1 Part 1. The Eligible Bachelor

Suara guyuran shower terdengar nyaring. Air hangat turun laksana hujan membasahi tubuh penuh keringat dibawah nya. Tetesan air bergerak cepat mengikuti arah gravitasi melewati setiap lekukan tubuh yang Tuhan cipta. Mulai dari rambut pendek lurus sehalus beludru. Pundak lebar kekar dengan otot-otot yang kokoh hingga ke lengan. Punggung kokoh yang terdapat bekas luka melintang bekas cambukan bertahun-tahun yang lalu itu sudah memudar dan hanya menyisakan garis-garis putih yang saling melintang. Punggung lebar dan kekar itu pun tak luput dari belaian air bak hujan itu.

Dada bidang nya juga tak luput dari sapuan air shower yang bergerak liar menjilat setiap inci tubuh yang dilalui nya ini. Perut rata dan six pack yang terbentuk dari hasil gym rutin impian para gadis tak luput dari jilatan nakal air shower. Tapi air tak memiliki kuasa ketika gravitasi menarik nya paksa untuk turun semakin ke bawah melewati pinggang, panggul, kaki hingga jemari kaki lalu berakhir di lubang besar tempat pembuangan air terakhir dimana air akan memulai perjalanan panjang nya kembali menuju lautan atau samudra tempat asal nya bermula. Tanpa sempat berpamitan pada pria maha karya Tuhan yang indah ini. Air berbunyi gemericik seolah menangisi kepergian nya yang tanpa pamit ini.

Akira mengusap wajah. Jemari nya yang besar berusaha membersihkan sisa facial wash di wajah oriental nya. Alis yang tebal menaungi mata sipit panjang nya. Hidung mancung dan bibir tipis serta dagu dan rahang yang kokoh menampilkan wajah tegas. Semua citra itu tak luput dari sapuan lembut telapak tangan nya kala mengusap di permukaan kulit kecoklatan nya. Menghilangkan sisa-sisa air yang membasahi wajah nya.

Tangan besar dan kokoh nya lalu bergerak membersihkan areal perut six pack nya. Guyuran air terus menerus menyapu punggung lebar dan kokoh nya dengan guyuran air bak hujan itu. tangan yang masih diberi kuasa oleh otak itu masih terus bergerak mematikan kran shower hingga guyuran hujan buatan itu berubah menjadi rintik-rintik air dengan tetes-tetes yang semakin sedikit hingga akhirnya berhenti total.

Akira meraih handuk dari gantungan khusus di kamar mandi basah nya yang mewah. Dia melilitkan handuk putih bersih dan tebal itu mengelilingi tubuh bagian bawah nya dari perut hingga lutut. Berjalan ke arah kamar mandi kering dimana segala kebutuhan dasar seorang pria tersimpan.

Kamar mandi mewah di dalam kamar utama ini terlihat megah dengan semua dinding dan lantai nya dari marmer berwarna hitam dengan gurat-gurat putih dan abu-abu. Kamar mandi luas ini terdapat shower dengan penghalang dinding kaca bening di sisi sebelah kiri. Terdapat bathup berwarna hitam dari marmer yang diletakkan di sisi sebelah kanan. Di samping shower terdapat kloset duduk dengan tombol-tombol otomatis. Juga wastafel dengan cermin besar memenuhi dinding. Terdapat juga lampu gantung modern minimalis berwarna putih di tengah-tengah kamar mandi. Kamar mandi dengan warna-warna monokrom itu menambah suasana maskulin dari lajang mapan yang jadi pemilik nya.

Akira mengeringkan tubuh bagian atas nya dengan handuk kering yang lain. Menaruh nya di keranjang khusus laundry. Setelah bercukur dan menyemprotkan body spray, Akira melangkah ke wardrobe. Dia membuka lemari tinggi dan terpampang lah jejeran kemeja yang digantung dengan rapi di dalam nya. Wardrobe yang terletak bersebelahan dengan kamar mandi itu didesign dengan nuansa kayu. Lantai-lantai nya terbuat dari parket. Terdapat lemari pakaian tinggi hingga ke langit-langit di dinding kanan dan kiri ruangan. Lemari – lemari itu berisi jejeran kemeja, jas, kaos dan segala pakaian pria. Sisi lain nya terdapat jejeran berbagai macam sepatu kerja maupun untuk olah raga dan bersantai. Sisi lain juga terdapat jajaran tas pria dan koper berwarna hitam. Lalu terdapat laci-laci berisikan kacamata dan jam tangan – jam tangan mahal dari berbagai merk. Di tengah ruangan terdapat sofa empuk berwarna putih gading tempat biasa akira pakai untuk duduk kala ia memakai sepatu.

