28 Kecerdasan dan kelicikan

Leon sedang berada dalam dilema. Jika dia ingin melindungi Arines dari hukuman, maka dia harus melukai Arines secara serius. Namun hati Leon terus menolak untuk melukai Arines.

Di sisi lain, Arines juga mengalami dilema yang sama. Keduanya tidak ingin bertarung lebih jauh lagi, tapi kebaikan mereka tidak membiarkan orang lain terluka atau dikenai hukuman yang tidak sepantasnya diterima.

Untuk terakhir kalinya… Leon meminta Arines untuk menyerah, "Arines, menyerahlah. Aku tidak ingin melukaimu, biarkan aku saja yang menerima hukuman"

Mata emas cerah Arines menjadi sedikit basah. Dia berbicara dengan sedikit kesedihan yang tercampur dalam suaranya, "Leon… itu bukan sesuatu yang aku inginkan. Kamu tidak memberiku pilihan lain"

Arines kembali membulatkan tekad. Cahaya dari pohon raksasa semakin cerah.

"World Tree. Assault Mode"

Pohon raksasa berguncang. Akar-akarnya tercabut dari tanah. Pohon itu mulai mengalami perubahan menjadi Tree Golem. Golem ini hampir menyerupai manusia, namun seluruh tubuhnya terbuat dari kayu.

Leon masih digantung di udara oleh salah satu akarnya.

Leon bergumam, "Sepertinya tidak ada pilihan lain"

Mata Leon mulai bersinar dalam cahaya hijau. Simbol sulur tanaman di lengan kanannya mulai muncul kembali dan bersinar hijau terang.

"Cahaya yang putih dan murni, pinjamkan padaku kemurnian dan kesucianmu. Cahaya menghapus kegelapan, kebaikan menghapuskan dosa, kemurnian menghapus noda dalam diriku. Dengan mantra ini, aku memanggilmu… wahai penguasa hutan para roh, Great Spirit Elma"

Sosok transparan seorang wanita cantik muncul di belakang Leon. Ketika wanita itu menyentuh akar yang melilit Leon, akar itu langsung hancur.

Leon jatuh dengan cara yang buruk dengan punggung lebih dulu. Leon mengerang kesakitan, namun itu hanya sebentar.

"White Magic, Healing Light"

Bola-bola cahaya kecil menyembuhkan luka ringan Leon. Leon kembali berdiri untuk melihat sosok golem raksasa yang sepuluh kali lebih besar dibandingkan ukuran tubuhnya.

Roh Elma merasuki tubuh Leon. Rambut hitam Leon mulai berubah menjadi pirang. Aura Leon tiba-tiba melonjak tinggi. Bahkan angin yang ditimbulkan masih bisa menjangkau Evan yang berdiri di tepi lapangan.

Arines telah memperhatikan perubahan pada Leon. Dia mulai melihat Leon dengan perasaan tertarik.

"Jadi Inikah kekuatan roh? Sangat menarik"

Tree Golem mulai bergerak. Dia mengarahkan tinju raksasa miliknya ke arah Leon. Mengesampingkan ukuran tubuhnya, gerakan Tree Golem sangat cepat. Tinjunya menabrak Leon, dentuman yang dihasilkan menerbangkan debu ke udara.

Tree Golem mengangkat tinjunya, namun Leon tidak ada di sana.

Leon muncul kembali lima meter dari tempatnya beberapa saat yang lalu.

"Fyuh… itu hampir saja. Aku bisa menerima luka fatal jika menerima serangan itu secara langsung"

Tinju Tree Golem cukup kuat untuk meninggalkan bekas tinju yang cukup dalam di tanah.

Leon menggunakan Crest miliknya lagi.

"White Serpent. True First Crest, Snake Wave"

Ombak ular menjulang setinggi tiga meter.

"Percuma kamu melakukan itu, Leon. Aku bisa menghapusnya dengan mudah"

Arines mengaktifkan Crest miliknya.

"World Tree. True First Crest, Tyrant Queen Domain"

"Hapus"

Namun Leon tidak akan membiarkan hal yang sama terulang kembali.

"Tidak akan semudah itu!"

Sejumlah sulur tanaman menyelimuti keseluruhan ombak ular, kemudian membentuk seekor ular raksasa yang memiliki kulit dari tanaman, dan terdiri dari ratusan ular yang lebih kecil.

"Hapus!"

Tidak seperti yang Arines inginkan, sihir yang satu ini tidak bisa dihapus oleh kekuatan Crest milikku.

Leon tersenyum dengan percaya diri, "Seperti yang aku duga, kemampuan Crest pertama milikmu adalah untuk menghapus kemampuan Crest lain. Tapi ini bukanlah kemampuan Crest, melainkan kekuatan roh. Kamu tidak akan bisa menghapusnya"

Untuk pertama kalinya, Arines terlihat kesal.

"Hapus! Hapus! Hapus! Hapus!"

Meskipun Arines mencoba mengulanginya beberapa kali, ular raksasa milik Leon tidak bisa dia hapuskan.

"Kalau begitu aku hanya perlu menghancurkannya dengan kekuatan"

Tree Golem mulai bergerak, dia mengayunkan tinju menuju ular raksasa. Ular raksasa milik Leon bergerak gesit, meliuk diantara tinju dan kaki Tree Golem.

Sementara Tree Golem dan ular raksasa bertarung, Leon melesat maju menuju Arines.

Leon menaruh seluruh kekuatannya pada tinju miliknya.

"Yellow Magic, Light Barrier"

Tinju Leon menabrak lapisan cahaya tipis, namun kali ini pelindung itu tidak mampu menahan serangan Leon. Lapisannya mulai retak.

Arines bergerak mundur.

"Light Barrier! Light Barrier! Light Barrier!"

