29 Ujian khusus

Anna dan Evan datang menghampiri Leon.

Evan terlihat sangat kagum pada Leon, "Kapten! Tadi itu benar-benar hebat! Aku bahkan tidak tahu bagaimana mengatakannya, tapi itu hebat sekali! Lain kali mari berlatih bersama"

Leon tersenyum pada Evan, "Tentu, mari lakukan lain kali"

Leon bertanya pada Anna, "Anna, kemana kakakmu pergi? Bukankah dia masih ada di sini beberapa saat yang lalu?"

Anna menjawab, "Yah, dia bilang memiliki beberapa urusan. Selain itu dia juga menitipkan pesan untukmu, 'Aku akan mengalahkanmu di pertemuan berikutnya.' Begitulah katanya"

"Ah, jadi begitu. Aku juga tidak akan kalah"

Anna sedikit menarik lengan baju Leon dan berbisik di telinga Leon, "Abaikan kakakku, sepertinya gadis di depanmu sedang marah. Lakukan sesuatu untuk menenangkannya"

"Meskipun kamu berkata seperti itu, aku tidak tahu apa yang harus dilakukan tentangnya"

Jelas sekali Arines sedang marah, namun dia terus diam sepanjang waktu jadi Leon tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Elma memberikan instruksi dalam kepala Leon.

[Berikan saja kecupan ringan di pipinya]

'Apakah itu akan berhasil?'

[Tidak perlu meragukanku, lakukan saja]

Arines terus diam di tempatnya sambil menunduk. Sementara itu, tangannya mengepal, dia sangat geram terhadap Leon.

Namun tiba-tiba Leon mengecup pipi Arines.

Arines yang terkejut langsung mengangkat wajahnya. Wajahnya memerah, tangannya menyentuh pipinya yang dicium oleh Leon seolah tidak percaya.

Leon kebingungan karena dia hanya mengikuti perintah Elma.

"Tenanglah, Arines. Aku… tidak bermaksud buruk"

Namun Arines semakin marah, wajahnya masih memerah karena malu.

"World Tree. Assault Mode!"

Tree Golem raksasa kembali muncul. Golem itu mulai mengejar Leon.

"Uwaah! Itu bukan salahku…! Aku hanya mengikuti perintah Nona Elma"

Leon dan Arines terus berlarian di lapangan.

"Leon! Jangan banyak beralasan! Diam di tempat dan biarkan aku memukulmu!"

Leon terus berlari dengan panik, "Mana mungkin aku melakukan itu!? Aku bisa menjadi bubur hanya dengan satu pukulan!"

Sementara itu Elma yang telah keluar dari tubuh Leon sedang menonton dengan puas di tepi lapangan.

[Ufufufu, ini tontonan yang menarik. Sepertinya aku tidak akan pernah bosan memperhatikan pasangan ini]

Anna dan Evan memilih untuk segera pergi dari tempat ini. Mereka tidak akan mau terlibat dalam pertarungan kedua orang yang memiliki kekuatan tidak normal itu.

Dua hari kemudian, sekolah mengumumkan bahwa tim Leon didiskualifikasi dari ujian.

Tersisa lima tim termasuk tim yang terdiri dari kelas gabungan. Hasil akhirnya adalah :

Tim pertama : 3 Win, 1 Lose

Tim kedua : 2 Win(-1), 1 Lose

Tim gabungan : 2 Win, 2 Lose

Tim ketiga : 1 Win, 3 Lose(-1)

Tim keempat : 0 Win, 4 Lose(-1)

Tim kelima : 3 Win, 0 Lose (Diskualifikasi)

Masing-masing tim yang pernah bertanding dengan tim Leon kehilangan skor dari pertandingan itu. Semua skor tertulis seolah tim kelas kelima tidak pernah hadir dalam pertandingan. Meskipun begitu, tidak ada orang yang melupakan kengerian kekuatan kelas kelima.

Meskipun kelas kelima didiskualifikasi, sekolah memberikan kesempatan untuk mereka bisa dihitung mengikuti ujian.

Itu adalah ujian bertahan hidup di alam liar selama tiga hari. Mereka tidak diperbolehkan membawa penjaga atau siapapun yang bisa menjamin keselamatan mereka.

Ujian ini pada dasarnya terlihat seperti rencana pembunuhan untuk tim Leon. Tentu pihak sekolah menerima banyak protes dari orangtua murid kelas kelima. Pihak sekolah hanya bungkam dan tidak mengatakan apapun lagi tentang ujian ini.

