1 Aku mulai menerimanya sebagai tamu yang singgah keteras hatiku

Aku Rayhan Ananta, pria berusia 26 tahun yang baru saja menikah dengan seorang gadis pilihan ibu. Sebenarnya aku memiliki hidup ku sendiri, aku tahu betul bagaimana hubungan cinta akan ku mula, aku juga pandai dalam memilih siapa yang lebih tepat untuk menempati sebuah ruang dihatiku. Tapi sayangnya, aku tidak ahli untuk menjadi durhaka, terutama pada perempuan yang telah mengorbankan hidupnya hanya untuk buat ku bahagia, maka kuputuskan untuk menyenangkan hatinya meski harus kuabaikan rasa sesak yang menjelma didada. Seperti kata pepatah yang pernah ku baca "Ada kalanya cinta bukan menjadi sebuah alasan untuk seseorang melakukan pernikahan. Karena sesungguhnya bukan cinta yang menciptakan pernikahan tapi pernikahan lah yang menjelma hingga rasa cinta itu ada"  ku harap juga begitu.

Namanya Aryana Syaqila. Begitu cantik dan menawan. Ia seorang gadis berhijab berperawakan tinggi, berkulit putih, bermata sipit dengan bibir merah muda alami.Pantas saja jika sebelumnya aku dengar banyak laki laki yang terpikat padanya, tapi kenyataannya tidak untuk aku. Aku pun tak mengerti, aryana yang tidak begitu menggoda ?  aku yang buta ? atau hati ku yang terlalu setia pada nesa? Mantanku sekaligus cinta pertama ku.

****

"Aryana, kamu mandilah dulu. Segarkan badan agar bisa tidur dengan nyenyak. Seharian ini kamu pasti sangat lelah. " ujar ku dengan lembut, meski didalam tubuhku ini otak ku sedang berperang hebat dengan hatiku.

Aryana tersenyum. Tanpa bimbang ia langsung menuruti perintahku. Membuat aku tiba tiba seperti tersihir. Tapi aku tepiskan perasaan bodoh itu, karena aku tahu hatiku hanya milik nesa. Ya . hanya nesa.

Dalam germecik suara air yang terdengar dari kamar mandi, pikiran ku melayang. Ini adalah malam pertama kami. Aku membayangkan geli harus menunaikan kewajiban ku sebagai suami bersamanya. Karena ia bukan nesa.

"Aryan, kamu sudah selesai ? "

"Sudah Mas. "

"kalau begitu mas mandi sebentar ya, lalu kita sholat isya dulu, baru tidur. Kamu sudah berwudhu? "

"Sudah Mas. Aku akan menggelar sajadah dan menyiapkan sarung untukmu. "

Aku mungkin memang bajingan, aku juga sadar bahwa aku bukan laki laki sholeh, tapi sejak aku kecil aku memang tak pernah meninggalkan sholat ku, meski dalam keadaan lelah sekalipun. Mungkin begitu juga dengan aryana, karena yang kudengar dari mulut ibu dia perempuan yang sholehah, tidak pernah membuka aurat nya dihadapan siapapun yang bukan mukhrimnya. Tapi malam ini dihadapan ku, ia melakukannya. Rambutnya panjang terurai dan lekuk tubuhnya begitu sempurna. Membuat aku menghirup nafas dalam-dalam tapi tertahan ditenggorokan..

Setelah sholat, Aku merebahkan diri di ranjang, sementara aryana kembali menyisiri rambutnya yang sepinggang itu di meja rias.

Dengan langkah kaki terasa berantai, perlahan aku menghampiri aryana, aku tidak ingin ia berharap lebih untuk malam ini maupun untuk hari hari selanjutnya. Tapi aku juga tidak tega untuk melukai hatinya."aryana ... kamu sangat cantik. Rambutmu indah sekali. Terima kasih sudah menjaganya untukku. "

Dari belakang Aku  menciumi rambut nya yang baru pertama kali ku lihat.Toh aku rasa, ini tidak salah.bukan kah dia telah halal untuk ku ?"

"Mas, terima kasih juga karena telah menerima ku apa adanya" Kepala aryana bersandar tepat diperutku dalam keadaan duduk di meja rias. Dan aku balas dengan membelai rambutnya dengan tangan yang ragu. Ternyata aryana cukup peka dengan itu "tidak perlu canggung mas, aku kini istrimu dan kamu suami ku.memang sekarang ini ujung rambut ku hingga ujung kaki ku adalah milik mu"

"Deg" ... aku berdesir mendengar kalimat terakhir aryana. Ku lepaskan tangan nya yang sedang melilit pinggang ku dan ku ambil posisi berjongkok. Aku tidak tahu kenapa dihadapanya aku menjadi seperti bukan aku, aku tidak tahu mengapa rasanya aku tak ingin melukai hatinya. Tapi aku juga tidak ingin bersamanya,aku tidak mencintainya.

"Aryana..maaf kan aku, Tapi aku tak akan melakukannya sekarang. Aku betul-betul belum siap.apa kamu tidak keberatan aryana ?"

"Tentu saja tidak mas. Aku menerima pinangan mu bukan hanya sekedar untuk menikmati malam pertama. Aku menerima mas karena aku percaya mas lah yang akan membimbingku menuju surganya"

"masya allah" aku seperti terpukau dengan perkataan nya, lembut dan menyejukan hati.

"Aku beruntung memilikimu. Kamu mau menutup auratmu sedangkan dunia liar terus menggoda. Sekarang tidurlah, izinkan aku hanya memelukmu" dengan berat masih kucoba tunaikan peran ku sebgai seorang suami, semata mata hanya ingin menjaga sikap ku agar aryana tidak mengadu macam-macam pada ibu tentang aku. kemudian entah setan apa yang merasuki pikiran ku , aku mengecup keningnya. Lantas kembali ia perlihatkan senyum maut nya yang membuat nadi ku terhenti seketika.

Aarggghh. Ku pikir drama hari ini akan usai setelah aku merebahkan diri diatas kasur yang empuk. Tapi aryana tiba tiba datang dan dengan lantang mengposisikan kepalanya berada dilengan bagian atas ku dan tangan nya yang lembut berada tepat didadaku.rambut nya begitu wangi,aroma tubuhnya tidak kalah menggoda. Kami berpelukan untuk yang kedua kalinya setelah ijab qabul. Dan aku rasa aku sudah gila.

***

avataravatar