Akira mengambil satu kemeja putih dari jejeran kemeja berwarna putih, abu-abu dan hitam. Memakainya dengan gaya maskulin. Mengancingkan nya satu persatu dengan gerakan tegas. Dia memilih jas hitam dari deretan jas yang tergantung rapi dengan warna serupa. Monokrom.

Sejak memutuskan berhenti menjadi asisten pribadi Alfard lima tahun yang lalu. Akira memulai bisnis yang sejak dulu diinginkan nya. Dia mulai membangun jaringan restoran Jepang di beberapa Negara di Asia dan Amerika. Dia juga membangun sebuah private apartment ekslusif dimana dia menempati salah satu unit nya. Alfard juga masih menunjuk nya sebagai CEO untuk salah satu unit usaha nya yang bergerak dibidang media masa. Akira lah yang memegang 4 statsiun tv milik Alfard. Hubungannya sebagai tangan kanan Alfard tidak pernah berakhir meski status asisten pribadi nya telah lama berakhir. Akira akan tetap bergerak dalam bayangan bahkan di dunia underground sekali pun. Di tengah kesuksesan nya itu, Akira yang masih betah melajang pun banyak digandrungi para wanita. Tidak heran dia dilebeli the eligible bachelor.

Akira selesai memakaikan jam tangan rolex di tangan kanan nya. Dia menatap tampilan citra diri nya di cermin. Rambut nya yang tertata rapi sedikit gondrong bagian bawah nya itu di sisir rapi ke belakang dengan pomade yang dia beli saat pulang ke Jepang. Akira menatap dirinya tajam. Dia menyandarkan kedua tangan nya di atas meja depan cermin besar di ruang ganti itu. Tubuh nya sedikit condong ke depan hingga wajah nya berjarak sangat dekat dengan cermin tempat nya mematut diri. Tiba-tiba dia menghela napas. Seolah beban berat menghimpit nya.

"Kenapa Tuhan menciptakan ku tampan sekali".

Dengan wajah datar nya, Akira menegakkan diri kembali di depan cermin. Lalu pergi dengan menutup pintu kamar di belakang nya.

*****

Anastasia Green sudah terbiasa hidup mandiri. Dia sebatang kara dan berjuang dengan kekuatan nya sendiri untuk memperbaiki hidup nya. Dia tumbuh besar di panti asuhan tanpa mengetahui siapa orang tua sebenarnya. Dia juga tidak mengetahui asal usul nya. Dia hanya ingat bahwa seseorang telah menitipkannya ke panti asuhan ini sejak tujuh tahun yang lalu, tanpa pernah ditengok kembali. Ia bahkan tidak ingat wajah orang itu sama sekali. Tidak juga bertanya siapa ia kepada kepala panti.

Anastasia green adalah nama yang diberikan orang itu pada nya. Nama Green didapat nya karena mata nya yang hijau cemerlang bak batu emerald. Anastasia memiliki bentuk wajah oval dengan alis coklat yang tebal, mata hijau yang tajam, bulu mata nya lentik dan panjang, hidung nya mancung, bibir ranum yang merah muda alami dan kulit putih pucat. Rambut nya pirang coklat gelap. Dia sengaja memotong nya pendek sebahu. Tinggi ana bahkan mencapai 176 cm. Pemuda-pemuda di sekitar panti asuhan banyak yang jatuh cinta pada nya. Tidak sedikit yang mengajak nya berkencan setiap akhir pekan. Tapi ana selalu menolak. Ia hanya tidak suka membuang-buang waktu untuk asmara. Yang ada di hati dan pikiran nya adalah bekerja dan menghasilkan uang untuk kehidupan yang lebih layak bagi kehidupan adik-adik nya di panti asuhan.

