webnovel

Rizel Sentinel [Adventure]

Slow Update. Berdasarkan Mood,. [Novel ini mengandung Umpatan, sebaiknya persiapkan mental dulu dan jangan sampai Novel ini membuat kalian semakin Toxic] [FYI, MC ini adalah MC Toxic. Jadi, maklumlah kepada MC satu ini!] Hiduplah sebuah negara yang maju pada tahun 2022. Negara itu maju dalam pendidikan, ekonomi dan militer, sehingga budaya dan politik terbentuk dengan baik. Negara itu adalah Negara Twelve. Rizel Sentinel, seorang remaja usia 16 tahun hidup tanpa bersosialisasi. Ia menghabiskan waktunya hanya untuk bermain game dan membaca komik. Namun, semua itu berubah semenjak kejadian yang aneh itu terjadi. Rizel ditarik ke Akademi Militer Twelve. Di akademi Itu akan mengubah hidupnya suatu hari nanti.

DaoistNDoypm · Fantasy
Not enough ratings
27 Chs

Kelas Disiplin 4

Kelas berakhir. Pak Rowles meninggalkan kelas Diva dan menuju ke ruang guru. Kelas tanpaku dan Aliendra sehingga tidak terlalu berubah kondisi kelas ini. Diva membereskan mejanya dan menuju ruang kepala sekolah untuk dimintai keterangan atas pembunuh yang menyerang Aliendra kemarin malam.

Diva tidak terlalu akrab dengan teman sekelasnya selain aku. Jadi, dia langsung meninggalkan kelas tanpa menyapa teman sekelas pun dan langsung menuju ke ruang kepala sekolah.

Di sebuah kelas, terdapat aku yang penuh luka akibat Kelas Disiplin Dr. Guren sedang menatap papan tulis yang berisi pelajaran yang kubenci. Kelas fisika. Aku membencinya bukan karena rumus yang rumit dan soal yang susah, mungkin karena kebencianku yang bersifat alamiah, sehingga tidak diketahui kenapa aku benci fisika.

Guru yang mengajarku itu tidak lain adalah Pak Sheldon yang sedang menjelaskan rumus fisika untuk keperluan militer. Yang benar saja, apa gunanya rumus fisika untuk bertarung? Orang ini sepertinya maniak fisika. Jika aku tidur, dia akan menyiramiku dengan cairan belerang dekat meja tempat aku belajar, sehingga aku tidak bisa tidur nyenyak. Cih, aku harus menahan kantukku sampai jam 18:00.

Di perjalanan menuju ruangan kepala sekolah, dia melihat ada saudara kembar yang sedang duduk di lorong. Vincent memeluk Vidhia dari belakang karena Vincent mengeluarkan air matanya. Vidhia menerima pelukan itu dengan ikhlas karena ia ingin menghargai kakaknya. Diva yang mendengar suara tangisan itu menghampiri mereka.

Dia pun tidak lupa menyapa, "Vidhia! Why are you here?" ("Vidhia! Mengapa kamu disini?") dengan senyumannya yang tulus.

「ディーバ ちゃん,お 元気 です か?」 (Diba-chan, ogenki desu ka?) Sahut Vidhia kepada Diva yang mendekati Vidhia.

"Why is Vincent crying?" ("Kenapa Vincent menangis?") Tanya Diva melihat Vincent menangis.

「それは...」 (Sore wa…) (Itu...) Ucap Vidhia terpotong.

「ふわ!専門分野 クラス もう 行きたくない,」 (Fuwa! Senmon bunya kurasu mou ikitakunai,) ("Huwa! Aku tidak mau Kelas Disiplin lagi,") jerit Vincent menangis memeluk Vidhia dari belakang, sehingga tangannya yang nakal memegang dada Vidhia.

"Aah!!" Desah Vidhia,

「ちょっと,お兄 ちゃん.私 の おっぱい を 絞らない で ください よ!」(Chotto, oniichan. Watashi no oppai wo shiboranai de kudasai yo!) (Tunggu, Kak! Jangan meremas payudaraku!) Tindih Vidhia geli.

"ほしくない! もう いらない!」(Hoshikunai! Mou iranai!) ("Tidak mau! Aku tidak mau lagi!") Tangisan Vincent semakin keras.

Diva yang melihat itu dengan tatapan kosong dan bertanya, "How about your school, Vidhia?" ("Bagaimana dengan sekolahmu, Vidhia?")

「えと.ちょっと少し不ズンですけど.だって,お兄ちゃんがいないでした.」 (Eto, chotto sukoshi fuzun desu kedo. Datte, onii chan ga inai deshita.) ("Uh. Sedikit tidak nyaman. Habisnya, tidak ada Kakak.") Vidhia menggerutu karena Vincent tidak ada di kelas.

「もう いいです.ちなみに,ディーバちゃん どこ に 行きます か?」("Mou ii desu. chinamini, Diiba-chan doko ni ikimasuka?) ( "Tidak apa-apa. Ngomong-ngomong, Diva mau kemana?") Tanya Vidhia.

