1 Alasan di balik sikap itu..

Malam ini begitu dingin dan sepi. Hujan tak henti hentinya menjatuhkan diri ke daratan.Masih tak mampu tiap tetesnya melawan daya tarik gravitasi.Gravitasi adalah pria dingin tak berhati yang mampu mengendalikan semua makhluk dalam daya tariknya.Tak ada yang bisa berkutik di bawah pengaruh dari gravitasi. Gravitasi pun hanya mendengarkan perkataan dan perintah Tuhannya.

Listrik padam di kampung itu saat hujan bunuh diri.Listrik di kota itu tak ingin mempertontonkan kesedihan tetes air ke warga kampung yang sedang kedinginan. Cukuplah warga kampung itu mendengarkan jerit putus asa pertengkaran tetangga mereka 15 menit lalu. Tak pernah ada satu makhluk pun yang mampu menghindar dari kesedihan. Bahkan seorang istri yang paling setia sekalipun.

Petir yang sekali dua kali menampakkan sosok nya, juga membuat keadaan ruang tamu rumah itu tampak jelas.Hancur, luluh lantak tak bersisa. Berserakan beling beling kaca di rumah itu.Ada beberapa tetes darah di dekat seorang wanita paruh baya yang sedang meringkuk di pojok ruangan. Wanita itu sedang menangis sesegukan. Entah dia menangis karena menyesal menikah dengan pria yang sedang berdiri di dekatnya itu,atau dia sedang menangis memikirkan nasib 4 anaknya yang masih kecil-kecil itu. Hanya wanita itu saja yang tau betapa hancurnya hatinya saat ini.

Lelaki itu tak mampu menghentikan rasa kecewa istrinya itu. Dia hanya balik kanan, menuju ke kamar tidur mereka, mengambil sebuah tas ransel, memasukan beberapa potong pakaian nya yang ada di lemari, lalu pergi menghampiri istrinya yang masih sesegukan di pojok ruang tamu.

"Aku akan pergi ke gudang barang ku di Deli secepatnya surat cerai sampai ke tanganmu. Aku akan pakai pengacara nantinya, kau pun carilah pengacara. Biaya perceraian aku yang tanggung. Kau cukup datang ke kantor kementrian agama dan setuju dengan perceraian ini agar masalah kita cepat selesai." Lelaki itu tak menunjukkan sedikitpun raut penyesalan. Tatapan matanya tajam dan dingin.

"Tak bisakah kau menunggu hingga Mei masuk SMP.Anak anak kita masih terlalu kecil untuk menerima kenyataan bahwa Bapak dan Mamak nya berpisah.Aku akan menutup mata atas perselingkuhan mu itu." Wanita itu masih sesegukan saat menatap suaminya saat ini.

"Tidak.Aku yang tidak tahan lagi harus melihat wajah ku itu.Tenang saja,nanti aku tetap memberikan biaya hidup anak anak." setelah mengucapkan kata kata pedas itu, lelaki itu pun balik arah menuju pintu keluar. Dan pergi hingga punggungnya pun gak lagi kelihatan di tengah gelapnya malam itu.Wanita itu masih menangis di pojok ruang tamu. Tanpa mereka berdua sadari,Mei, anak tertua mereka sejak tadi mendengarkan pertengkaran itu dari dalam kamarnya. Dia meringkuk memeluk lututnya sambil menangis sesegukan dalam senyap.

avataravatar
Next chapter