu, hal itu membuatnya lupa bahwa ia telah berlari sangat jauh. Bahkan, keluar dari area taman yang langsung menyosor ke dalam hutan rimbun yang sunyi.

Sang putri melihat cahaya terpancar di balik semak-semak yang gimbal. Cahaya itu perlahan menjauh dari penglihatan sang putri kecil yang bernama Roseanne. Ia mengendap dan mengikutinya.

Samar terlihat ketika cahaya itu berhenti di depan danau yang indah dengan pemandangan air segar nan jernih. Cahaya itu semakin memudar kala sang putri kecil mendekati. Ketika cahaya itu hilang perlahan, timbul lah makhluk bertubuh menyerupai manusia. Ia adalah seorang anak laki-laki tampan yang sedang berdiri tegap di depan danau. Anne pun menghentikan sejenak langkah kakinya seraya bersembunyi untuk melihat apa yang akan dilakukan anak lelaki tersebut.

Anak lelaki itu merentangkan kedua tangannya dan berteriak, "Mamaaaa ...." Ia membungkukkan badannya dengan derai air mata membasahi pipinya.

"Hei ...." Anne kecil berlari menghampiri anak laki-laki itu. Karena anak tersebut ketakutan, ia pun melangkah mundur perlahan. Anne berlari sekencang-kencangnya sehingga ia berhasil berdiri di hadapan si anak laki-laki tersebut.

Anne melihat wajah anak lelaki tampan itu tampak pucat. "Kamu siapa?" Tanya Anne yang bernapas terengah-engah. Anak laki-laki itu tak henti memandangi kedua bola sudut mata Anne yang berbinar dan berhasil membiusnya sehingga ia tampak kaku berhadapan dengan sang putri berambut pirang panjang bergelombang itu.

"Anne ... Anne ... Bangun!" Ruh Anne akhirnya kembali pada raga yang sedang berbaring di atas ranjang mewah berlapis emas. Deborah membangunkan Anne seraya membuka gorden berwarna emas yang terlihat mewah. Deborah adalah seorang anak pelayan di istana. Ia juga seorang sahabat Anne sejak kecil.

Anne bercerita pada Deborah tentang mimpinya bersama Albert, teman masa kecilnya dulu yang menghilang begitu saja. Mimpi itu terasa nyata sehingga Anne larut dalam balutan rindu pada Albert.

Deborah si pelayan sekaligus sahabat sang putri ini, merasa kasihan karena sang putri tidak hentinya menceritakan tentang Albert. Meski sebenarnya, Deborah tidak percaya bahwa Albert itu ada dan nyata. Selama ini, ia hanya berusaha menjadi pendengar yang baik untuk cerita khayalan sang putri.

KREK~~~

Suara pintu terbuka sehingga menghentikan mulut Anne yang sedang asyik berceloteh tentang laki-laki yang ada di dalam mimpinya pada Deborah. "Itu pasti dia," ujar Anne yang memberi tatapan tajam pada Deborah. Dugaan Anne benar, ternyata memang Nyonya Agatha sang ibu yang membuka pintu kamar Anne.

Deborah yang sebelumnya duduk di atas ranjang sang putri, langsung turun dan membungkukkan sedikit tubuhnya ketika Nyonya Agatha menghampiri Anne.

"Siapkan baju yang saya inginkan untuk Nona Anne, sekarang!" Nyonya Agatha melirik ke arah Deborah dan menitahnya.

"Baik, Nyonya." Deborah meninggalkan Nyonya Agatha berdua dengan Anne. Ia menatap mata Anne yang mengisyaratkan untuk tidak pergi. Tapi apa daya, Deborah harus menuruti semua perintah dari Nyonya Agatha.

Sang ibu menuntun Anne pergi ke kamar mandi tanpa berbicara sepatah kata pun. Pancaran wajahnya yang selalu datar, membuat Anne sulit menebak suasana hati sang ibu. Anne pun masuk ke dalam kamar mandi, sedang Nyonya Agatha menunggunya di luar pintu kamar mandi.

Anne takut pada wanita yang telah melahirkannya 21 tahun silam itu. Setelah hampir lima belas menit berlalu, Anne keluar dari kamar mandi. Wajahnya pucat dan matanya yang sembab . "Untuk apa kamu menangis?" tanya sang ibu.