"I had to go to the principal's room. He want ask me something about my letter who you send to me," ("Saya harus pergi ke kamar kepala sekolah. Dia ingin menanyakan sesuatu tentang surat saya yang Anda kirimkan kepada saya,") jelas Diva panjang lebar.

「それじゃあ,また会いましょう,」(Sore jaa, mata aimashou,) (Baiklah kalau begitu, sampai jumpa lagi,) pamit Vidhia kepada Diva.

"See you,"("Sampai jumpa," balas Diva dengan senyuman.

「ヴィディア,僕を離れないで,」 (Vidia, boku wo hanarenaide,) ("Vidhia, tangan tinggalkan aku!") Rengek Vincent mengejar Vidhia.

Diva pun berjalan seperti biasa. Berselancar di media sosial merupakan aktivitasnya di saat sendirian. Dia menghabiskan banyak waktu disana. Tidak banyak teman di media sosial yang berteman dengannya karena dia tidak terlalu berminat dengan hal itu. Itu adalah salah satu cara untuk mengisi kebosanannya.

Di Kelas Disiplin, aku sedang berada situasi yang paling buruk dalam hidupku. Aku berada dalam Kelas Disiplin bersama Pak Sheldon sementara Diva bebas untuk hari ini karena Bu Elevert sedang berada dalam tugas administrasi di Guild Twelve bersama Bu Secondary atas perintah Wakil Kepala Sekolah.

"Sudah selesai dengan materi ini, p***h. Sekarang, kau harus menjawab soal ini. Jika kau tidak bisa mengerjakan fisika, kau harus mengulang lagi besok, dasar tua bangka!" Pak Sheldon membentak di depanku yang hampir sekarat karena rumus fisika.

Aku pun diberi 10 soal yang sangat mengecewakan. Rasanya aku ingin mati karena ini. Aku tidak mau berurusan dengan fisika lagi seumur hidupku setelah mengerjakan soal ini. Aku pun langsung mengambil bolpoin dan pensil. Aku mengerjakan dengan gegabah dan putus asa.

Tidak ada waktu lagi. Aku harus menyelesaikan soal ini. Soal ini cukup susah. Bahkan, siswa juara kelas pun menangis putus asa dengan soal ini. Tidak ada artinya juara kelas jika dia tidak bisa mengerjakan soal ini. Soal ini akan membuatmu bertahan hidup dari segala ancaman

Aku pun menyelesaikan setengah dari soal dalam waktu 14 menit. Sedikit lagi, tinggal 5 soal lagi. Aku akan menyelesaikan soal ini dan pulang dengan selamat. Kalau tidak, aku harus mengulang lagi untuk keesokan harinya. Seharusnya aku tahu itu.

15 menit kemudian, akhirnya aku pun selesai mengerjakan soal fisika. Pak Sheldon pun mengambil lembar jawabanku untuk memeriksa. Ia melihat soal satu persatu. Setelah memeriksa jawaban, ia pun berkata, "Mengesankan. Kua mendapatkan B (67/100) kali ini. Silahkan pulang dan minum susumu, anak bayi!" Shelodn meninggalkan kelas dengan perasaan yang cukup kesal.

Aku pun mengenas barangku dan pulang ke apartemen. Aku sudah cukup dengan soal fisika. Aku gak akan terlibat lagi untuk besoknya. Aku pun berjalan di tempat yang sepi tanpa ada seorang pun yang melintasi.

Diva sudah sampai di ruang kepala sekolah. Ia mengetuk pintu terlebih dahulu. Terdengar suatu suara yang berasal dari ruangan itu, "Masuklah!" Diva pun membuka pintunya perlahan dan memasuki ruangan itu.

"Excuse me," ("Permisi,") sahut Diva berdiri di hadapan orang itu. Dia adalah Dr. Guren von Walker.

"Can I help you, Sir?" ("Apa yang bisa kubantu, Pak?") Tanya Diva menghadap kepada Dr. Guren.

"Diva Lexton. Langsung pada intinya saja. Kematian malam, terjadi insiden dimana para pembunuh itu menyerang Aliendra Railhoun. Kau menyelamatkannya dari pembunuh itu, iya bukan?"

"Yes, Sir. Next," ("Ya, Pak. Selanjutnya,") ucap Diva tanpa keraguan sekalipun.

"Ciri-ciri pembunuh itu adalah orang yang mengenakan pelindung seperti ksatria pada abad 14. Dia memiliki emblem Lexton pada pelindungnya. Berarti Klan Lexton sedang menunjukkan dirinya dan beraksi dibalik layar."

"Kami berencana untuk melacak mereka. Namun, kami kekurangan personel mengingat sebagian besar personel dikerahkan ke perbatasan Technolotican. Kami sudah bekerja sama dengan Kerajaan Azvert mengenai pemberontakan yang semakin membesar."

"Untuk mengatasi pemberontakan, Evelyn Lexton … maksudku ibumu merancang robot pertahanan untuk mengatasi pemberontakan. Aku tahu Reinhardt ... maksudmu ayahmu merupakan Inspektur Orthodox Crusade di Republik Roshan menggantikan Esterio Lexton.