Hidup di panti asuhan reot di kota kecil membuat nya hidup penuh perjuangan. Dia harus belajar berbagi apapun dengan anak panti yang lain terutama yang lebih kecil dari nya. Dan menahan keinginan hati bahkan meski keinginan sekecil apapun. Karena itu juga ia tidak pernah merasakan memiliki barang baru yang dibeli untuk diri nya sendiri. Dia sadar bisa makan walau tak pernah bisa kenyang saja sudah hal yang patut ia syukuri.

Panti asuhan ini tidak hanya memiliki donatur yang sedikit tapi juga karena letak nya yang berada di pinggir kota bahkan cenderung pelosok, membuat bantuan jarang sekali datang untuk mereka. Beruntung mereka semua masih bisa bersekolah di sekolah desa milik pemerintah dengan bantuan beasiswa bagi siswa tidak mampu.

Anastasia sejak sekolah menengah atas mulai bekerja paruh waktu sepulang sekolah di toko kue dekat panti asuhan nya. Hanya perlu menaiki kendaraan umum selama 20 menit dari panti asuhan tempat ia dibesarkan. Salah satu alumni panti yang mengenalkannya pada pemilik toko kue ini. Dia seorang wanita tua yang hidup menjanda dan hidup jauh dari anak dan cucu nya.

Anastasia yang berusia 19 tahun telah lulus dari sekolah menengah atas nya. Seharus nya dengan bermodalkan ijazah dia bisa mulai merantau ke kota seperti alumni panti yang lain nya untuk mendapat kehidupan yang lebih baik. Tapi Anastasia tidak tega kepada ibu kepala panti yang sudah mulai sakit-sakitan dan anak-anak panti yang masih kecil dan butuh perhatian. Begitu juga dengan nyonya Andien pemilik toko tempat nya bekerja yang sudah ia anggap seperti ibu nya sendiri. Akhirnya Anastasia meneguhkan hati bahwa ia memilik tetap tinggal di panti asuhan. Walaupun nyonya andien sudah menawari nya untuk tinggal bersama di rumah nya.

Hari ini sepulang bekerja, Anastasia sedang beruntung karena nyonya andien memberi nya sekeranjang buah strawberry. Dia ingat di dapur panti masih ada persediaan gula pasir dan corn syrup. Anastasia tersenyum membayangkan anak-anak panti pasti senang bila dia buatkan tanghulu sore ini.

Tanghulu adalah manisan buah khas China. Dia pertama kali memakan manisan itu ketika nyonya andien baru pulang dari Beijing dan memberi nya oleh-oleh berupa tanghulu. Dan sejak itu ana mulai mencoba membuat nya sendiri. Setelah beberapa kali mencoba dan gagal. Ia baru tahu bahwa untuk membuat tanghulu diperlukan corn syrup sebagai tambahan untuk membuat gula nya menjadi keras. Anastasia makin tak sabar untuk sampai ke panti asuhan.

Sebagai penghuni panti asuhan yang paling besar. Kepulangan Anastasia dari tempat bekerja selalu dinanti adik-adik nya di panti asuhan. Seperti sore ini, beberapa anak panti yang berusia di atas 8 tahun mengikuti nya ke dapur. Mereka menatap nya dengan mata berbinar ketika Anastasia mengeluarkan sekeranjang kecil strawberry hasil pemberian nyonyan andien kepada nya.

"Kakak mau membuat apa?" Tanya debby anak berusia 10 tahun dengan wajah polos dan mata hitam besar nya.

"Kakak mau buat kue strawberry ya?" Tanya Eden si ceriwis yang berusia baru 8 tahun.

"Apa aku boleh membantu mu, kak? Aku harus ambil apa?" Kali ini Angelina yang bertanya. Anak yang mulai beranjak remaja berusia 12 tahun itu sudah bisa membantu nya di dapur. Dia dengan sigap seolah siap diperintah kapan saja untuk mengambil sesuatu.

"Aku juga mau membantu". Ucap yang lain

"Aku juga, ka". Sahut yang lain

"Baik-baik, kalian semua bisa membantu ku". Anastasia tersenyum melihat antusias anak-anak dalam membantu nya memasak. Mereka biasa nya selalu berebut untuk membantu nya jika dia sedang bertugas memasak di dapur. Karena Anastasia selalu membuat kue-kue manis yang sangat lezat dari bahan-bahan sederhana yang bisa di temukan di dapur mereka yang sederhana.

