13 13|KERKEL 1

- ngapain tuh anak di kelas gua.

Ucap Ferga dalam hati.

"Woi!! Kalian pada tau gaa?! Tadi, Matheo 7A, nyamperin Reyn!!"

Ucap Dara sangat heboh berteriak-teriak, ketika semua anak berada ada di kelas.

"Lah, tadi katanya Reyn pacarnya Daichi?!"

Ucap Kenzie dari bangku paling belakang.

Reyn berjalan ke depan kelasnya, dia berdiri di sebelah meja guru.

"Jadi gini, gua sama Daichi tuh gak ada apa-apa. itu tadi cuma salah paham, kalo kalian ga percaya, tanya aja tuh sama si Daichi!"

Seisi kelas memandangi Daichi, sedangkan Daichi hanya menguap kemudian meletakkan kepalanya di atas meja.

- hih! Si Daichi gimana sih! Bukannya bantuin ngejelasin!!"

Gerutu Reyn dalam hati.

Karena pada dasarnya Daichi bodo amatan, jadi dia tidak memperdulikan apa yang dikatakan orang lain.

"Hoaks! Hoaks! Hoaks!!! Solikin hoaks tuh!!"

Ucap Barra dan teman-temannya.

"Ya udah kalo ga percaya! Yang penting gua udah ngomong apa adanya!"

Jawab Reyn dengan nada tinggi.

"Terus, tadi Matheo nyamperin gua tuh gara-gara nanya tugas! Gausah sok tahu deh!!"

Lanjut Reyn.

"Hoaks lagi nih Solikin! Lu pikir gua percaya?! Seorang Matheo yang kayak balokan es nanya ke elu cuman gara-gara tugas?! Dia unggulan coy! Ngapain nanya ke elu?!"

Bantah Kenzie.

- duh! Mampus gua! Iya juga ya, ga masuk akal banget anjir!

Ucap Reyn dalam hati, tetapi dia tetap menenangkan ekspresinya, agar dapat meyakinkan teman-temannya.

"Yauda kalo ga percaya! Terserah kalian!"

Hanya itu yang dapat diucapkan Reyn.

"Bentar, sekarang nilai lu buat masuk ke sini berapa?"

Tanya teman sekelas Reyn yang bernama Devon Dhananjaya Addison, biasa dipanggil Devon.

"28,89, kenapa?!"

Jawab Reyn sedikit membentak.

"Wih, tinggi banget tuh! Eh, tapi kok ga masuk unggulan ya?! Jangan-jangan... nge cheat kan lo!!"

Ucap Devon meremehkan rain.

"Dih, emang dari awal gua ga pengen masuk unggulan! Sok tau banget sih lu!"

Jawab Reyn sangat kesal.

"Alah! Ngomong aja kalo otak lu nggak mampu buat di kelas unggulan!"

Bantah Devon lagi, sambil tersenyum meremehkan Reyn.

"Bangsat! Liat aja ya lu! Kelas 8 gua bakal pindah ke kelas unggulan!"

Jawab Reyn yang sangat kesal kepada Devon.

"Heh! Udah udah, ngapain sih kalian ini!"

Ucap Sheila melerai mereka.

"Ya udah buktiin! Jangan cuma ngomong!"

Devon masih saja menyahut.

Reyn yang kesal tidak menanggapi ucapan Devon. Dia kembali duduk di bangkunya.

Beberapa saat kemudian, Ferga membalikkan badan

"Woi Kin! Kerkel kapan?"

Reyn hanya memandanginya dengan tajam, dia tak menjawab sepatah kata apapun.

"Hmm... Reyn, kita kerja kelompok kapan?"

Tanya Ferga lagi dengan nada lebih halus.

"Besok."

Jawab Reyn singkat.

Tak lama kemudian, Bu Fira memasuki ruangan. Setelah itu, mereka memulai proses pembelajaran. Reyn tampak berbeda, dia lebih aktif dalam pembelajaran. setiap Bu Fira memberi pertanyaan, Reyn selalu menjawabnya. Tugas yang diberikan Bu Fira, Reyn yang selalu mendapatkan nilai tertinggi. Sepertinya Reyn sangat kesal kepada Devon dan dia akan membuktikan bahwa otaknya mampu untuk menempati kelas unggulan. Walau sebenarnya dia tidak ingin.