"Aku dan Riley bersepakat dengan kedua orang tuamu dan bekerja sama untuk mengatasi pemberontakan yang sering terjadi di perbatasan. Sebagai imbalannya, kami akan memberikan fasilitas yang dilengkapi dengan keamanan dan kenyamanan tingkat tinggi, termasuk rumah yang kau tinggali."

Diva mendengar penjelasan itu dengan sedikit keringat dingin. penjelasan itu terlalu dingin baginya.

"Setelah kematian Zerovent Lexton kemarin malam akibat dibunuh olehmu, Master Sega Lexton mengirimkan surat kepadamu dan isinya surat undangan ke Old Hallen pada musim dingin nanti. Aku yakin kau akan menolak undangan itu karena kau tidak ingin terlibat lagi agar ayahmu bisa hidup tenang."

"What are you talking about?" You've been babbling about Lexton. I won't hear it anymore." ("Apa yang kau bicarakan? Kau sedari tadi mengoceh tentang Lexton. Aku tidak mau mendengar itu lagi ") Diva membentak Dr. Guren.

"Maka dari itu, aku bertanya kepadamu, apakah kau … berpihak kepada kami, atau kau berpihak kepada Klan Lexton?" Tanya Dr. Guren serius.

Diva menerima pertanyaan itu dan berpikir keras agar pilihannya tidak tertuju pada masalah yang akan datang. Ia memutuskan untuk menjawab pertanyaan itu secara waspada.

Diva keluar dari ruang kepala sekolah setelah menjawab pertanyaan itu. Ia tidak terlalu percaya dengan respon Dr. Guren itu.

"Clan Lexton? Are you kidding me? Holly Luya. I'm not see you anymore, Guren," "Klan Lexton? Apakah kamu bercanda? Holly Luya (Plesetan dari Haleluya). Aku tidak melihatmu lagi, Guren," keluh Diva atas pertemuan itu.

"I should back to apartement right now, otherwise he'll killing Aliendra." Diva bergegas menuju.ke apartemen dengan langkah kakinya.

Sesampai Diva sampai di apartemennya terjadilah keributan di dalam apartemen itu. Diva yang mendengar keributan itu segera memasuki apartemennya dan melihat ruangan yang berantakan akibat kejadian itu. Rupanya itu adalah aku yang memojokkan Aliendra.

Aku sedang memojokkan Aliendra itu mencoba membunuhnya. Aku yang sudah diambang batas mengerahkan kekuatan yang ku miliki untuk menghabisi nyawanya. Aku yang sudah segar kembali setelah membasuh wajahku menyerang Aliendra yang menyedihkan itu.

"What are you doing, d***l?" ("Apa yang kamu lakukan, i***s?") Tanya Aleindra ke Rizel gemetaran di pojok ruangan.

"Kau yang menyeretku ke Kelas Disiplin. Kelas itu isinya rumus fisika. Kau yang seenaknya kabur dengan hak istimewa yang p***h itu. Akan kuhancurkan kau!" Aku melancarkan seranganku untuk membunuh Aliendra.

"Stop it, you foolish kid!" ("Hentikan, anak bodoh!") Diva menahanku dengan tangannya sekuat tenaga.

"Lepaskan aku, p****r! Akan ku kirimkan kau di prostitusi atau aku mengirimkan bajingan jelek kepadamu sampai menjadi p*****r sejati," ocehku kepada Diva.

"Calm yourself!" ("Tenangkan dirimu!") Diva memukulku di kepala sehingga aku tidak sadarkan diri.

Diva pun membereskan kekacauan setelah aku pingsan di lantai. Aliendra membantu Diva untuk membereskan kekacauan itu

"I'm sorry, Diva. It is my false," ("Maaf, Diva. Ini salahku,") sesal Aliendra sedang menyapu walaupun tangannya masih sakit.

"Don't worry! He always likes that. He is upset now. No choice but to send him to a relaxing place" ("Jangan khawatir! Dia selalu seperti itu. Dia kesal sekarang. Tidak ada pilihan untuk mengirimnya ke tempat bersantai,") balas Diva sedang merapikan furniture.

"Please go to sleep! I'll be watching him. I'll sleep with you tonight when it's over. You can watch something before bed. Here's the remote!" ("Silahkan tidur! Aku akan mengawasi dia. Aku akan tidur bersamamu malam ini setelah itu selesai. Kau boleh menonton sesuatu sebelum tidur. Ini remotenya!") Diva memberikan remote tv ke Aliendra.

Aliendra mulai menonton opera di Tv LED untuk menenangkannya. Sementara Diva mengikatku dengan rantai agar aku tidak menjadi seekor serigala. Setelah acara opera selesai, Aliendra tertidur dengan pulas. Tak lama kemudian, Diva menghampiri Aliendra dan tidur bersamanya. Suasana Apartemen menjadi sepi, namun, lampu apartemen dibiarkan menyala redup.

{{{•••}}}