2 Aku dan Harga Diri

Tahun ini usiaku sudah 34 tahun, disaat wanita seusiaku sudah menikah bahkan sudah menggendong anak atau sedang program hamil anak kedua dan seterusnya sedangkan aku sendiri masih dengan setia bersama status jombloku. Sebetulnya aku tidak pernah menutup diri atau menutup hati kepada orang yang mendekat. tetapi lebih kepada ketika seorang pria itu datang untuk mencoba memasuki hidupku, entah karena alasan apa mereka memilih mundur teratur atau aku sendiri yang mundur.

jika dihitung mungkin terlalu seringnya saat pendekatan baru berjalan sudah terhenti ditengah jalan alias ga jadi. Mungkin kalau pintu hati itu bisa berbicara, mereka baru saja bilang selamat datang tetapi kemudian berkata lagi selamat tinggal. Ah, sesingkat itu memang perjalanan pendekatanku dengan pria selama ini. Karna prinsipku memang tidak ingin berpacaran, alasannya sih klise tidak ingin menjaga jodoh orang lain, seperti Kaya penyanyi cantik Raisa yang dijagain sama Keanan bertahun-tahunnkemudian kandas kemudian mereka berdua berbahagia dengan pasangan masing-masing. Raisa sih cantik makanya Keanan mau aja jagain sampe bertahun-tahun. Jagain jodoh orang udah kaya nyicil mobil lama banget. bisa juga diibaratkan sama anak itu sudah seperti anak masuk SD.

Cerita cinta itu ga semanis di novel, webtoon, Drakor atau sinetron Indonesia.

Kalau ditanya salah dimana sampe setiap pendekatan ga pernah ada kelanjutan ceritanya, atau siapa dan apa yang salah sebenernya disini.

Kalau main salah-salahan sih gampang karena setiap orang termasuk saya tidak pernah mau disalahkan, bahkan lebih sering menyalahkan orang lain atas kegagalan. Cuma bisa menghela nafas panjang sebenernya kalau ditanya mau kamu apa? nunggu apalagi? mau yang kaya gimana lagi? umur udah tua ga usah pasang kriteria tinggi lagi soal jodoh. Turunin lah itu kriteria, pasang target nikah lah tahun ini harus nikah ga boleh pilih-pilih lagi. Standar cowo kamu tuh ketinggian, ga usah ngejar karir mulu ga ada habisnya kalau kamu cuma mikirin kerjaan. Cari yang cinta sama kamu, yang penting ada yang mau juga bertanggung jawab. semua kalimat itu ga tahu berapa kali sering banget diucapin sama orang sekeliling, mulai dari saudara, teman, tetangga atau orang yang baru dikenal. itu kalimat-kalimat coba tolong bisa diperhalus ga ya supaya ga terlalu nusuk ke jantung. Bisa diganti ga ya kalimat nya jadi lebih memotivasi atau gimana kalau kalimat menusuk hatinya diganti jadi doa aja biar lebih menenangkan jiwa saya sebagai wanita yang belum menikah. sedih banget dengernya, wahai para penonton, para netizen bisa tidak menghakimi saya seperti itu. jujur sebagai seorang jomblo itu melukai ego sama harga diri. kalau ditanya ko bisa? ya bisa lah kata-katanya aja langsung nusuk gitu. bisa bikin tertekan, sakit batin, mental drop insecure lah yang ada. ujungnya nikah karena ga mau di cap perawan tua pilih siapa aja yang mau. padahal kan nikah itu ibadah seumur hidup kalau kata ustadz, penyempurna iman. tapi disaat harga diri terluka sama insecure lho, itu kan bahaya sebetulnya. nikah itu ibadah seumur hidup yang, bisa dibilang saling bergandengan tangan menjadi partner suka maupun duka, berbagi beban, berbagi ilmu dan lain-lain. nikah itu wujud dari komitmen, ga cuma karena cinta tapi juga didasari saling percaya, saling menghargai satu sama lain. Saya mau pilih pasangan yang bisa jadi partner dihidup saya sampai akhir hayat menuju Surganya Allah SWT. itu artinya saya mau orang yang bener-bener Allah pilih dan ridhoi supaya bisa ke Jannah Allah bersama, aamiin. bisa bahagia bersama hingga akhir hayat bersama lika-liku kehidupan.

