2 Berawan

Berawan, membuat hari yang panas menjadi lebih sejuk. Suasana sejuk saat itu juga sangat rindang dan nyaman, orang-orang menikmati hari-harinya dengan sangat baik di kota, ada gerombolan anak-anak sedang bermain di taman, ada rombongan pegawai yang sedang makan bersama, dan orang-orang lainnya juga menikmati kesibukan mereka sendiri tanpa mengganggu kesibukan orang lain. Hari yang tentram sekali.

Semua ketentraman itu, biasanya tidak hanya didapat pada hari-hari tertentu saja tetapi hampir tiap hari suasana di kota luas, megah, dan indah itu seperti itu. Kota yang nyaman sekali untuk hidup disana, udara kota yang terbilang bersih juga membuat nuansa nyaman semakin menjadi-jadi, orang yang sekali berada di kota itu akan langsung berpikir untuk menetap sangat lama. Sungguh kota yang benar-benar didambakan untuk tinggal disana, kota Roeren-Houl.

***

Suasana yang tegang dan panas sekali, padahal pendingin ruangan dinyalakan semua, diluar juga hari sedang berawan. Terlihat di ruangan itu ada seorang laki-laki muda yang terlihat sedang kesal dan marah dengan orang yang ada di depannya, orang yang didepannya adalah atasannya yang juga terlihat marah dari raut mukanya tetapi ia hanya menatap tajam pemuda didepannya. Laki-laki muda itu pun seperti memperlihatkan beberapa foto ke atasannya, seraya berkata, "Mereka benar-benar ada pak, kita harus berita kan ini agar masyarakat sadar akan keberadaan mereka."

Atasannya melihat foto-foto tadi lalu menghela nafas, menurutnya kalau hal ini diberitakan ke masyarakat maka hanya akan membuat takut masyarakat, ia pun bergumam

"Tidak, ini hanya akan membuat masyarakat panik." jawab singkat atasan yang kelihatan mau cepat-cepat menyelesaikan urusan itu,

laki-laki muda itu tetap kukuh dan mencoba menjelaskan lebih lanjut "Mafia-mafia ini sudah mulai ke permukaan pak, korban pembunuhan dari mafia ini juga sudah semakin banyak akhir-akhir ini tapi tidak ada satu media pun yang memberitakan tentang mafia ini." laki-laki muda itu terlihat lelah dan duduk sambil menundukkan kepalanya.

Atasannya pun hanya termenung seraya menghela nafas "Jika yang lain main aman, kita main aman juga, lagian ini bukan soal kebenaran atau apa, tapi dapat berlanjutnya pekerjaan ini, apa kau mau disalahkan menjadi pemicu banyak orang menganggur hanya karena ulah mu." ia menyeruput kopi sambil menaikkan alisnya ke arah laki-laki muda itu dan melanjutkan pembicaraannya, "Sudahlah, kalau kau tetap mau kukuh, kenapa tidak jadi polisi saja atau tentara, mereka sedang di garis depan memberantas mafia-mafia itu." Atasan itu berdiri dan membelakangi laki-laki muda itu sambil melihat ke arah jendela.

Laki-laki muda itu hanya tetap menunduk sambil terisak-isak, ia pun melangkahkan kaki nya keluar ruangan tanpa mengucapkan satu kata pun.

Laki-laki muda itu pun keluar dari kantor itu, dari wajahnya ia terlihat masih kesal dan marah kepada atasannya, ia pun menghampiri suatu kafe untuk membeli kopi favoritnya dan beberapa roti. Selepas dari kafe itu, ia pun tetap masih merasa kesal dan berusaha menenangkan diri, ia mencoba untuk berpikir apakah atasannya beserta atasan dari media lain sudah dibayar oleh mafia-mafia itu untuk bungkam, walaupun sebenarnya mafia-mafia itu banyak mengusik masyarakat pinggiran kota saja, tetapi walaupun begitu mereka bisa saja mengusik pusat kota, tentara dan polisi juga sudah bergerak, ia mendapat informasi itu saat mencoba menelisik lebih jauh mafia itu. Walaupun begitu, mafia-mafia tersebut melakukan beberapa pembunuhan dan teror kecil di pinggiran kota, seperti 2 minggu sebelumnya terjadi pembunuhan di salah satu apartemen yang diduga pelaku nya adalah para mafia, tapi sialnya tidak ada satu pun media yang mau memberitakan, yang ada hanya netizen sosial media yang berada di tkp yang menyebarkan informasi seputar pembunuhan di apartemen itu, tidak lama postingan dari netizen itu menyebar pun, postingannya langsung hilang beberapa hari setelahnya, mereka (para mafia) sangat gesit sekali.