Arines membuat tiga lapisan tambahan. Leon tertahan oleh tiga lapisan itu. Dia terus menghancurkan satu lapisan untuk setiap pukulan.

Arines bisa mengulur waktu agar bisa memikirkan cara mengalahkan Leon. Namun tanpa dia sadari, Shira Yuki telah berada di belakangnya dan siap menggigit lehernya.

Arines berbalik karena terkejut dengan kehadiran Shira Yuki, namun dia tidak sempat bereaksi sehingga Shira Yuki berhasil menggigit lehernya.

Saat melihat Shira Yuki berhasil, Leon bersorak dalam hatinya karena bisa mengalahkan Arines. Namun dia mulai merasa aneh ketika Shira Yuki tidak bergerak dari tempatnya.

Leon menghancurkan lapisan terakhir dan langsung mendekat. Sekarang dia bisa melihat lebih jelas, ada sebuah lapisan tipis yang menyelimuti seluruh tubuh Arines.

'Dia mampu mengaplikasikan Light Barrier pada tubuhnya?!'

Penggunaan Light Barrier pada umumnya hanya seperti membuat tembok tipis. Itu mudah dibuat karena hanya membutuhkan penggambaran sederhana.

Namun penggunaan sebagai lapisan tubuh merupakan sesuatu yang jauh lebih rumit. Selain karena harus menyesuaikan setiap lekukan tubuh, otak juga masih harus memproses bagaimana tubuh akan bergerak sehingga bisa menyesuaikan kembali bentuk Light Barrier.

Ini adalah teknik yang membutuhkan konsentrasi dan ketelitian yang tinggi. Namun Arines mampu melakukannya di usia muda. Bakatnya terlalu mengerikan!

Hal itu juga menjelaskan mengapa Shira Yuki tidak mampu menggigit Arines secara langsung.

Shira Yuki memang mampu menembus Light Barrier ketika dalam wujud spiritual. Namun dia harus berubah menjadi wujud fisik ketika menggigit atau melilit. Itu artinya Shira Yuki tidak akan bisa menyerang Arines.

Arines tersenyum tipis, dia berhasil menipu Leon.

"Solar Trap"

Ketika Leon tidak memperhatikan, sebuah lingkaran sihir telah bersinar terang di bawah kakinya.

"Ah sial"

Leon langsung diselimuti oleh cahaya yang sangat menyilaukan. Arines langsung bergerak menuju Leon sambil mengabaikan Shira Yuki yang masih menempel padanya.

Arines melayangkan tinju langsung ke wajah Leon. Namun Leon berhasil menghindar secara tidak terduga meskipun tidak sedang dalam kondisi bisa melihat.

"Hah?"

Arines terkejut. Dia terus melancarkan serangan berulang kali pada Leon, tapi Leon selalu berhasil menghindar. Seolah tubuhnya memiliki kesadaran sendiri.

[Hahahaha. Sayang sekali, gadis kecil. Aku masih berada di sini]

Sekarang Arines mengerti bahwa wanita roh yang merasuki tubuh Leon lah yang menggerakan tubuhnya sekarang.

Arines harus cepat mengalahkan Leon sebelum dia sadar kembali, tapi tubuh Leon selalu bisa menghindar.

Saat itulah, Leon mengucapkan sesuatu secara tidak terduga.

"Arines, kemenangan ini milikmu"

Arines langsung berhenti karena bingung, "Hah? Apa maksudmu, Leon?"

Leon kembali membuka matanya secara perlahan, dia memandang Arines dengan tatapan lembut, "Aku menyerahkan kemenangan padamu, jadi kamu yang memenangkan pertarungan ini"

"Tunggu, aku tidak bisa menerima itu. Dimana harga dirimu sebagai penyihir? Hingga menyerahkan kemenangan seperti itu… aku tidak bisa menerimanya. Kamulah yang harusnya menang. Mari bertarung sekali lagi"

Leon tersenyum lalu menengok ke arah Hana Irena. Hana Irena berkata, "Ada apa, Leon? Adakah yang ingin kau katakan?"

"Pertandingan ini berakhir seri. Bisakah kita menganggapnya seperti itu?"

Hana Irena menjawab, "Memangnya apa alasanmu mengambil kesimpulan itu. Tergantung alasanmu, aku mungkin menjatuhkan hukuman pada kalian semua terlepas dari hasil pertarungan ini"

Leon menjawab dengan wajah tegas, "Saya yakin Guru Hana tidak akan melakukan hal itu. Bukankah anda yang mengatakan bahwa pertandingan berakhir ketika lawan tidak dapat bertarung lagi atau menyerahkan kemenangannya? Kami berdua menyerahkan kemenangan kami, jadi hasilnya seri. Kami tidak diperbolehkan menyerah, tapi diperbolehkan memilih siapa yang harus menang. Bukankah begitu, Guru Hana?"

Untuk pertama kalinya hari ini, Hana Irena tersenyum puas.

"Aku terkesan, Leon. Kau tidak hanya cerdik memanfaatkan kebanggaan Arines untuk meraih hasil seri, tapi kau juga melihat jauh dalam kata-kataku. Sangat bagus, aku akan menganggap hasil ini seri dan hanya akan menghukum Hova. Kalian boleh beristirahat sekarang, tapi jangan harap aku akan memberikan ampun jika sampai terjadi keributan lagi"

Hana Irena menyeret pergi Hova yang menampilkan wajah putus asa. Diantara semua orang, Evan adalah orang yang tertawa paling keras terhadap penderitaan Hova.

Hana Irena bergumam dalam hatinya, "Leon Farnos, Arines Fou Belzarc. Kalian berdua mungkin bisa mewujudkan harapanku suatu hari nanti"

avataravatar
Next chapter