6 Hukuman Paling Menyedihkan

Mei adalah anak yang keras kepala dan temperamental. Itulah fakta yang ada dan diketahui oleh seluruh teman sekelas Mei. Wajah cantiknya kalah telak dengan perangainya. Dia suka membentak anak laki-laki. Apalagi sejak pengkhianatan Bapak. Bentakan yang diberikannya kepada para anak lelaki berubah menjadi hinaan sekaligus makian. Semua anak laki-laki di kelasnya membenci nya. Itu lah faktanya.

Desi adalah seorang anak yang humoris dan ramah, meski pun Desi cerewet dan sedikit galak. Namun Desi memiliki banyak teman di sampingnya.

Secara tidak sengaja Mei mengetahui sebuah fakta yang menyedihkan tentang keadaan keluarga Desi. Desi yang adalah anak bungsu itu sering mengalami kekerasan fisik dari orang tua dan kakak-kakaknya. Setiap kali kakak-kakak Desi merasa kesal, dilampiaskan dengan memukul kepala Desi. Setiap kali orang tua Desi merasa kesal dengan panen yang buruk, Desi lah yang harus menerima omelan orang tuanya. Kakak-kakaknya ? ah, mereka itu sudah SMP dan SMA jadi harus konsentrasi pada belajarnya. Begitulah pemikiran orang tua Desi. Desi sebagai bungsu yang hanya bisa bermain adalah samsak empuk.

Ketika mereka kelas tiga. Mulai lah dibentuk suatu kelompok belajar oleh guru. Tujuan nya agar para murid bisa bekerja sama dan mengembangkan ide mereka sendiri. Mei dan Desi satu kelompok belajar. Kelompok mereka memutuskan untuk mengerjakan tugas kelompok mereka di rumah Desi. Mei langsung ikut dengan Desi pulang ke rumahnya untuk mengerjakan tugas kelompok mereka, sedangkan anggota kelompok lainnya pulang untuk mengganti seragam dan makan siang terlebih dahulu. Saat itulah Mei mengetahui keadaan Desi di keluarga nya.

Rasa tidak suka Mei memuncak saat salah satu kakak Desi yang sudah SMA memarahi dan memukul Desi karena dia merasa kesal dengan nilai nya yang rendah. Dia merasa bahwa gurunya tidak adil dan pilih kasih. Namun, dia justru melampiaskan rasa kesalnya ke Desi dan Desi hanya diam tidak berkutik. Menurut Mei, seorang kakak seharusnya menjadi seorang penolong bagi adiknya, bukan menjadi pembunuh adiknya. Maka memuncaklah amarah Mei. Diambilnya sapu yang ada di pojok ruang tamu Desi. Lalu dia memukul kepala kakak Desi dengan sangat kuat. Sampai sampai kakak Desi terjatuh. Gagang sapu itu juga bengkok.

"Mei juga sedang merasa sangat kesal dengan kalian berdua kak. Jadi Mei putuskan untuk melampiaskannya ke kakak. Karena kakak itu jelek dan jahat. Apakah pukulan Mei terasa sakit kak ?" Mei mengedipkan sebelah matanya ke Desi. Desi yang melihat aksi Mei merasa terkejut sekaligus terharu. Selama ini tidak ada yang pernah membelanya.

Kakak Desi merasa sangat terkejut dengan aksi bocah di hadapannya ini. Dia ingin membalas pukulan bocah ini namun kepala berdenyut-denyut dan dia bahkan tidak mampu untuk berdiri. Melihat pun matanya sudah ber kunang-kunang. Kakak Desi jatuh pingsan di lantai ruang tamu Desi.

"Kalau aku tidak ada pun kau melawan saja saat di pukul oleh kakakmu. Apa kau tidak merasa kesal saat kepalamu di pukul ? mungkin ini sebabnya mengapa semua ilmu yang di berikan kepadamu tidak masuk ke otakmu. Bisa-bisa nanti kau jadi bodoh selamanya kalau kau tidak melawan. Mengerti ? " Mei tersenyum tipis ke arah Desi. Lalu dia mengambil ransel nya yang ada di kursi ruang tamu Desi dan menyandangnya.

" Desi aku mau pulang saja. Kalau aku tetap di sini aku takut di pukul kakakmu. Bisa-bisa keluarga mu dituntut ke polisi oleh Bapak ku. Tugas kelompok kita aku saja yang kerjakan. Jadi teman yang lain tidak perlu datang ke sini. Dah Desi... aku pulang ya.." Mei langsung pergi tanpa menunggu balasan Desi.Dia memakai sepatu sekolahnya dengan cepat dan pergi.

Esoknya sikap Desi berubah terhadap Mei. Desi mulai mengakrabkan diri kepada Mei. Setiap waktu istirahat tiba Desi memilih pergi ke kantin bersama Mei. Desi juga mulai menyadari bahwa Mei adalah anak yang baik. Hanya saja Mei tidak mampu mengekspresikan perasaannya. Lambat laun mereka menjadi sahabat dekat yang tak terpisahkan. Dengan bersama, mereka berdua bisa jujur dengan perasaan mereka masing-masing.

Mei secara perlahan mulai berteman dengan anak-anak perempuan di kelasnya. Dibantu Desi tentunya. Kata-kata kasar Mei mulai jarang terdengar di kelas. Desi menjadi seseorang yang begitu penting bagi Mei. Begitu pula sebaliknya. Semua hal tentang Mei pasti Desi tahu. Makanan kesukaannya, musik favoritnya, dan kelemahannya yang di ketahui secara tidak sengaja itu...

avataravatar
Next chapter