24 24. Jatuh Untuk Kedua Kalinya

Setelah mengenal gue, Lo harus terbiasa jatuh berkali-kali di hati gue_Binar.

.

.

.

"Jadi Skala nggak masuk sekolah?" tanya Dastan pada si penelpon.

"Iya, dia dirawat di Rumah Sakit."

"Rumah Sakit mana?" tanya Dastan tidak sabaran.

"MCM. Lo mau jenguk dia, mau bareng aja. Nanti gue sama Gia mau ke sana."

"Gue mau jenguk dia. Sekarang."

Terdengar kekehan dari ujung telfon. "Dasar! Lo mau bolos sekolah."

"Hahaha, kangen bolos sekolah gue."

"Ya,ya,ya, terserah Lo deh, Das."

"Oke, thanks ya, Sav."

"Hehm. Sama-sama."

Sava mematikan sambungan telfonya. Gadis itu kemudian berbalik badan, tersentak kaget saat melihat sosok Binar bersandar pada dinding di belakangnya. Lelaki itu tersenyum lebar menyapa Sava.

"Binar denger nggak ya, apa yang gue bicarain sama Dastan tadi," ujar Sava dalam hati.

"Telfon sama siapa, sih?" tanya Binar ingin tau.

"Syukurlah, Binar nggak tau," gumam Sava pelan.

"Woy! Ditanyain, malah bengong. Lo barusan selingkuh sama siapa?" tanya Binar sekali lagi.

"Selingkuh apaan, sih? Gue telfonan sama temen kok," sungut Sava berlalu pergi.

Binar hanya tersenyum geli melihat sikap Sava yang salah tingkah. Gadis itu lantas pergi meninggalkan Binar.

"Dasar pembohong!" gumam Binar pelan.  "Jujur aja kalau baru telfonan sama mantan Lo," dengkusnya kemudian.

Binar berbalik badan dan pergi. Ia tersenyum kecil. "Lucu juga kalau sedang salting."

*****

Skala sedang menikmati potongan apel yang dikupaskan Mamanya saat melihat sosok Dastan memasuki ruang rawat inapnya.

"Eh, kok Lo bisa ada disini, sih? Lo nggak sekolah?" tanya Skala kaget.

"Enggak," jawab Dastan enteng. Laki-laki itu kemudian duduk di samping tempat tidur Skala.

"Lho, kenapa?" tanya Skala heran.

"Gue bosan," jawab Dastan sekenanya.

"Ck, kapan sih lo serius dalam ngelakuin sesuatu?" cibir Skala.

"Dalam hal cinta gue serius, kok. Terutama karena karena gue jatuh cintanya sama Lo."

Skala terlihat salah tingkah, apalagi saat Dastan menatapnya dengan senyuman menggoda. "Jangan mulai deh, Das," sahut Skala memutar matanya bosan. Semata-mata untuk mengurangi rasa gugupnya.

Dastan tersenyum geli melihat rona merah di pipi Skala. "Mulai apaan, La? Bukannya kita belum mulai apa-apa, ya? Lo mau mulai sekarang? Oke, jadi kapan kita nge-date? Kapan gue boleh main ke rumah lo lagi sebagai pacar? Kapan gue...."

"Stop! Lo ngomong apa, sih? Mulai apaan?" tanya Skala bingung.

"Gue lagi ngomongin kita, Skala. CLBK, Cinta Lama Belum Kelar."

"Das, gue belum ingat apa-apa, ya," oceh Skala tak habis fikir.

"Iya, gue sabar nunggu kok. Bentar lagi Lo pasti jatuh cinta LAGI sama gue," goda Dastan menaik turunkan alisnya.

"Narsis," cibir Skala tak ayal tertawa.

"Hahahaha." Dastan juga ikut tertawa. "Ngomong-ngomong, Nyokap Lo kemana?"

"Ngurus administrasi, nanti sore 'kan gue udah boleh pulang sama dokter."

"Terus perkembangannya gimana? Kenapa Lo sering sakit kepala? Dokter bilang nggak, penyebabnya apa?"

"Terlalu kecapaian, memaksa mengingat, kondisi masih belum stabil."

"Makanya jangan di paksa ingat. Nggak masalah kalau Lo lupa."

"Gue yang masalah, Das. Gue mau mengingat semua kenangan gue selama 2 tahun ke belakang. Gue mau mengingat Lo, kebersamaan kita, gue mau ingat semuanya," ujar Skala serius.

"Kalau mengingat bisa bikin Lo tersiksa, gue lebih milih Lo lupa, Skala. Karena kebahagiaan Lo itu adalah sumber kebahagiaan gue. Gimana bisa gue ngelihat Lo berjuang sendirian?"

"Bukan cuma gue yang berjuang, Das, tapi Lo juga. Gue tau Lo juga berusaha pada hubungan kita. Bahkan sebelum gue memulai perjuangan gue, Lo lebih dulu berjuang untuk menerima kondisi gue. Kita sama-sama berjuang pada hubungan ini."

"Terimakasih sudah mau berjuang."

"Terimakasih juga, sudah ikut berjuang bersamaku."

*****

avataravatar
Next chapter