1 Pertemuan Pertama

Seorang cewek berambut panjang dikepang satu, tengah berjalan memasuki pasar yang ramai dan becek. Ia tampak begitu kesulitan ketika ingin masuk karena banyaknya orang yang baru masuk dan keluar, tapi ia terus saja berjalan mencari toko serba ada setelah sampai cewek itu mulai menyebutkan satu persatu bahan yang akan di belinya.

"Pak saya mau beli terigu 1 kilo, mentega 1 kilo, telur 1 kilo, tepung roti 1 kilo dan roti tawarnya 2 bungkus," pinta cewek itu.

"Siap neng tunggu sebentar ya."

"Oke pak."

"Bajunya dipilih-dipilih yuk dipilih dipilih."

"Perabot-perabot perabotnya perabotnya," suara para penjual lain yang begitu semangat menawarkan barang dagangannya. Sementara, cewek itu hanya diam menunggu pesanannya sambil sesekali melihat sekelilingnya.

"Ini neng semuanya 30.000," ucap sang penjual.

"Ini uangnya pak," cewek itu menyodokan uangnya.

"Kembaliannya ya neng."

"Makasih pak," jawabnya ramah.

kemudian, ia pergi ke toko sayuran dan daging ayam untuk menu masakannya malam ini. Setelah, semuanya beres cewek itu langsung keluar dari pasar itu ia berjalan menuju perempatan untuk naik angkutan umum sesekali ia berhenti karena, sudah tidak kuat lagi menjinjing 4 keresek sekaligus.

Seorang cowok yang melihatnya dibalik kaca mobil merasa kasihan dan terharu karena jarang sekali ada cewek seumurannya yang mau pergi ke tempat kotor dan tidak higienis itu kemudian ia memarkirkan mobilnya tepat di samping cewek itu ketika dia melihat wajah cewek itu dia merasa pernah melihatnya tapi hanya selewat dan dia lupa.

"Perasaan gue pernah liat tu orang," pikirnya yang masih terdiam di mobilnya.

"Siapa ya?" ia mencoba bertanya pada dirinya sendiri sambil melihat wajah cewek itu lagi.

"Cantik, sederhana, sesuai dengan bajunya lah," entah itu memuji atau meledek.

"Gue suka nih cewek yang mandiri kayak gini," ucapnya yang langsung turun dari mobilnya dan menghampiri cewek itu.

"Rino?" tanya cewek itu kaget ketika cowok itu tepat berada dihadapannya.

Ya, Rino Riyadi Mukti cowok yang banyak di kenal para siswa di SMAN Bima Sakti tak terkecuali dirinya karena ia adalah ketua tim basket yang dikagumi banyak orang dan juga salah satu member terkenal di club music SMAN Bima Sakti. Paras yang tampan dari lahir tubuh yang standar, sempurna sudah ciftaan-Nya. Tapi sayang dia adalah cowok play boy kelas kakap, yang banyak mempermainkan perempuan karena memang tak bisa di pungkiri banyak perempuan yang ingin menjadi pacarnya.

"Loh lo tahu nama gue dari mana?" tanyanya heran. Cewek itu sedikit kecewa karena Rino tidak mengetahuinya padahal, diapun sedikit terkenal apa karena pakaian yang dipakainya? dia sampai tidak mengenalinya? Ya mana mungkin sih seorang Rino sang ketua basket bisa mengenalinya dari banyaknya siswa di sekolah Bima Sakti.

"Gak gue gak tahu lo," alibi cewek itu sambil menengok kesebelahnya siapa tahu ada angkutan umum yang lewat tapi tetap tidak ada.

"Lo nunggu angkutan umum? Bareng gue aja gue anterin lo sampai depan rumah lo. Sekalian ada banyak pertanyaan yang gue ingin tanyakan ke lo!" ucapnya panjang lebar, setelah tahu bahwa cewek itu mengetahuinya Rino jadi penasaran akan cewek itu.

"Gak," jawab cewek itu singkat.

"Ayo!" Rino langsung menarik tangan cewek itu menuju mobilnya tanpa meminta izin, sementara cewek itu terkejut dengan yang dilakukan Rino.

"Apaan sih lepasin! Lo gak kenal gue!"

"Tapi lo kenal gue!" Jawabnya tegas. Runi yang mendengar jawaban itu hanya diam.

"Kalo mau ada yang ditanyain di sini aja, gak perlu narik-narik tangan gue. Lepasin!" cewek itu terus saja berusaha melepaskan cekalannya tapi tetap saja tidak bisa ia lepas karena, cekalannya sangat kuat.

"Masuk! ngomongnya di mobil aja gak enak tahu kalo ngomong di pinggir jalan," suruhnya. Cewek itu masih tetap diam sambil menatap Rino tajam tepat di pinggir pintu masuk mobil Rino. Rino memang sangat keras dan dia tidak mau jika harus berantem di pingir jalan karena itu akan jadi bahan tontonan.

"Ayo masuk!" Rino kembali menyuruh cewek itu masuk.

"Gak mau nanti pacar lo marah, gue mau pulang sendiri aja," cewek itu tengah membalikan badannya tapi, Rino langsung menahannya.

"Gue udah putus kali, Sana masuk!" sambil mengangkat dagunya mengisyaratkan agar Runi segera masuk ke dalam mobilnya. Runi hanya melirik tajam.

"Yaudah gak usah tarik-tarik gue lagi," sinis cewek itu yang langsung masuk dengan wajah yang kesal dan terpaksa.

