1 Asal Mula

Tik tok tik tok!

Jarum jam terus berputar. Detik demi detik terlewati begitu saja. Bunyinya terdengar nyaring memenuhi ruang tengah sebuah rumah minimalis. Memantul pada dinding yang bernuansa warna putih.

Tidak hanya di ruangan itu saja, tetapi warna putih itu menyebar ke segala ruangan. Well, katakanlah tema rumah itu memang serba putih. Mulai dari dinding, lantai granitnya, tirai jendela, serta beberapa perabotan yang mengisi rumah itu. Di setiap sudut warna putih akan mendominasi.

Seperti rumah yang baru direnovasi. Bahkan bau cat terkadang masih sering tercium. Apalagi jika cuaca di luar rumah sedang panas menyengat. Semilir angin yang berembus akan membawa bau-bau itu masuk ke lubang hidung. Menyengat.

Oke! Cukup pembahasan tentang rumah minimalis ini! Kita kembali pada jarum jam yang terus berputar.

Ya, jarum jam itu menunjukkan waktu sudah pukul delapan malam. Jam makan malam telah berlalu. Namun, beberapa hidangan yang tersaji di atas meja makan masih terlihat utuh. Tidak tersentuh sama sekali.

Sedangkan seorang wanita terlihat melingkupi wajahnya dengan kedua tangannya. Wanita itu terbaring tidak sengaja di atas sebuah sofa. Di ruang tengah. Rupanya detak jarum jam itu mirip lagu 'nina bobo', sehingga dapat membuatnya terlelap.

Perlahan kedua tangan wanita itu bergerak. Memperlihatkan wajahnya yang nampak letih. Kedua matanya langsung mengarah pada jam dinding itu. Sudah dua jam dia tertidur di sana. Sendirian.

Wanita itu adalah Clara Laura Amelia. Seorang wanita yang baru saja menikah selama empat bulan terakhir. Dan wanita itu baru saja menjalani profesi isteri rumah tangga yang benar selama sebulan ini. Karena dia baru saja mengundurkan diri dari pekerjaan terdahulunya. Seorang pengacara.

Clara memang sengaja mengambil keputusan itu setelah berunding dengan suaminya. Bukan, bukan berunding, melainkan sebuah permintaan. Ya, itu adalah permintaan suaminya agar dia berhenti bekerja. Cukup menjadi isterinya saja, melayani suaminya.

Clara masih ingat betul saat baru beberapa minggu mereka resmi menjadi pasangan suami isteri. Dan permintaan pertama suaminya adalah berhenti bekerja. Clara menyanggupi tanpa banyak basa-basi.

"Aku mau kamu berhenti bekerja. Cukup menjadi isteriku aja," pinta suaminya pagi itu.

Clara tersenyum mendengar permintaan sang suami. Sambil memberikan sebuah kemeja yang telah dia setrika, Clara mencoba menggoda suaminya.

"Iya iya, Sayang!" sahutnya lembut. Salah satu jemarinya sengaja mencolek ujung hidung lelaki yang telah resmi menidurinya itu.

"Aku mau kamu hanya melayani aku. Bukan melayani para orang asing yang menjadi klien kamu." Terdengar seperti sebuah kalimat cemburu di telinga Clara.

"Terus, kamu mau minta aku melayani kamu sekarang?" goda Clara mengedipkan salah satu bola matanya. Dengan kedua tangan siap membuka kancing piyama yang dia kenakan saat itu.

Sang suami mengembuskan napas, dia sadar jika isterinya sedang berusaha keras menggodanya. Melunturkan rasa kesal di dalam dadanya. Well, sang suami merasa kesal karena mendengar pembicaraan orang yang membahas tentang kehidupan mereka setelah menikah.

Seperti contoh di mana saat mereka menghadiri salah satu acara pernikahan dari keluarga mendiang ibunya Clara. Salah satu dari mereka menanyakan pekerjaan sang suami dan juga Clara. Kemudian pertanyaan itu terus berlanjut hingga salah seorang lainnya mengatakan bahwa tidak sepantasnya Clara masih bekerja. Di saat sang suami dirasa cukup mampu untuk menghidupinya.

Saat itu sang suami merasa tertampar secara tidak langsung. Ya, lelaki itu adalah Haikal Grissham. Dia adalah seorang lelaki yang tidak biasanya terpengaruh hanya karena omongan kecil itu. Tapi entah mengapa, semenjak menikah, hatinya terlalu peka.