Anne memakai gaun yang telah disiapkan Deborah. Gaun yang sangat cantik. Lalu sang ibu membantunya mengikat tali gaun yang berada di belakang.

"Ingat! Kamu harus menuruti apa mauku," Agatha menarik dan mengencangkan tali hingga anne terperanjat.

Dasar monster .... Desis Anne.

Anne dan ibunya pergi ke bawah untuk menyantap sarapan. Meja makan yang panjang dan penuh dengan makanan, menjadi saksi bisu bahwa sebentar lagi akan datang seorang laki-laki yang akan melamar anak perempuannya.

"Permisi, Tuan. Pak Bellany sudah datang," ujar salah satu pengawal.

"Halo ... Pak. Apa kabar?" Bellany dan ayah Anne saling menyapa. Lalu mereka pun duduk tenang. Ke dua bola mata Bellany menilik inci demi inci wajah Anne yang menunduk. Agatha memerhatikan sikap Bellany yang tampak tertarik pada putri semata wayangnya. Agatha menarik dagu Anne dan memberi senyum kecil pada Bellany.

Ke dua mata Agatha dan Bellany saling mengisyaratkan sesuatu. Acara sarapan pagi itu berlangsung cepat. Satu menit dua menit jarum jam total berputar. Perbincangan antara kedua kubu kerajaan itu menghasilkan sebuah kesepakatan bahwa, Bellany akan menikahi Anne.

Setelah semuanya selesai, Bellany pun berpamitan pada keluarga kerajaan Stonewell. Ia mencium tangan Anne. Gadis cantik itu membuang muka ketika mata nakal Bellany menatap wajahnya.

Suasana kerajaan saat itu sedang berbahagia karena akan ada pesta besar. Seluruh pelayan dan pengawal kerajaan sibuk mengerjakan tugasnya masing-masing untuk menyukseskan acara pernikahan sang putri.

Seperti yang telah diketahui, Anne tersiksa dengan adanya perjodohan ini. Anne menangis dalam pelukkan Deborah. Ia tidak mau menikah dengan Bellany. Sementara Deborah tidak bisa berbuat apa-apa.

Anne punya ide. Ia membisikkan ide nya kepada Deborah. Sang putri meminta Deborah membantunya. Tapi, ide sang putri kali ini sangat berisiko.

Pada hari yang sama, Anne mencoba kabur dari istana. Dengan dibantu Deborah, Ia melewati para penjaga dengan tenang.

Pukul 11 malam, Deborah dan sang putri berjalan menuju perkebunan istana. "Mau ke mana kalian?"  penjaga di pintu depan menjegal Anne dan Deborah. Mereka memberi alasan untuk mencari udara segar. Penjaga itu mengizinkan, tapi waktu mereka tidak banyak. Ia diperintahkan oleh Paduka Raja untuk tidak memberi akses keluar pada Anne.

Roseanne melanjutkan niatnya untuk kabur ketika sampai di Ladang perkebunan yang luas, sepi dan jauh dari jangkauan para penjaga. "Deborah, ku mohon lakukan ini demi kebahagiaanku!" Anne memeluk Deborah lalu berhasil sekencang-kencangnya.

Setelah Deborah memastikan Anne telah berlari jauh dari istana, Ia beraksi.

"Tolong ... Tolong ... Tolong!"

Teriakan Deborah membuat para penjaga berlari berhamburan menghampirinya.

"Ada apa?"

"Tu-Tuan putri menghilang." Rengek Deborah.

"Cepat cari Tuan Putri Anne sampai dapat!"

Salah satu pemimpin pengawal memberikan perintahnya.

Lebih dari sepuluh pengawal berpencar mencari keberadaan Anne yang menghilang. Lalu pemimpin pengawal melaporkan kejadian ini pada Paduka Raja. Ia sangat terkejut dengan apa yang sudah terjadi. Lalu sang ibu Agatha, sangat geram. Karena Ia yakin, ini bukan sebuah kebetulan. Ini pasti rencana Anne untuk menghindar dari perjodohan yang telah disepakati.

'Aku akan mendapatkan kamu kembali, Roseanne yang malang.' Tatapan tajam terpancar dari wajah Agatha.

 

avataravatar