***

Karena ini hari Sabtu, bel pulang berbunyi lebih awal. Anak-anak berjalan keluar kelas, Reyn masih mengemasi bukunya yang ada di atas meja. Kemudian dia berjalan keluar pintu, tetapi tasnya terasa sangat ringan, ternyata Ferga mengangkat tas Reyn dari belakang, saat Reyn menoleh, Ferga melepaskan tas tersebut dari genggamannya. Otomatis tas tersebut jatuh karena beban di dalamnya yang berat. Reyn terjatuh ke belakang mengikuti tas yang di gendongnya. Tetapi Ferga menahan tubuh Reyn agar tidak terjatuh. Beberapa saat kemudian, Reyn kembali berdiri normal dan membalikkan badan.

"Lu ngapain sih!"

"Dih! Udah di tolongin juga, bukannya bilang makasih. Malah marah-marah mulu kerjaannya! Dasar Mak Lampir!"

Gerutu Ferga.

"Kalo lu gak usil, gua juga nggak bakal jatuh bego!"

Jawab Reyn.

"Udah ayo pulang! Ngoceh mulu kerjaannya!"

Jawab Ferga tiba-tiba sambil menggandeng tangan Reyn.

"Eh! Eh! Eh! Eh! Ngapain lu?! Gue bisa jalan sendiri! Lu kira gue buta?!"

Ucap Reyn kemudian melepaskan gandengan tangan Ferga lalu berjalan.

"Dih! Ya udah!"

Sahut Ferga kemudian menyusul Reyn yang sudah di depan.

Mereka berdua berjalan beriringan. Sesampainya di gerbang sekolah.

"Dek! Dek! Dek! Sini Dek!"

Ucap seseorang dari depan aula sambil melambaikan tangannya.

Spontan Reyn dan Ferga menoleh.

"Eh lu dengar gak? Kayak ada yang manggil."

Ucap Reyn memberhentikan langkahnya.

"Eh Iya gua juga dengar.... Oh itu loh! Manggil siapa tuh? Lu kenal?"

Tanya Ferga yang langkahnya terhenti juga.

"Hah? Siapa ya, perasaan gue gak kenal."

Jawab Reyn sambil menoleh ke belakang untuk memastikan apakah ada orang atau tidak di belakangnya.

"Kayaknya elu deh yang dipanggil."

Ucap Ferga kemudian menyenggol bahu Reyn.

"Hah?! Masa gua?? Emang gua ada salah apa anjir?!"

Tanya Reyn panik.

"Iya, kamu sini!"

Ucap gadis tinggi berambut panjang tersebut.

Reyn belum yakin kalau dia yang dipanggil, dia mengarahkan jari telunjuk ke wajahnya, sambil menunjukkan ekspresi bingung.

"Iya, kamu."

Kemudian Reyn berjalan menghampiri gadis tersebut.

"Fer, lu pulang duluan aja. Ntar kelamaan kalo nunggu gua."

Ucap Reyn sambil berjalan.

Ferga diam tak menjawab.

"Ada apa ya kak?"

Ucap Reyn karena sepertinya gadis tersebut adalah kakak kelasnya.

"Kamu ikut ekstra tari Dek?"

Ucap gadis tersebut belum memperkenalkan namanya.

"Iya kak, kenapa ya kak?"

Tanya Reyn.

"Oh iya, kenalin gua Allura Devanie Puspa Shafina, dari kelas 9A. Panggil aja Kak Puspa."

Ucap gadis tersebut berdiri didepan Reyn.

"Oh, iya Kak, namaku Reyn. Kelas 7F."

Jawab Reyn.

"Iya, kalo ngomong sama gua santai aja, nggak usah kaku gini, malah ga enak jadi canggung... Oh iya gue disuruh Bu Petty buat masukkin nomor adek kelas yang baru gabung ekstra tari. Gua minta nomer lu, ntar lu masukkin nomor temen temen lu ya."

Ucap gadis tersebut sambil mengambil bolpoin di tas nya.

Reyn memberikan nomor ponselnya. Dan Puspa mencatatnya.

"Eh Dek, itu yang tadi siapa? Pacar?"

Tanya Puspa.

"Hah?! Yang mana Kak? Itu, si Ferga?"

Tanya Reyn.

"Oh, jadi namanya Ferga? Iya dia, pacar lu?"

Tanya Puspa.

