5 Hukuman Paling Menyedihkan

Mamak yang sudah mulai pulih dari depresi nya melanjutkan aktivitas normalnya. Mamak kini bekerja sebagai agen asuransi jiwa. Mamak juga mulai bisnis online. Mei semakin sibuk dengan persiapan ujian nasionalnya. Luka di kepala Juni sudah pulih. Namun, masih ada bekas jahitan yang terlihat jelas di kepala Juni. Rambut tidak tumbuh di tempat jahitan kepala Juni. Indah yang melihat bekas luka di kepala Juni menginterogasi Juni dengan segudang pertanyaan. Juni yang gagap saat berbicara tidak bisa menjawab semua pertanyaan Indah dengan cepat. Geram. Indah pun menemui Mei untuk menanyakan penyebab luka di kepala Juni itu. Mei yang hanya dengan melihat wajah Indah saja sudah naik darah membentak Indah dan pergi begitu saja. Tidak menyerah. Indah mendatangi kelas Ahadia untuk bertanya penyebab luka di kepala Juni. Ahadia yang polos hanya menjawab santai.

"Mungkin di cakar kucing kak. Karena bang Juni suka sekali mengganggu kucing." Ahadia hanya mengangkat bahu.

Indah akhirnya habis energi. Buntu ide nya untuk mengetahui penyebab luka kepala Juni. Dia tidak berani bertanya ke kak Mei yang super galak. Di merasa tidak sabar mendengar jawaban Juni yang super lambat. Dia merasa geram mendengar jawaban acuh tak acuh dari Ahadia. Cukup sudah. Akhirnya Indah tidak mendapatkan topik gosip untuk ibu-ibu di kampung nya hari ini. Padahal dia sudah senang membayangkan betapa meledaknya gosip ini nantinya.

Ujian Nasional SD semakin dekat saja tanggalnya. Seluruh siswa kelas 6 di sekolah Mei sudah sibuk belajar keras agar lulus ujian. Hanya Mei dan Desi yang sibuk menyiapkan berbagai rencana contek-menyontek untuk UN. Sebenarnya Mei tidak khawatir dengan nilai ujian nya. Bahkan jika dia mau, dia bisa menjadi siswa dengan nilai ujian tertinggi di kotanya. Namun apalah arti nilai tinggi bagi Mei jika sahabatnya Desi tidak di SMP yang sama dengannya. Mei dan Desi adalah duo yang tak terpisahkan. Sifat cerewet dan keras kepala mereka juga persis sama. Mei cantik khas oriental dengan dua lesung pipi namun jarang terlihat dan banyak yang tidak tahu karena Mei lebih sering marah, tidak pernah tersenyum dan Desi berwajah gelap dan sedikit gemuk. Mei adalah seorang yang jenius namun pemalas. Desi adalah seorang anak yang rajin mengerjakan semua tugas yang di berikan namun entah kemana larinya semua ilmu yang sudah di tumpah kan para guru. Mei adalah seorang anak yang mempunyai mood buruk. Tempramental. Desi adalah anak yang cukup sabar dan humoris.

Mei dan Desi juga awalnya adalah dua musuh bebuyutan, sebelum mereka menjadi duo tak terpisahkan. Hari pertama sekolah mereka, mereka berdua rebutan duduk di bangku paling depan. Meski pun niatnya berbeda. Desi ingin agar dirinya di perhatikan oleh para guru sehingga menjadi juara kelas, sedangkan Mei ingin duduk di depan karena termakan iming-iming Bapaknya yang akan memberi mainan mobil remote control jika dia duduk di bangku paling depan. Sama-sama ingin duduk di depan. Tidak ada dari mereka berdua yang mau mengalah. Keras kepala. Akhirnya pertempuran pun pecah. Dimulai dari Mei yang menjambak rambut Desi. Dan Desi yang membalas. Akhirnya mereka saling jambak dan saling mengejek.

"Tarik tanganmu ini keling. Sakit kepalaku karena kau jambak. Cepat tarik Keling !" Mei yang melontarkan ejekan pertama kali. Mei juga semakin kuat menarik rambut Desi.

"Kau duluan yang menarik rambutku mayat putih. Kok bisa sih mayat masuk sekolah. Dasar mayat tidak berperasaan. Huwa.." Desi yang juga merasa kesakitan semakin menarik rambut Mei. Pecah sudah tangis yang di tahannya sejak tadi. Karena tangisan Desi itu juga guru mereka menyadari pertengkaran yang terjadi.

Mei hanya diam dan mendengus sebal di depan kelas. Sedangkan Desi menangis terisak-isak menahan sakit di kepalanya. Mei semakin mengejek Desi yang menangis dan memanyunkan bibirnya ke Desi. Guru yang melihat mereka berdua menyuruh mereka saling minta maaf dan berpelukan. Mei yang merasa bersalah menjulurkan tangannya untuk meminta maaf. Namun Desi yang masih menyimpan dendam mendengus melihat juluran tangan Mei. Guru yang melihat hal itu memarahi Desi. Desi yang merasa bahwa dia tidak merasa bersalah semakin kuat tangisan nya. Akhirnya Mei memeluk Desi sambil meminta maaf. Guru yang merasa bangga dengan tindakan Mei memuji Mei dan meminta Desi untuk menerima permintaan maaf Mei. Guru yang tidak ingin memperpanjang masalah langsung meminta mereka berdua duduk di bangku nya masing masing. Akhirnya mereka berdua sama sama duduk di bangku paling belakang. Sejak saat itu Desi secara terang-terangan tidak menyukai Mei. Sampai ketika mereka berdua menginjak bangku kelas tiga SD. perang di antara mereka berakhir.

avataravatar
Next chapter