23 23. Take Your Time, La

Gue nggak akan pernah nyerah sama hubungan ini. Take your time, anytime you need. Gue nggak masalah_Dastan.

.

.

.

.

.

Keesokan harinya, Skala mencari-cari Binar guna meminta penjelasan pada laki laki itu. Namun, hingga hari ke lima, dia sama sekali tak melihat batang hidung Binar. Setelah bertanya kepada teman teman Binar, mereka bilang kalau Binar sudah tidak masuk sekolah selama 5 hari.

Sava yang juga mengetahui hal tersebut hanya bersikap tak acuh. Binar dan bolos sekolah memang selalu berteman baik, jadi dia sudah tak heran lagi. Sedangkan Skala semakin kefikiran. Kemudian gadis itu memutuskan untuk bertemu dengan Dastan. Satu satunya orang yang bisa dia minta penjelasan hanya laki laki itu.

Alhasil, sepulang sekolah dia menyuruh Pak Joni untuk mengantarnya menemui Dastan. Awalnya, Skala meminta bertemu di depan sekolah Roma, tapi Dastan menolak keras usulan tersebut. Akhirnya, mereka janji bertemu di taman yang berada tak jauh dari sekolah Roma.

Sampai di taman yang sepi tersebut, Skala dapat melihat sosok Dastan duduk sendirian di salah satu bangku taman. Kepalanya menunduk menatap ke arah sepatu putihnya. Entah apa yang sedang dia fikirkan hingga tidak sadar akan kedatangan Skala.

"Lo udah nunggu lama?" tanya Skala setelah berada di hadapan Dastan.

Dastan berjengit kaget setelah mendengar pertanyaan Skala barusan, fokusnya kembali pecah. "Hah? Enggak. Baru aja, kok," ujarnya pelan.

Skala kemudian duduk di samping Dastan, gadis itu meremas pelan kedua tangannya yang saling bertaut. Skala berdehem sebentar. "Jadi... kita pacaran?" tanyanya kemudian.

Dastan mengangguk membenarkan.

"Sudah berapa lama?"

"Hampir 2 tahun. Kita jadian pas masih kelas X."

"Hehm, oke." Skala menggigit bibirnya lantaran gugup. "Das, gue minta maaf banget, tapi lo tau kondisi gue, 'kan? Gue nggak ingat apapun kejadian 2 tahun kebelakang. Termasuk ingatan tentang kita berdua."

Dastan hanya diam mendengarkan.

"Gue perlu waktu untuk menerima kenyataan ini. Maksud gue...."

"Gue ngerti, kok, La," potong Dastan. "Gue bakalan nunggu sampai ingatan lo kembali. Gue nggak akan pernah nyerah sama hubungan ini. Take your time, anytime you need. Gue nggak masalah."

Kalimat dari Dastan barusan sungguh membuat perasaan Skala lega. Dia fikir Dastan akan marah dan kesal karena Skala tidak mengingatnya. Tapi ternyata Dastan menerima kondisinya, laki-laki itu memberinya waktu untukmenerima kenyataan ini.

"Makasih, Das," ucap Skala tersenyum tulus.

Dastan balas tersenyum ke arah Skala. "Sebenarnya, kalaupun ingatan lo nggak kembali. Gue yakin, kok, kalau gue bisa bikin lo jatuh cinta lagi sama gue," candanya kemudian. Berusaha memecah ketegangan di antara mereka berdua.

"Ih, pede banget lo," cibir Skala. Kegelisahan dan juga rasa gugupnya perlahan-lahan menghilang.

"Ya iyalah, Dastan gitu lho. Cowok paling mempesona di sekolah Roma. Lo pasti klepek-klepek sama pesona gue. Dulu aja lo cinta mati sama gue."

"Nggak mungkin, lo kali yang tergila-gila sama gue," sewot Skala.

Dastan terkekeh pelan. "Kayaknya emang iya, deh, gue yang tergila-gila sama lo," ujarnya menatap dalam-dalam mata Skala hingga membuat gadis itu salah tingkah. Pipi Skala merona merah lantaran malu.

"Apaan sih," ketus Skala mengalihkan tatapannya ke arah lain.

Dastan hanya tertawa melihat Skala yang salah tingkah. Dalam hati dia bersyukur karena bisa bercanda seperti ini dengan Skala. Dia bisa kembali dekat dengan Skala, walalupun saat ingatan gadis itu belum kembali. Ini kali pertama dia bisa melihat Skala dari jarak sedekat ini, semenjak ingatan gadis itu hilang.

"Oh, iya, Das. Berarti lo tau dong, tentang gue sama Binar?" tanya Skala teringat akan sekelebat ingatan tempo hari.

"Binar?" Dastan langsung mengubah ekspresinya saat mendengar nama tersebut. Walaupun hanya beberapa detik saja, tapi Skala sempat menangkap raut kaget dari wajah tampan Dastan.

"Iya, Binar. Sebenarnya beberapa hari yang lalu, gue ingat sesuatu. Gue ingat saat bersama Binar di halte sekolah, di depan sekolah Roma dan gue masih jadi murid di sana. Itu artinya saat gue belum pindah ke SMA Deandles, gue udah kenal sama Binar, 'kan? Saat itu kita...."

Skala terdiam sejenak, dia jadi ingat kalau dalam ingatannya tersebut, dia sedang menunggu seseorang. Saat itu dia sedang menunggu pacarnya menjemput.

"Kita udah pacaran," sahut Dastan. Dia tau momen mana yang dimaksud oleh Skala.

"Iya, kita udah pacaran," balas Skala tersenyum kikuk.

"Sebenarnya, pertemuan lo dengan Binar sempat membuat gue marah. Roma dan Deandles itu musuhan, La. Saat itu gue takut kalau Binar ngapa-ngapain lo."

"Tapi dia nggak ngapa-ngapain gue, kok."

"Iya, untungnya sih enggak."

"Jadi, waktu itu hanya pertemuan singkat."

"Hehm, sejak itu gue nyuruh lo untuk nggak deket sama Binar. Dia itu terkenal rusuh dan suka buat onar."

"Lo juga gitu, 'kan?" dengkus Skala.

Dastan mengerutkan dahinya heran.

"Tau dari Gia," jawab Skala menjawab keheranan Dastan. "Lo fikir setelah mengetahui bahwa kita sebenarnya pacaran, gue nggak nyari tau tentang lo ke oranglain. Gue tau kalau sifat lo itu sebelas duabelas sama Binar," cibir Skala.

"Hehehehe, beda kok, gue lebih baik daripada dia," bela Dastan tersenyum lebar.

"Halah, nggak percaya gue."

"Yee, seriusan. Cuma kalau khilaf aja, gue bolosnya. Gue juga jarang bikin masalah, kok."

"Jangan terlalu kelewatan, Das, nakalnya, nanti...."

"Gue akan terluka dan menyesal sendiri. Gue tau, La. Dulu lo sering bilang itu ke gue," potong Dastan.

"Baguslah, kalau tau."

avataravatar
Next chapter