kadangkala saya berfikir turunin semua kriteria, tapi kriteria yang mana. karena setelah usia 30 tahun tidak ada namanya kriteria yang ada kalau sudah klik, nyaman, bisa mewarnai kehidupan kemudian lanjut ke pernikahan. Sesimpel itu sebenarnya, semuanya bisa sama-sama belajar untuk menjalankan komitmen hidup bersama-sama.

wahai para tukang nyinyir tolong stop melukai harga diri saya sebagai manusia biasa yang juga makhluk ciptaan Allah ini. butuh waktu yang cukup lama buat healing hati serta harga diri yang terluka ini karena kata-kata anda sekalian. kalian hanyalah penonton dihidup saya bukan yang menjalankan bukan pula pembuat skenario dihidup saya. biarkan diri ini memilih dengan siapa hati ini berlabuh dan mencinta serta menapaki kehidupan pernikahan. ketika hati serta semua pemikiran ini berdemo akan semua kecaman serta penilaian masyarakat mengenai pernikahan. akan menjadi sangat menyakitkan jika semuanya harus diukur menggunakan umur.

keterpaksaan, lantas apa kabar hati,batin pemikiran, kebahagian saya sendiri disini. bukannya kalau batin, hati, fikiran sehat,tenang, bahagia maka kualitas hidup juga akan lebih baik. saya tidak ingin menikah hanya untuk memenuhi standar serta kriteria masyarakat luas mengenai usia menikah seorang wanita. saya juga ingin bahagia seperti mereka yang telah menemukan belahan jiwa nya kemudian menikah dan memiliki keluarga. tetapi apakah kebahagian diberi standar melalui sudah menikah atau belum?lantas apakah pencapaian saya sebagai manusia selama ini tidak dapat dijadikan sebagai standar kebahagian. bahagia itu kita ciptakan segala hal harus disyukuri. lantas setelah menikah bagaimana kelanjutannya? anak? kalau Allah tidak memberi rezeki anak apa itu juga jadi akhir dan tolak ukur sebuah kebahagian?

aishhh, bangun tidur ini aku malah mikirin hal berat. Karena kebanyakan tidur fikiran jadi ke mana-mana. lebih baik bangun terus sholat tahajud, minta dan mengadu sama Allah supaya Allah segera pertemukan dan persatukan dengan jodoh yang telah diridhoi. setelah dengan sekuat tenaga menyingkirkan pemikiran yang membuat harga diri terluka aku pun mengambil air wudhu kemudian sholat tahajud. jika tidak ada bahu untuk bersandar maka yang paling tepat adalah sajadah untuk bersujud. ada pepatah untuk mendapatkan seseorang harus dengan merayu, merayu Sang Pemilik Hati, Maha Pembolak-balikan hati, Maha Pemberi rezeki melalaui sholat. dan inilah salah satu ikhtiar yang bisa kulakukan saat ini. Alhamdulillah, setelah melaksanakan sholat malam hati dan fikiran yang membebani malam ini pun terasa lebih ringan. saat aku merasa tidak tahu harus bagaimana, maka yang lebih baik adalah kembali kepada Allah. bukannya sok, tapi kan emang kadang pemikiran sama hati sering goyah kehilangan arah jadi harus sering mengingat Allah dan beristigfar. bukan juga sok agamis tapi kan emang saya butuh hal itu sebagai manusia dan sebagai pribadi saudara-saudara.

sepertinya melanjutkan tidur setelah sholat malam adalah hal yang paling indah saat ini. supaya mungkin saja di dunia mimpi bertemu pangeran tampan berkuda putih seperti di dongeng yang sering dibaca.

avataravatar
Next chapter