Haikal selalu mengambil hati akan omongan orang sekitarnya. Apalagi jika menyangkut urusan rumah tangganya sendiri. Oleh sebab itu, dia meminta Clara untuk berhenti bekerja secepatnya. Karena dia ingin membuktikan, bahwa dirinya memang mampu menghidupi dan menafkahi Clara mau pun calon anak-anaknya kelak.

Berbeda dengan pola pikir Haikal, menurut Clara malah sebaliknya. Dia bekerja bukan agar suaminya direndahkan dengan cara seperti itu. Namun, dia ingin suaminya bangga memiliki dirinya yang kuat dan mandiri. Yah, setidaknya dia tidak seperti wanita-wanita lain yang ketergantungan dengan suaminya.

Benar 'kan?

Bukankah banyak wanita di luaran sana yang hidupnya bergantung pada suaminya setelah menikah? Apalagi untuk urusan finansial. Banyak wanita yang kerjanya hanya membereskan rumah, mengurus anak-anak, lalu hanya bisa menengadahkan tangannya. Meminta uang kepada suami, hanya karena ingin membeli sebungkus pembalut.

Hell no!!

Clara bukan wanita seperti itu. Yang mana kebutuhan pribadinya ditanggung oleh orang lain. Untuk urusan makanan, bolehlah sang suami yang menanggungnya. Tapi untuk urusan lain seperti pembalut, make-up, pakaian, pewangi ruangan, bahkan pulsa dan juga kuota internet, haruskah sang suami juga yang memikirkannya? Tidak bagi Clara. Tentu saja tidak.

Sangat sulit jika hidup hanya mengandalkan orang lain, walaupun itu adalah suami sendiri. Ketergantungan hingga apa-apa harus meminta izin suami terlebih dahulu. Sungguh merepotkan bagi Clara.

Akan tetapi, sepertinya kehidupan akan mulai berubah begitu dirinya hanya tinggal di rumah saja. Menghabiskan waktu 24 jam full di dalam rumah membuatnya bosan. Orang seperti Clara yang terbiasa di luar rumah, tentu merasa semuanya membosankan.

Setiap hari melakukan hal yang sama. Berulang-ulang dan itu sendirian. Sungguh membosankan!

Sama seperti malam ini. Entah sudah berapa kali dia memasak dan menunggu Haikal pulang ke rumah. Berharap dapat menikmati waktu makan malam bersama. Sambil membicarakan tentang banyak hal. Layaknya pasangan suami isteri pada umumnya.

Tapi mungkin, espektasinya terlalu tinggi, harapannya terlalu besar, hingga ambisinya untuk memiliki sebuah keluarga kecil yang harmonis terlalu jauh untuk dia gapai bersama dengan Haikal. Terlalu sulit baginya.

Lagi-lagi Clara bangkit dari sofa, melangkah menuju meja makan, memandangi hidangan yang dia masak. Sudah dingin. Bahkan terlalu dingin. Malam ini Clara kembali mencoba bersabar.

Sekali lagi Clara melirik ke arah jam dinding. Dia sidah tidak bisa menunggu Haikal pulang lebih lama lagi. Clara menghela napas, lalu membereskan meja makan. Bukan hanya membereskan peralatan makannya saja, tetapi juga masakannya. Ya, Clara membuang masakannya ke dalam tong sampah. Dia kesal.

***

Semenjak sore Haikal sudah tidak memiliki jadwal operasi lagi di rumah sakit. Jam kerjanya juga telah usai. Namun dia enggan untuk pulang. Haikal lebih memilih untuk beristirahat sejenak di ruang kerjanya.

Tidak hanya sekali ini saja Haikal melakukan hal itu. Sudah beberapa kali bahkan sering. Tak jarang temannya datang untuk sekadar menegurnya. Akan tetapi, hal itu tetap saja dia lakukan.

Tok tok tok!

Suara ketukan pintu ruangan itu. Tidak ada seruan dan tidak ada pula jawaban dari dalam ruangan. Haikal tidak mendengarnya, sebab tanpa dia sadari, dirinya sudah terlelap tidur satu jam lebih di sana.

Tok tok tok!

Sekali lagi ketukan pintu itu terdengar. "Dok, Dokter Haikal?" seru seseorang dari balik pintu itu.

Sama. Tidak ada jawaban. Rupanya Haikal benar-benar terlelap.

avataravatar