***

Bingung mau menuju kemana, aku pun berpikir untuk menuju alun-alun, di hari yang berawan ini membuat kota menjadi tidak terlalu panas serta membuat udara juga sejuk, dengan suasana yang begitu aku pun dapat menenangkan diri dengan sangat baik disana. Sesampai disana, aku pun mencari tempat yang pas, setelahnya aku menyantap roti yang kubeli tadi sambil menikmati suasana alun-alun di kota yang indah ini. Aku merasa cukup tenang setelahnya, dengan suasana sejuk dan tentram, roti yang renyah, dan kopi yang sedikit pahit, cukup membuatku tenang.

Suasana alun-alun ini juga membuat ku nostalgia masa-masa sekolah menengah ku dulu, dimana tiap pulang sekolah di hari jumat, aku dan teman-teman ku bergegas menuju alun-alun dan kami disini sampai matahari terbenam. Hari-hari yang indah kala itu, aku sangat merindukan masa-masa sekolah menengah ku, aku juga bersyukur memanfaatkan masa-masa itu dengan sangat baik dan tidak sampai membuat masalah atau terlalu datar. Orang-orang yang di alun-alun juga membuat mood ku lebih baik, ada juga rombongan remaja sedang bersenang-senang (sama seperti diriku dan teman-teman ku dulu), ada juga sepasang kekasih sedang merekatkan hubungan, ada juga orang yang jauh lebih tua dari aku, yang seperti nya juga sedang bernostalgia disini, ada juga orang yang menekuni hobi nya disini, seperti orang yang sedang melukis suasana di alun-alun itu, ia seperti fokus dan santai sekali melukis disini. Tetapi, masih ada yang menyangkut di benak pikiran ku, aku teringat salah satu kejadian cukup heboh yang sempat ku tulis artikelnya tapi tidak dapat diterbitkan karena aku menyangkut para mafia di artikel itu, sialan sekali rasanya para mafia itu.

Kalau diingat-ingat, saat itu cukup heboh. 6 hari yang lalu, terjadi teror yang di pinggiran kota Roeren-Houl dan menyebabkan masyarakat menjadi heboh. Hari itu, terjadi ledakan di salah satu pos polisi dekat lampu merah, berhubung saat kejadian berlangsung aku sedang berada di salah satu kafe dekat situ, aku juga kaget dengan suara ledakannya. Untung saja, saat ledakan terjadi tidak ada kendaraan yang melintas atau orang yang mau menyebrang tapi walaupun begitu, orang-orang di sekitar itu langsung ketakutan karena nya. Aku sempat memotret beberapa hal penting di kejadian, setelahnya aku pun langsung pulang dan membuat artikel tentangnya, walaupun sebenarnya tidak ada tanda-tanda itu dari para mafia, tapi aku tetap kukuh itu ulah mereka, karena di kota yang damai dan tentram ini, siapa lagi yang bakal membuat onar selain mereka. Setelah membuat artikelnya, aku istirahat sebentar dan bergegas menuju kantor ku, sialnya artikel ku ditolak mentah-mentah oleh atasan ku, menurutnya itu sama saja menuduh secara membabi buta, setelah dipikir-pikir aku juga sadar kalau aku menuduh langsung mereka (para mafia) tanpa bukti yang jelas. Artikel yang diterbitkan pun, artikel yang lain, peristiwa pengeboman pos polisi itu pun tetap diterbitkan oleh beberapa media tapi betapa sialnya ada yang menulis kalau itu adalah polisi yang bunuh diri, masyarakat juga banyak percaya dengan pernyataan yang itu ketimbang berpikir ada pihak teroris atau ulah para mafia. Aku benar-benar kesal dan panas setelahnya, setelah peristiwa pembunuhan di apartemen sampai teror di pos polisi, aku tetap kukuh itu ulah para mafia itu. Tetapi mau bagaimana lagi, seperti kata atasan ku.. kalau aku bukan polisi atau tentara. Menurut ku, tidak ada salah nya juga untuk ikut menginvestigasi kejadian-kejadian tersebut.

Di tengah-tengah aku yang sedang gundah dalam hati, ada seorang pria yang terlihat lebih tua sedikit menghampiri ku, ia terlihat seperti pekerja kantoran yang sepertinya juga sedang menenangkan diri di alun-alun, ia seperti nya mau mengajak ngobrol, tidak masalah untuk ku selagi obrolannya tidak menghancurkan mood ku.