Anastasia mulai membagi mereka semua dalam kelompok-kelompok kecil. Mereka ada yang bertugas mengambilkan bahan seperti gula, air, corn syrup, bahkan yang lelaki diminta membuat tusuk sate kecil dari sebatang bambu di belakang rumah. Ada juga yang diminta mengambilkan peralatan masak yang akan digunakan untuk membuat tanghulu ini.

Anastasia memulai masaknya dengan memanaskan kompor. Lalu merebus gula pasir, corn syrup dan air dengan api sedang hingga meletup-letup. Dia mengambil mangkuk kecil lalu diisi air. Guna nya untuk mengecek apakah gula sudah siap diangkat apa belum. Cara nya dengan meneteskan larutan gula ke air, jika gula tersebut langsung mengeras dan berbunyi 'krak' arti nya air gula sudah siap. Anastasia tersenyum ketika larutan gula itu menunjukan tanda bahwa larutan itu sudah siap.

Ana melihat anak-anak yang lain sibuk menusukan strawberry ke tusukan kecil dari bambu yang dibuat anak lelaki di panti. Karena jumlah mereka banyak sedangkan jumlah buah strawberry itu terbatas. Ana terpaksa membagi mereka hanya satu buat strawberry untuk satu anak. Syukur lah jumlah nya cukup untuk semua penghuni panti asuhan.

Anak-anak itu terlihat antusias ketika ana mulai meletakkan panci berisi larutan gula tadi diatas alas kain lap tipis yang sudah termakan usia. Strawberry – strawberry yang sudah ditusukan batang bambu itu dia baluri dengan larutan gula tersebut dengan bantuan sendok. Setelah buah strawberry itu terlumuri air gula seluruh nya. Batang bambu itu ia tancapkan pada batang pisang untuk menahan agar buah-buah itu bisa diangin-anginkan dan tidak menempel satu sama lain.

"Eit tunggu dulu. Belum boleh dimakan ya. Ini masih panas. Tunggu gula nya mengeras dulu biar jadi permen Kristal. Baru boleh dimakan". Ucap Anastasia lembut ketika ia dapati salah satu anak mencoba mencabut satu tusuk buah strawberry yang tertancap di batang pisang. Anak itu tersenyum malu karena ketahuan menyerobot antrian makan permen buah.

Wajah anak-anak itu bersinar cerah ceria bahkan mata mereka juga berbinar ketika semua buah strawberry itu sudah menjadi permen tanghulu yang menancap di batang pisang. Anastasia mengangkat batang pisang berisi tanghulu itu. Dan mata anak-anak itu seperti otomatis mengikuti nya. Mereka mulai berjalan berkerumun di belakang nya ketika ia berjalan dari dapur ke ruang keluarga dimana tempat biasa nya anak-anak bersantai dan menonton televisi. Dia meninggalkan peralatan bekas masak nya tadi di tempat cuci piring. Nanti ia akan kembali untuk membersihkan nya setelah semua adik-adik nya makan tanghulu mereka. Karena kalau bukan dia sendiri yang membagi nya mereka pasti akan berebut.

"Ok sekarang berbaris. Kakak akan membagi nya pada kalian". Kata Anastasia.

Anak-anak itu mulai berbaris membentuk antrian. Biasa nya anak panti yang sudah remaja cenderung mengalah untuk adik-adik mereka. Jadi mereka biasa nya tidak akan ikut mengantri hanya untuk sebuah permen. Tapi ana tetap akan menyisakan jatah bagian untuk mereka.

Melihat senyum dan tawa anak-anak itu hanya karena sebuah peremen buah yang jarang mereka dapatkan sudah membuat hati ana ikut bahagia. Rasa lelah yang ia rasakan seharian ini di toko kue rasa nya hilang tak berbekas ketika melihat adik-adik nya tersenyum bahagia di rumah mereka yang sederhana ini. Hingga ia lihat seorang wanita paruh baya dengan kursi roda sedang mendorong kursi roda nya mendekat.

"Astaga ibu Maia. Apa suara berisik anak-anak membangunkan ibu?" Tanya Anastasia lembut ketika ibu itu sudah di samping nya, ikut menyaksikan anak-anak yang sedang memakan tanghulu.