"Eh, astagfirullah enggak. Amit amit sumpah."

Ucap Reyn sambil menyiramkan air minumnya yang tersisa sedikit ke bunga di dekatnya.

"Lah? Kenapa emang? Kok lu pulang bareng dia?"

Tanya Puspa penasaran.

"Kita tetanggaan, hehehe."

Jawab Reyn kemudian tertawa canggung.

"Oalah, berarti deket kan ya? Eh dia udah punya pacar?"

Tanya Puspa lagi.

- kayanya ni anak suka deh sama si Ferga. Apa sih yang di suka dari Ferga. Belum tau kelakuannya aja. Astagfirullah.

Ucap Reyn dalam hati.

"Oh, gatau mbak, gaada deh kayanya. Kenapa emang? Tapi jangan deket dia deh sumpah. Buaya tuh anak."

Jawab Reyn.

"Lah bisa aja kamu. Hehehe. Yaudah pulang dulu, uda sore, kasian tuh si Ferga nungguin lu dari tadi."

Jawab Puspa sambil menunjuk ke gerbang.

- lah, ngapain tuh anak masih di sini? Tadi kan uda gua suruh pulang duluan. Gimana sih.

Ucap Reyn dalam hati kemudian melihat ke gerbang. Terlihat Ferga sedang duduk sambil memakan siomay.

"Oh, yaudah Kak, aku duluan ya. Bye!"

Ucap Reyn sambil berjalan menuju gerbang dan melambaikan tangannya.

Puspa menjawab lambaian tersebut, dia masih di sekolah karena ada kumpulan untuk dewan galang.

"Woi! Lu ngapain nungguin gua di sini? Tadi kan uda gua suruh duluan."

Ucap Reyn berdiri di depan Ferga.

"Dih siapa yang nungguin elu! GR banget jadi orang! Orang gua tadi laper terus beli siomay. Makan kan harus sambil duduk, bukan jalan! Yauda gua makan disini. Emang ga boleh?"

Bantah Ferga, kemudian melanjutkan makan siomay nya.

"Dih! Yauda bye!"

Jawab Reyn merasa malu. Kemudian berjalan pulang meninggalkan Ferga.

"Dih, kok lu ninggalin gua?!"

Ucap Ferga berlari menyusul Reyn.

"Kan lu lagi makan, katanya makan ga boleh jalan. Ngapain lu ngikutin gua?! Duduk dulu sono! Abisin tuh makanan!"

Ucap Reyn yang terus berjalan.

"Ga asik, ga asik, baperan!"

Ucap Ferga.

"Nyenyenye"

Jawab Reyn.

Kemudian mereka pulang bersama.

***

Reyn mengambil ponselnya. Dia membuat group untuk kerja kelompok besok.

----------------------GROUP-----------------------

Reyn menambahkan Irish, Sheila, Erlyn, Daichi, dan Ferga.

Reyn : Kerkel besok ya.

Irish : Di mana?

Ferga : Di rumahnya Pak Eko!

Reyn : Anj, hapus!

Ferga menarik pesannya

Daichi : Eko siapa woy?!

Reyn : Anjir, dah lah buruan, kerkel dimana?

Ferga : Eko adalahhhh......

Erlyn : Bokapnya si Reyn.

Ferga : Masuk Pak Ekooo

Reyn : Anjir! Napa jadi gini...

༎ຶ‿༎ຶ

Irish : Masuk Pak Ekooo

Reyn : Dahlah. Peranakan Dakjal semua isinya!

Daichi : Sabar ya Ko, Eko

Reyn : Anjir!

Sheila mana dari tadi kaga nongol?

Ferga : Ga nongol, takut sama Pak Eko

Reyn : Bodo ah. Serah.

***

Beberapa saat kemudian. Muncul chat dari Puspa.

***

Puspa : Dek, kamu uda aku tambahin di group ya.

Reyn : Oh, iya mbak. Makasih.

Reyn segera menambahkan teman temannya yang mengikuti ekskul tari.

Puspa : Eh, Reyn. Gua minta nomer nya Ferga. Lu punya kan?

Reyn : Oh, iya mbak, ada. Bentar ya.

Reyn mengirim nomor Ferga.

Puspa : Makasih ya dek.

Reyn : Iya Mbak, sama sama.

***

Keesokan harinya.

avataravatar
Next chapter