Apakah tidak terlalu kejam menyuruh sekelompok bocah berumur 6 tahun bertahan hidup di hutan tanpa pengawasan?

Selain itu, lokasi ujian ini bukanlah hutan biasa, melainkan hutan tempat para Demonic Beast tinggal. Demonic Beast adalah hewan buas yang konon katanya diciptakan oleh ras iblis pada zaman dahulu kala. Mereka adalah mahluk yang kejam, memiliki insting bertahan hidup yang kuat, dan memiliki kemampuan khusus.

Ketika kelas dimulai, Hana Irena yang berdiri di depan kelas memanggil Leon untuk maju ke depan kelas.

Wajah Hana Irena tidak menunjukkan rasa khawatir ataupun iba terhadap Leon. Dia menanggapi situasi secara dingin.

"Leon, aku yakin kamu sudah mendengar keputusan sekolah"

Leon berusaha untuk tetap bersikap tenang, "Iya, saya sudah mendengar pengumuman dari pihak sekolah"

Hana Irena berkata, "Bagus, sekarang aku akan menjelaskannya detailnya. Sekolah mengatakan tentang melakukan ujian ini dalam sebuah tim, namun hanya kamu yang diwajibkan untuk mengikuti ujian ini."

Leon tersentak kaget. Ujian ini sepertinya benar-benar hanya bertujuan untuk membunuhnya.

"Sekolah hanya akan memberikan persediaan makanan dan peralatan bertahan hidup dasar untuk dua hari. Kami akan menempatkanmu di titik yang telah ditentukan. Setelah waktu ujian berakhir, kami akan menjemputmu di titik yang sama. Namun jika kamu berhasil kembali sendiri ke sekolah dalam waktu itu, akan ada hadiah spesial yang diberikan padamu"

"Satu hal lagi. Jika kamu lulus dari ujian ini, sekolah akan menjamin 100% tingkat keberhasilanmu memasuki sekolah lanjutan yang kamu inginkan. Jika kamu gagal dalam ujian ini… seharusnya kamu sudah tau apa yang terjadi jika kamu gagal"

Leon menelan ludah. Ini adalah ujian bertahan hidup. Gagal bertahan hidup hanya berarti satu hal— Kematian.

"Baiklah, cukup sampai di sini penjelasannya. Jika ada yang bersedia mendampingi Leon dalam ujian ini, silakan angkat tangan"

Tidak ada siswa yang berani langsung mengangkat tangan. Mereka dipenuhi dengan keraguan dan ketakutan. Kehidupan mereka telah dijamin, tidak ada gunanya mempertaruhkan hidup mereka untuk membantu satu orang yang berbahaya.

Mereka masih anak kecil, keputusan berat semacam ini bukanlah sesuatu yang seharusnya dibebankan pada mereka. Bahkan tim Leon pun merasa ragu untuk membantu Leon saat ini.

Evan memiliki harga diri sebagai keluarga Enlight, namun dia harus tetap hidup untuk menjaga kebanggaan itu. Ario tidak merasa percaya diri tentang kekuatannya, jadi dia tidak memiliki keberanian untuk mengangkat tangan. Astrid hanya diam, namun tampaknya dia memiliki sedikit dendam terhadap Leon sejak Leon menyerangnya.

Elvi merupakan adik Leon, namun Leon melarang keras Elvi untuk ikut campur dalam ujian ini. Ini adalah bentuk kekhawatiran Leon sebagai kakak.

Yue dan Yui memiliki pemahaman yang sama. Keduanya mengangkat tangan secara bersamaan.

"Kami bersedia"

Keduanya bukan Class petarung, namun mereka berani mengambil keputusan itu. Evan dan Ario merasa menyedihkan karena kalah dari Yui dan Yue.

Terakhir… Arines mengangkat tangannya.

Sebenarnya Arines tidak memiliki kewajiban atau alasan kuat untuk ikut campur dalam hal ini. Dia baru bergabung dalam kelas belum lama ini, namun dia memiliki rasa keadilan yang tinggi.

"Baiklah, jika tidak ada lagi yang mengangkat tangan, maka hanya empat orang ini yang akan mengikuti ujian."

Bahkan hingga saat terakhir, tidak ada yang mengangkat tangan lagi. Mereka terlalu takut untuk membahayakan hidup mereka demi orang lain.

avataravatar
Next chapter