Maia Todd adalah ibu kepala panti asuhan. Dia baru memasuki usia 50 tahunan. Cuma karena sakit stroke yang beliau derita sehingg dia harus ditopang dengan kursi roda untuk mendukung aktivitas nya. Kursi roda murah dan bekas yang dibeli dari hasil tabungan anak-anak panti yang sudah mulai bekerja paruh waktu.

Maia adalah sosok keibuan yang baik hati di mata Anastasia. Wajah nya yang menua menunjukan sisa – sisa kecantikan di masa muda. Maia tidak memiliki anak sehingga ia membangun rumah panti asuhan ini. Suami nya Zayn Todd justru adalah orang yang berkebalikan dengan nya. Dia tidak pernah pulang ke panti asuhan ini kecuali untuk meminta uang pada istri nya. Dia bekerja serabutan dan hobi berjudi. Dia juga kasar pada semua anak panti. Biasa nya dia akan pulang beberapa bulan sekali. Semua penghuni panti bersyukur bisa Zayn tidak sedang ada di rumah. Tapi setidak nya si tua Zayn tidak pernah melakukan pelecehan pada satu pun anak panti. Dia hanya kasar tapi tidak suka memukul.

Melihat maia yang terus – terusan menatap nya membuat Anastasia bertanya, "Kenapa ibu? Aku menyisakan satu tanghulu untuk ibu". Ana menyerahkan satu tusuk strawberry tanghulu pada maia. Perempuan itu menatap wajah Anastasia, lalu tangan nya terangkat untuk menyentuh wajah ana dengan lembut.

Telapak tangan maia terasa kasar di permukaan kulit Anastasia. Dia tahu perempuan kuat ini telah bekerja keras untuk menghidupi anak-anak panti asuhan sepanjang sisa hidup nya. Dan Anastasia bersyukur ia dibesarkan oleh wanita kuat yang baik hati ini.

Maia mengambil tanghulu dari tangan ana. Tapi tidak untuk dimakan melainkan untuk ia letakkan kembali ke piring di depan nya. Jemari nya yang sudah keriput termakan usia menggenggam kedua tangan Anastasia. Dan dia mengusap lembut kedua tangan putih bersih itu.

"Ana mari ikut ibu ke kamar". Kata maia. Anastasia tahu jika maia mengajak nya berbicara berdua saja di kamar wanita itu, pasti dia akan membicarakan hal yang serius. Akhirnya Anastasia menjawab nya dengan menganggukan kepala. Lalu maia bergerak terlebih dahulu memutar kursi roda nya. Tapi ana langsung membantu nya mendorong kursi roda itu sampai ke dalam kamar. Meninggalkan anak-anak di ruang keluarga mereka yang kecil tapi nyaman itu.

"Kunci pintu kamar nya, ana". Tidak biasa nya maia berbicara dalam kamar yang terkunci. Biasa nya bila hendak bicara serius, maia hanya akan menyuruhnya untuk menutup pintu kamar nya saja.

"Iya ibu". Ana menuruti nya dengan mengunci pintu kamar wanita itu.

"Duduk lah ana". Maia menyuruhnya duduk di tepi kasur maia yang sudah reot dan usang. Dan ana menuruti nya. Anastasia dapat melihat maia terlihat gelisah dengan apa yang ingin ia sampaikan.

"Ana. Suami ku Zayn semalam menelpon ku. Dia berkata dia akan pulang besok. Tidak biasa nya Zayn menelpon ku hanya untuk mengabari kalau ia akan pulang". Maia menghembuskan napas. Mata nya bergerak gelisah.

"Tapi tidak seperti biasa nya. Dia berbicara tentang diri mu. Dia menanyakan mu, ana. Aku ... aku memiliki firasat yang buruk tentang ini". Ucap maia dengan gelisah

"Apa maksud ibu?" Tanya Anastasia

"Aku khawatir, suami ku merencanakan sesuatu yang buruk kepada mu, ana. Maka aku memutuskan melakukan hal ini". Maia tiba-tiba bergerak ke lemari penyimpanan nya. Dimana ia menyimpan semua berkas-berkas berharga termasuk ijazah dan rapor anak-anak asuhan nya. Dia mengambil sebuah tas hitam yang berisi ijazah-ijazah. Dia mengambil ijazah - ijazah sekolah milik Anastasia. Dan sebuah amplop coklat.