"Panjang sekali lamunan." sapaan yang digabung dengan basa basi itu dapat ku terima dengan baik,

"Iya, bulan ini banyak hal yang kupikirkan terkait pekerjaan dan hal pribadi ku." jawab ku santai,

"Pekerjaan apa yang kau jalankan ? tidak terlihat seperti pekerja kantoran seperti ku.. hmm jurnalis ? Nach...richten.." pria itu bertanya sambil membaca bet nama ku yang tergantung.

"Panggil saja aku Nach, aku seorang jurnalis hanya saja artikel-artikel ku akhir-akhir ini ditolak langsung sama atasan ku." cerita singkat kepada pria itu.

"Apa karena kau masih baru ? tapi dari kelihatannya sih udah profesional sih ini.. lalu apa karena kau menulis hal yang sensitif ? seperti kupu-kupu misalnya." tanya Pria itu.

Pria ini tipikal para pekerja kantoran yang lain, tapi tetap tidak masalah, aku akan mencoba memberitahu mengenai para mafia, barangkali ia tahu, "Mungkin kau tahu atau tidak tahu, mengenai mafia-mafia yang akhir-akhir ini semakin naik ke permukaan tapi sangat hati-hati, mungkin pernah lewat kali di sosial media mu."

Pria itu diam sebentar sembari meneguk minuman kaleng nya, lalu ia berkata "Kurasa mafia-mafia itu tidak akan ada di kota ini, keamanan kota ini cukup kuat dari luar dan dalam tanpa mengikat masyarakat sekitar, tapi bisa saja mafia-mafia itu ada dan mungkin sudah dihabisi sama polisi serta militer kota ini."

Jawabannya aman sekali menurutku, aku ingin menghentikan obrolan rasanya dan berpindah tempat atau pulang, sembari menghabiskan minuman, aku pun berkata "Sepertinya matahari sebentar lagi akan terbenam, aku juga mau beristirahat setelah lelah bekerja hehe."

Pria itu terlihat tidak terganggu sama sekali, sangat menyesuaikan keadaan sekali.

"Kalau begitu, aku minta maaf karena salah merespon mu mengenai mafia-mafia itu, sebelum itu.. aku punya satu pertanyaan lagi.." Pria itu tiba-tiba berkata saat aku mau beranjak dari tempat duduk, lalu ia pun melanjutkan pertanyaannya, "Apa mafia-mafia itu menyerang mu ? kau terlihat sangat kesal sekali dengan mereka(para mafia)." tanya pria itu.

Aku tidak menyangka pria itu bakal benar-benar mempertanyakan itu, untung saja aku langsung menunjukkan reaksi mau pamit, akan aku jawab singkat saja "Mereka (para mafia) itu.. 2 minggu yang lalu, telah melakukan pembunuhan di sebuah apartemen, memang tidak ada bukti yang kuat kalau itu ulah mereka, tapi ada yang membuat ku yakin itu adalah ulah mereka adalah saat itu, dia menelepon ku, di telepon itu dia bercerita mengenai masalah yang menimpanya, yaitu terlilit hutang dan mendapatkan tawaran untuk menjual barang terlarang, tetapi sayang ia ceroboh dan ketahuan polisi, tetapi sebelum polisi menggrebeknya.. ada yang mendatanginya lebih dulu, saat itu ia bilang 'Nach.. mereka benar-benar datang nach.. mereka di depan pintu ku.. tadi aku mengintipnya, apa yang harus kulakukan, seharusnya aku tidak melakukan ini.. Nach.. mereka masuk ke aparte—' setelahnya aku mendengar suara grasak grusuk, sepertinya ia melempar ponselnya saat itu, ia juga menceritakan semua itu sambil menangis saat itu." sepertinya aku terbawa suasana, aku hampir menceritakan semuanya, tetapi pria itu seperti tidak terlalu mendengarkan ku bercerita tadi, ia pun bertanya,

"Siapa itu ? Dia yang kau maksud ? pacar mu ? tunangan ? atau teman masa kecil ?"

Sembari pria itu bertanya, aku membuang sampah bekas plastik roti dan minuman ku, dan aku juga akan segera pamit pulang setelah menjawab pertanyaannya,

"Bukan, aku masih lajang dan akan tetap lajang sampai kota ini benar-benar aman dari mereka (para mafia), yang ku telpon pada hari itu adalah adik ku sendiri." setelah menjawab pertanyaannya, ia terlihat tetap dengan reaksi yang sama saja dengan sebelumnya, aku pun langsung berjalan meninggalkan ia di alun-alun itu dan pulang ke rumah.

avataravatar