30 Untuk terus hidup

Setelah kelas berakhir, semua anggota tim Leon berkumpul di kamar Leon.

Semua orang duduk di atas karpet tebal. Kamar Leon tidak memiliki cukup banyak kursi untuk semua orang. Sementara itu, Leon mengeluarkan beberapa botol susu yang telah dihangatkan dan membagikannya pada semua orang.

Evan menerima botol susu yang masih hangat dengan dengan perasaan muram. Dia masih merasa tidak enak pada Leon.

"Maaf, Kapten. Aku tidak memiliki keberanian untuk membantumu. Sebagai gantinya, biarkan aku membantumu dengan cara lain"

Leon tersenyum pada Evan, "Itu tidak perlu, aku rasa sangat wajar untuk mengambil keputusan sepertimu"

"Tapi tetap saja aku merasa tidak enak padamu. Sebagai keluarga Enlight yang terhormat, aku berjanji untuk mendukungmu dengan kekayaan keluargaku. Katakan saja apa yang kamu butuhkan, aku akan mendapatkannya untukmu"

Evan masih memiliki kebanggaan di hatinya. Evan selalu menanamkan dalam hatinya bahwa kehormatan harus selalu dijunjung tinggi. Janjinya sebagai seorang Enlight bukanlah sesuatu yang enteng, dia dapat membeli sebuah gedung dengan kekayaan keluarganya seperti bukan hal yang besar. Ini adalah dukungan yang cukup menjanjikan.

Leon menepuk ringan pundak Evan, "Kata-katamu sungguh terdengar meyakinkan. Baiklah, akan aku terima dengan senang hati. Tapi aku tidak akan terlalu serakah untuk meminta banyak"

Astrid menimpali, "Huh, kau hanya ingin memamerkan kekayaan keluargamu saja. Itu hanya dukungan keluargamu. Namun secara individu, apa yang bisa kau lakukan untuk membantu Leon?"

Evan merenung, tapi dia tidak bisa menemukan jawaban dari pertanyaan Astrid. Evan selalu mengandalkan keluarganya, baik dari kekayaan maupun kehormatan. Namun tidak ada satu hal pun tentang dirinya yang berharga selain sebagai keluarga Enlight.

Leon mampu mengumpulkan sejumlah kekuatan dengan bakatnya. Ario memiliki bakat perkembangan dan pemahaman yang luas. Astrid cerdas dan menilai sesuatu secara mendalam. Yui dan Yue terampil dalam menggunakan teknik mereka, mereka tau kapan harus bertindak. Sedangkan untuk Elvi, Evan menilai cukup tinggi dukungan yang diberikan Elvi pada tim.

Lalu apa nilai Evan dalam tim ini? Dia tidak memiliki keberanian untuk maju seperti Yue dan Yui. Bukankah dirinya adalah yang paling menyedihkan dalam tim ini?

Evan terus memikirkan hal itu. Suasana hatinya semakin suram. Kata-kata Astrid benar-benar menusuk di tempat yang paling sakit.

Ario berkata dengan suara pelan pada Astrid, "Astrid, apakah kata-katamu tidak terlalu berlebihan"

Astrid menjawab dengan suara yang tegas, "Tidak, seseorang harus memahami posisinya sendiri untuk bisa berkembang. Aku telah memberinya cukup banyak nasihat sejauh ini, namun semua itu akan tidak berguna jika dia tidak memahami dirinya sendiri"

Astrid memandang cukup jauh hingga segi psikologis Evan. Bagi Astrid, keluarga yang berpengaruh merupakan dukungan yang kuat, tapi juga rantai yang mengikat erat pada saat yang sama. Hal itu juga berlaku untuk dirinya sendiri.

Yue dan Yui berpikir lebih jauh tentang ucapan Astrid.

Yue berbicara dengan wajah yang tenang, "Astrid, aku tidak tahu bahawa kamu memperhatikan Evan cukup banyak"

Yui melanjutkan kalimat Yue dengan mata berkilauan, "… Mungkinkah kamu sebenarnya menyukai Evan?!! Kyaaaaa! Apakah benar begitu?! Benar begitu?!"

Astrid tersentak kaget, ekspresinya menunjukkan dia kebingungan. Bahkan dia sendiri tidak menyadari hal itu.

Elvi ikut campur dalam obrolan para gadis, "Aku juga sempat berpikiran seperti itu. Sekarang aku mulai penasaran"

Saat suasana suram telah pergi dan digantikan oleh obrolan seru para gadis, pintu kamar Leon diketuk oleh seseorang dari luar.