"Dengarkan aku, ana. Aku mungkin bukan ibu kandung mu. Tapi aku turut membesarkan mu beberapa tahun ini. Firasatku mengatakan aka nada sesuatu yang buruk terjadi pada mu kalau kau terus di panti asuhan ini. Zany itu semalam juga bilang tuan baron tertarik pada mu. Aku khawatir kalau zayn akan nekad membawa mu pada tuan baron. Aku tidak akan bisa hidup tenang kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk terjadi pada mu, ana. Maka ku mohon kau selamatkan diri mu sendiri, ana". Maia mulai terisak. Ia ingat obrolan pertengkaran nya di telpon dengan suami nya, Zayn. Bagaimana bisa suami nya itu tega mau menjodohkan ana dengan tuan Baron yang sudah bau tanah dan gila perempuan itu dengan Anastasia yang baru berusia 19 tahun. Hanya demi melunasi hutang-hutang judi nya pada tuan Baron.

Tidak! Maia tidak akan rela anak asuh nya dijadikan tumbal keserakahan suami nya. Suami yang harus nya ia tinggalkan sejak dulu.

"Tapi bu. Bagaimana dengan ibu dan adik-adik nanti?" Tanya Anastasia. Dia juga terkejut dengan obrolan ini. Apalagi sekarang ia dapati maia mulai berlinang air mata.

"Ku mohon, ana. Jangan pikirkan ibu dan adik-adik mu. Kami akan baik-baik saja. Kau... kau selamatkan lah diri mu sendiri. Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri bila membiarkan Zayn menikahkan mu paksa dengan tuan Baron". Kata maia. Dia menggenggam erat tangan ana sperti memohon agar ana percaya dan menurut pada nya.

"Pergilah malam ini, ana. Ini semua ijazah ketika mu. Ini modal untuk kau bekerja di luar sana. Dan ini adalah uang yang selama ini kau berikan pada ku. Aku tidak pernah menggunakan nya. Aku menabung nya untuk mu. Ini bisa jadi bekal sementara untuk mu. Sampai kau memperoleh pekerjaan dan bisa menghidupi diri mu sendiri. Kau mengerti ana? Kau harus pergi besok pagi. Karena Zayn bilang ia akan sampai besok lusa". Kata maia lalu menyerahkan amplo coklat berisi uang dan map coklat berisi ijazah milih Anastasia.

"Aku... Aku tidak mungkin tega meninggalkan ibu dan adik-adik bagaimana kalau Pak Zayn menyakiti ibu dan adik-adik". Ucap ana terbata. Rasa sesak menghimpit tenggorokan nya. Rasa pedih dan sakit karena dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu ibu asuh nya ini.

"Kau harus tega, ana. Kau berkemas lah mala mini. Besok pagi setelah sarapan, kau berangkat seperti biasa seolah kau akan bekerja. Jangan beritahu siapapun di rumah ini. Tidak juga pada adik-adik mu. Mereka tidak boleh tahu. Aku khawatir mereka akan keceplosan berbicara pada Zayn. Maka mereka lebih baik tidak tahu apa-apa". Ucap Maia mantap.

"Sekarang kembali ke kamar mu. Lakukan perintah terakhir ku, ana". Wanita paruh baya itu mengusap lembut pipi Anastasia yang sudah berlinang air mata. Ia sendiri juga tak kuasa menahan linangan air mata. Mungkin ini adalah pertemuan terakhir mereka. Dia menepuk-nepuk tangan Anastasia, pertanda menyuruhnya lekas beranjak dari kamar ini dan meninggalkan nya sendiri.

Tanpa kata hanya sedikit suara tercekat di tenggorokan, Anastasia mengangguk dan paham ia harus pergi. Tanpa kata Anastasia mencium kening ibu asuh nya ini lembut. Ia juga mencium kedua pipi maia dengan lembut. Ketika tetes air mata itu tak sengaja tersentuh bibi nya, ia dapat merasakan rasa asin dari air mata tersebut.

Anastasia keluar dari kamar itu, menyisakan sosok seorang wanita kuat yang telah merapuh diatas kursi roda. Tubuh kuat wanita itu telah memudar digantikan dengan sosok lemah yang sedang terisak-isak dengan bahu naik turun menahan tangis agar suara nya tidak terdengar. Anastasia tahu itu adalah saat terakhir ia melihat ibu sambung nya.

*****

avataravatar
Next chapter