24 POSSESSIVE - Meja

"Lo mau ribut dengan gue sekarang?" tanya setengah tantang Arkan. Tatapan mata Arkan begitu fokus pada Rey, dia tidak memedulikan siapa saja yang sekarang tengah menatap dirinya.

Sebuah senyuman miring milik Rey tercetak dengan begitu jelas. "Gak akan malu kalau kekalahan lo ditonton banyak orang?" tanya Rey sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

Di sini sudah banyak siswi dan juga siswa yang memperhatikan mereka. Awalnya mereka ada karena melihat Arkan yang bertengkar dengan Retta sampai akhirnya Rey datang, banyak yang melihat sampai seperti sekarang.

Dengan santai Rey menarik tangan Retta dan kemudian melangkahkan kaki menjauh dari Parkiran. Sepanjang perjalanan, Retta masih memikirkan kalimat Arkan, meski dia sudah tahu kalau Rey tidak akan seperti yang sudah Arkan ucapkan.

*****

Waktu terus berjalan sampai akhirnya tiba pada waktu istirahat. Sekarang Retta tidak sedang bersama dengan teman-temannya, tapi sekarang dia sedang bersama dengan pacarnya.

"Gue mau tanya?" Rey berucap setelah sedari tadi mereka cukup santai menikmati makanan mereka.

"Sayangnya gue mau tanya apa?" Retta berucap sambil menatap wajah Rey dengan tatapan yang cukup santai.

Kening Rey mengernyit dan kemudian bertanya, "Lo ngomong apa?"

Dengan cepat Retta menggeleng-gelengkan kepalanya. "Enggak-enggak, peace." Retta menaikkan 2 jarinya membentuk huruf V. Semula dia hanya bercanda saja dengan menjawab menggunakan kalimat yang seperti itu.

"Mau bilang sayang, ya bilang aja sayang, gak usah berubah gak jadi." Ekspresi wajah Rey berubah menjadi datar setelah dia mendengar kalimat penuturan Retta yang sama sekali tidak mengulang kalimat yang sudah dia ucapkan.

Di satu sisi Retta seperti ini, karena Retta takut kalau Rey akan marah padanya sebab dia yang memanggilnya menggunakan panggilan sayang di tempat umum seperti ini, sehingga dia lebih memilih untuk menyatakan kalau semua itu hanya becanda.

"Hm, mau tanya apa tadi?" tanya Retta dengan ekspresi yang ragu dan terlihat ada sesuatu hal yang tengah Retta sembunyikan atau berusaha dia tahan sekarang.

Rey memperhatikan Retta dengan tatapan yang cukup serius. "Sayangnya mana?" tanya Rey menggunakan nada bicara yang terdengar begitu ringan sambil mengukirkan senyumannya.

Senyuman indah milik Rey berhasil menarik sebuah garis lengkung di bibir Retta. Rasanya begitu mudah Retta tersenyum saat baru saja melihat senyuman kecil milik Rey.

Retta menjadi malu setelah mendapatkan pertanyaan seperti ini dari Rey. Retta menggaruk pundaknya yang tak terasa gatal dengan harapan bisa menghilangkan keraguan dan juga rasa malu yang dia miliki.

"Mau tanya apa ... sayang?" Retta begitu memelankan nada bicaranya saat dia mengatakan 'sayang' sambil menundukkan kepalanya.

Melihat ekspresi Retta yang malu seperti ini membuat Rey merasa gemas. "Gue mau ngomong, kenapa yang ditatap malah meja?" tanya Rey sambil menunggu agar Retta menaikkan pandangannya.

"Telinga gue masih berfungsi kok, meski yang gue liat adalah meja." Retta menjawab dengan menggunakan nada bicara yang begitu enteng.

"Hm."

Mendengar Rey yang berdeham dengan nada yang datar, membuat Retta merasa tidak enak sampai akhirnya dia mencoba untuk menaikkan pandangannya.

Ya Tuhan, ngapain dia senyum?

Melihat Rey yang tersenyum dengan senyuman yang terlihat sangat manis membuat Retta memilih untuk menundukkan pandangannya lagi dan mencoba untuk menetralkan perasaannya.

"Mejanya jauh lebih bagus atau bagaimana?" tanya Rey yang melihat Retta terus-terusan memilih untuk menunduk, dibandingkan dengan melihat wajahnya.

Mendengar pertanyaan tersebut membuat Retta terdiam sejenak, dia memberanikan diri untuk menatap pacarnya yang diketahui dengan jelas sedang menatapnya.

Tap

Pandangan mereka pada akhirnya bertemu, Retta memperhatikan detail indah wajah pacarnya. Kesan tampan itu begitu terpancar dan juga aura dinginnya tidak bisa lepas.

"Jangan bilang kalau lo cemburu sama meja?" tanya Retta setengah menduga, meski ada sebuah perasaan tidak percaya dalam dirinya.

Tatapan Rey semakin serius. "Kalau iya?" tanya Rey setengah menantang Retta.

"Kok bisa sih cemburu sama meja?" tanya Retta yang begitu kebingungan kenapa bisa-bisanya Rey cemburu pada meja.

Tangan Rey perlahan menyentuh pipi Retta, mengarahkan pandangan Retta agar kembali menatap dirinya. "Kenapa tidak?" tanya balik Rey disertai dengan sebuah senyuman miringnya.

Glek

Ya Tuhan, kenapa dia seperti ini?

avataravatar
Next chapter