9 8. He's Annoying

Gue nggak punya alasan. Seneng aja bisa gangguin Lo, bisa bikin Lo bete. Setidaknya ada satu alasan lain yang bisa bikin gue betah hidup_Binar.

.

.

.

Skala buru-buru belok ke tikungan kantin IPA saat melihat sosok yang tak ingin ia temui. Mempercepat langkahnya sebisa mungkin menjauh dari sosok itu. Namun rupanya Dewi Fortuna sedang tak berpihak padanya karena orang yang tidak ingin ia temui justru berjalan mengikutinya.

Skala mencoba mengabaikan lelaki yang berjalan santai di belakangnya. Tak mengacuhkan senyum menyebalkan lelaki itu. Sesekali dia menoleh ke belakang berharap sosok itu menghilang, namun tersenyum kecut saat sosok itu masih di belakangnya, dengan senyum konyol yang ingin sekali Skala lempar dengan sepatunya.

"La, jalannya jangan cepat-cepat! Tungguin gue dong!" teriak sosok itu kencang, senang sekali melihat ekspresi kesal di wajah Skala. Gadis itu 'kan memang tidak suka menjadi pusat perhatian, makanya lelaki itu berteriak di tengah lorong.

Skala menoleh ke belakang, memelototi lelaki yang tersenyum puas itu. Menarik nafasnya dalam-dalam, ia kemudian berbalik arah, kembali melanjutkan langkahnya menuju kantin.

"Aduh... lo ngapain sih, ngikutin gue terus? Gue ini bukan artis, jadi gue nggak butuh stalker kayak lo! Mendingan lo cabut deh, jaga jarak sama gue," omel Skala ke arah makhluk yang sedari tadi mengekorinya sampai ke kantin IPA.

Si penguntit yang dimaksud Skala hanya cengar-cengir tidak jelas.

Begitu Skala memasuki area kantin, gadis itu melihat ke sekitar guna mencari meja yang kosong. Untungnya ada satu meja kosong yang berada di pojok sebelah kiri kantin. Skala menatap tajam mata laki-laki yang masih keukeh mengikutinya seraya mendesis marah. "Buat lo! Stop ngikutin gue atau gue akan aduin ke BP atas sikap tidak menyenangkan," ancamnya pada Binar. Gadis itu lekas berjalan menuju meja kosong tersebut.

Skala fikir, laki-laki itu akan segera pergi setelah mendengar ancamannya barusan. Tapi ternyata dengan tidak tau malunya, laki-laki itu malah duduk santai di kursi depan Skala. Binar tetap menatap Skala lekat-lekat seolah-olah kalau tatapannya beralih sedetik saja, gadis itu akan menghilang. Bahkan sikap tak acuh Skala tak membuat laki-laki itu menyerah, Skala tetap tak mengacuhkannya dan malah bermain HP seolah-olah Binar tidak ada.

Hari ini Sava tidak masuk sekolah lantaran sakit, jadinya Skala harus makan sendirian karena belum terlalu akrab dengan teman-teman yang lain.

Skala menghela nafasnya dan kemudian meletakkan hpnya dengan kasar ke atas meja. Gadis itu lantas menatap Binar dengan mata beningnya. "Sebenernya mau lo apa sih?" tanya Skala yang mulai jengah dengan sikap Binar yang dengan tidak tau malunya menatapnya tanpa berkedip.

"Akhirnya lo nyerah juga," kekeh Binar tersenyum lebar, tanpa menyadari bahwa aura di sekitarnya mulai mencekam akibat kejengkelan Skala. "Gue mau temenan sama lo," ucapnya membuat Skala melotot padanya.

"Gue nggak mau temenan sama cowok rese kayak lo, dari tampang lo aja gue udah tau kalau lo itu nggak waras! Lo pasti ada niatan buruk sama gue 'kan, lo punya rencana buat nge-," ocehan Skala langsung berhenti saat Binar memegang kedua pipinya.

"Bisa nggak, lo bersihin virus-virus negatif  tentang gue di otak lo. Ganggu banget tau nggak," bisiknya dengan senyum miring yang membuat Skala bergidik ngeri.

"Nggak mau!" tolak Skala lantas menepis kedua tangan Destin. "Biarin aja otak gue penuh virus, gue nggak peduli," sungutnya kesal.

"Ya, udah siniin hp lo!" perintah Binar tanpa menunggu persetujuan dari Skala langsung mengambil Hp gadis itu yang berada di atas meja.

"Eh, apa-apaan sih?" teriak Skala berusaha merebut Hpnya dari tangan Binar.

"Gue ngerasa kalau pertemuan kita itu takdir. Jadi untuk mempermudahnya, gue mau simpen kontak lo di Hp gue. Oke!" jelas Binar kalem.

"Takdir dari mana? Ngaco banget, sih, lo!" geram Seina semakin jengkel. "Astaga, gue harus doa setiap pagi supaya di jauhin dari makhluk nyebelin kayak lo!" omelnya kemudian.

"Banyakin doa deh, soalnya gue jamin kalau hidup lo nggak akan setentram sebelum lo kenal sama gue. Apalagi gue betah banget bikin lo kesel. Bikin hati gue gimana... gitu. Bye cantik!" Binar kemudian pamit pergi.

Skala menatap punggung Binar dengan tatapan tajamnya, terlebih lagi saat laki-laki itu berbalik badan lalu tersenyum padanya. "Ntar malem gue chat lo," ujar Binar sebelum benar-benar berbalik arah dan pergi dari hadapan Skala.

"Bodo amat," ketus Skala.

avataravatar
Next chapter