Rino mulai menjalankan mobilnya, suasana terasa sangat canggung dan Rino sangat tidak suka dengan keadaan seperti itu ditambah lagi wajah cewek disebelahnya itu yang murung dan bibirnya terus diangkat, Rino yang melihat itu hanya tersenyum tipis. Baru kali ini dia senekad itu pada cewek yang belum juga ia kenal tapi ia yakin dia pernah melihatnya tapi entah dimana, dia sendiri lupa.

"Rumah lo dimana?" Tanya Rino memulai pembicaraanya.

"Nih, ikutin aja jalannya," jawab cewek itu sambil memberikan hp yang sudah tersambung pada google maps tanpa melihat cowok itu.

"Oke." Rino tertawa sedikit karena menurutnya lucu aja. dasar gaje

"Jadi gue mau nanya sama lo, yang pertama kenapa lo kenal gue?"

"Karena kita satu sekolah!" Tekan cewek itu.

"Ouh pantesan gue ngerasa pernah liat lo tapi gue lupa." Rino kembali melihat wajah cewek itu.

"Nama lo siapa?" lanjutnya.

"Runi."

"Bentar, bentar Lo Runi yang selalu maju kedepan karena prestasi yang lo raih itu kan? iya kan?" heboh Rino sambil menepuk pundak cewek itu.

"Apasih lo SKSD (So Kenal So Dekat) banget," kesal Runi.

"Lo Runi Alesa Putri kan? gue selalu denger nama itu setiap upacara, bosen tahu! dan gue liat muka lo hanya selewat makannya gue lupa," jalas Rino panjang kali lebar.

Ya, dia adalah Runi seorang siswa yang banyak menyumbangkan piala karena prestasinya dalam bidang akademik maupun non akademik, sifatnya yang keras tapi juga baik, jutek, dingin pada orang yang belum ia kenal dekat dan juga sangat pintar. Hidupnya biasa-biasa saja ibunya seorang Guru dan ayahnya seorang pekerja kantoran biasa. Rino kembali melanjutkan pertanyaanya lagi.

"Pertanyaan yang ke 3, kenapa lo pergi ke pasar bukan ke supermaket?" "terus kenapa lo yang ke pasar kenapa bukan ibu lo atau pembantu lo?" lanjut Rino penasaran dengan jawaban yang akan Runi sampaikan itu.

"Itu pertanyaan? harus gue jawab?" tanya Runi sambil memicingkan matanya.

"Ya iyalah lo kan pinter gitu aja pake nanya."

"Ya masalahnya pertanyaan lo gak berbobot semua tahu."

"Bobot, udah kayak badan lo aja yang besar," ledek Rino sambil tertawa.

"Sembarangan." Runi tak terima karena memang badannya tidak besar, malah sebaliknya ia kecil dan pendek.

"Yaudah pokonya jawab ajalah, terserah gue mau nanya apa."

"Jawabanya terserah gue juga! gue mau ke pasar, ke mall, supermaket bahkan keluar angkasa sekalipun itu bukan urusan lo," tekan Runi.

"Ouhh ya? dasar plagiat! satu lagi?" Tanyanya sambil tertawa membuat Runi yang mendengar itu langsung memalingkan mukanya.

"Dirumah gue gak punya pembantu dan kalo hari libur gue yang mau. Puas lo?"

"Wih gue gak nyangka seorang Runi cewek berprestasi suka ke pasar yang kotor juga."

"Ya emang kenapa? salah?" sewot Runi.

"Heh gue muji lo tahu gue terharu sama lo."

"Itu bukan muji tapi ngeledek secara halus tahu gak."

"Yaudah, yang penting niat gue baik kok." Runi kembali terdiam.

"Sebenarnya pertanyaan lo ada berapa sih?"

"Mungkin sekitar 5 sampai 10 lagi deh."

"What?? Banyak banget sih, yang gak penting gak usah ditanyain kali."

"Biasa aja jangan so kaget lo! Ouh iya kita bakal sering ketemu dong," ucapnya dengan wajah gembira.

"Gak, gue gak mau."

"Tapi jangan salahin gue kalo kita sering ketemu, karena sekarang gue udah kenal sama lo," godanya.

"Ya terus kalo udah kenal, lo mau ngapain?"

"Jadi pacar mungkin? atau belajar bareng? atau main bareng? atau sekedar nyapa doang masa gak boleh sih?"

"Ngaco! Gak, anggap aja kita gak pernah saling kenal."

"Ih ya terserah gue dong, gue juga gak perlu dapat persetujuan lo buat ngelakuin yang gue mau, iyakan?" jawab Rino sambil teresenyum dan menengok pada Runi sementara, Runi hanya memalingkan mukannya.

Rino melanjutkan kembali pertanyaannya "lo udah punya pacar ya?" tanya Rino sambil melirik Runi.

"Bukan urusan lo!"

"Yaelah, gue cuman nanya aja kok."

"Ya lo gak perlu tahu! Berhenti di depan!" Ucapnya tegas, Rinopun memberhentikan laju mobilnya tepat di rumah yang besar, Runi langsung mengambil hp dan belanjaannya. Ia langsung turun dari mobil Rino tanpa berpamitan.

"Jutek banget sih tu orang," gumam Rino pelan setelah Runi keluar dari mobilnya.

"Makasih," ucap Runi dari luar jendela mobil dengan wajah datar dan langsung pergi begitu saja.

avataravatar
Next chapter