Leon pergi membuka pintu sementara para gadis masih asik mengobrol.

Ternyata Arines adalah orang yang berdiri di depan pintu. Dia sedikit melirik ke dalam dan melihat ternyata cukup banyak orang di kamar Leon.

"Maaf, apakah aku mengganggu pertemuan kalian?"

Leon menjawab sambil tersenyum ringan, "Tidak, kami tidak sedang membahas hal yang besar. Apakah kamu perlu sesuatu?"

Arines kembali memasang wajah tenang, "Ya, kita berdua perlu berbicara secara pribadi"

"Baiklah kalau begitu"

Leon berbalik pada teman-temannya, "Teman-teman, aku akan pergi sebentar. Buatlah diri kalian nyaman, aku akan segera kembali." lalu menutup pintu.

Ketika Leon dan Arines pergi, Yui memulai obrolan seperti, "Woah, Kapten adalah seorang penakluk gadis", "Mungkin hanya masalah waktu sebelum aku jatuh padanya". Dan sebagainya.

Entah moral macam apa yang ditanamkan pada Yui oleh orangtuanya sehingga berpikiran yang tidak seharusnya. Namun berkat hal itu dia justru dapat mencairkan suasana yang tegang.

Arines dan Leon berjalan cukup jauh dari kamar Leon dan pergi ke tempat yang sepi sambil memastikan tidak ada orang di sekitar mereka.

Arines berhenti, "Baiklah, sepertinya di sini saja sudah cukup"

"Arines, apa yang ingin kamu bicarakan?"

Arines tiba-tiba menyentuh dahi Leon dengan jari telunjuknya. Setelah disentuh oleh Arines, Leon secara tiba-tiba kehilangan tenaganya dan terjatuh di lantai.

"A—Apa yang kamu lakukan?"

Arines membuat ekspresi seperti dia telah menduga hal ini.

"Sepertinya dugaanku benar. Leon, sejak kemarin setelah pertarungan kita, kamu sebenarnya sudah kehabisan tenaga. Alasan mengapa kamu masih bisa bergerak adalah karena ada sebuah garis tipis yang menghubungkanmu dengan seorang roh yang memberimu tenaga untuk bergerak secara berkala. Tubuhmu bergantung pada garis itu untuk bergerak"

"Lalu apa yang kamu lakukan barusan?"

"Aku memutuskan garis itu"

Leon berteriak, "Mengapa!?"

Arines menjawab dengan ekspresi dingin, "Selama garis itu masih ada, tenagamu tidak akan bisa pulih sendiri. Aku yakin kamu memiliki kontrak dengan roh tentang sejauh mana kekuatannya bisa kamu pinjam. Jika kamu tetap terhubung seperti itu, kekuatan yang seharusnya bisa kamu pinjam akan habis dan kamu tidak akan punya tenaga untuk bergerak saat itu tiba"

"Kita akan melaksanakan ujian bertahan hidup. Jika kamu kehabisan tenaga di saat yang tidak terduga, kita semua bisa mati. Kita akan berangkat dalam dua jam lagi, pastikan untuk pulih sebelum itu"

Arines langsung pergi setelah mengatakan itu tanpa mengantarkan Leon kembali ke kamarnya.

Leon berusaha bergerak untuk meraih Arines, namun dia bahkan kesulitan untuk menggerakan tangannya. Arines telah memasang sebuah Barrier khusus di sekitar Leon yang meneruskan cahaya sehingga tidak akan ada orang yang bisa melihat Leon ataupun menolongnya.

Di lorong asrama yang sepi, suara ketukan sepatu Arines terus terdengar.

"Aku hanya ingin bukti bahwa kamu adalah yang asli. Tunjukkan padaku sosok yang mengagumkan, Leon"

Arines menguji Leon dalam kesempatan yang sempit. Arines memiliki dua alasan untuk melakukan hal ini.

Alasan pertama adalah untuk menguji Leon. Alasan kedua adalah untuk melindunginya.

Arines menerima perintah dari Hana Irena untuk melindungi Leon. Perintah itu muncul karena banyak orangtua siswa yang khawatir tentang masa depan anaknya yang berbagi sekolah dengan Leon. Mereka menilai Leon sebagai sosok yang berbahaya bagi anak-anak mereka. Beberapa orang bahkan menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh Leon.

Beberapa pembunuh telah berhasil ditangkap dan ditahan oleh para guru yang bertugas, tapi tidak ada yang tahu bahwa masih ada beberapa yang berhasil lolos dari pengawasan pihak sekolah.

avataravatar