25 POSSESSIVE - Cara Nyetir yang Unik

Di waktu petang ini Retta sedang asyik bermain dengan handphone-nya, terlebih alasan utamanya dia sekarang sedang melakukan panggilan video bersama dengan pacarnya.

"Gue mau ngajak lo ke suatu acara, malam ini."

"Terus?" Retta berucap dengan begitu santai sambil memperhatikan wajah pacarnya yang tertera di layar handphone-nya.

Rey menggelengkan kepalanya dan kemudian dia berucap, "Gak ada terusannya."

Kening Retta mengernyit dan ekspresinya berubah kebingungan sampai akhirnya dia memilih untuk bertanya, "Tuh kalimat pertanyaan? Ajakan? Atau bagaimana?"

Di sini Retta memang kebingungan bagaimana menangkap maksud dari kalimat yang sudah pacarnya ucapkan, karena kalimat itu keluar menggunakan nada bicara yang begitu datar.

Retta ingin mengartikan kalau kalimat itu adalah sebuah pertanyaan, tapi tidak terdengar nada bicara, kemudian kalau dia mengartikan bahwa kalimat itu adalah sebuah ajakan, Retta tidak ingin salah tangkap.

"Pemberitahuan." Rey menjawab menggunakan nada yang semakin datar dan dia juga memilih untuk menjawab dengan menggunakan jawabannya sendiri, bukan memilih salah satu jawaban dari pertanyaan yang sudah Retta keluarkan.

Bola mata Retta membelalak mendengar jawaban dari Rey yang seperti itu. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya sebab dia merasa tidak menyangka kalau pacarnya akan menjawab dengan jawaban yang seperti itu.

"Setelah diberitahukan, gue harus bagaimana?" tanya Retta lagi yang memang dia ingin tahu apa lagi jawaban yang akan pacarnya uccapkan.

"Mengikutinya." Lagi-lagi Rey berucap menggunakan nada bicara yang begitu datar.

Retta semakin menggeleng-gelengkan kepalanya, terlebih dia ingat kalau sebelumnya dia menggunakan kata tanya 'bagaimana' yang besar kemungkinan kalau jawabannya cukup panjang.

Apa yang ada dalam pikiran Retta seolah patah dengan sendirinya saat dia mendengar sebuah jawaban singkat dari pacarnya. Singkatnya benar-benar singkat, karena hanya menggunakan satu kata.

"Ya Tuhan, kenapa cowok gue berbeda?" Retta mengucapkan hal ini secara langsung, agar pacarnya bisa mengetahui apa yang ada dalam pikirannya.

"Nanti gue jemput." Rey sama sekali tidak memikirkan apa yang sudah Retta ucapkan barusan, dia tidak ingin membahas, apalagi mempermasalahkan kalau dirinya berbeda.

"Hm, ke mana dulu nih? Gue gak mau salah outfit," ujar Retta yang membeberkan alasan kenapa dia ingin mengetahui ke mana tujuan dari Rey mengajak dirinya.

"Jalanan."

Retta menatap serius layar handphone-nya memperhatikan wajah cowok yang berstatus sebagai pacarnya, dia kebingungan bagaimana harus melanjutkan pembahasan untuk mengetahui ke mana tujuan yang lebih detail lagi.

"Gue udah bingung mau nanya apa sama lo. Intinya nanti jangan salahkan gue, kalau outfit gue beneran kayak anak jalanan, karena lo juga saat gue tanya ke mana tujuannya lo menjawab dengan begitu singkat, yaitu jalanan."

Rey menganggukkan kepalanya. "Ya."

Benar-benar Retta kebingungan bagaimana menghadapi sifat pacarnya yang seperti ini, sehingga dia hanya bisa menarik napasnya dengan begitu dalam, dia mencoba untuk menenangkan dirinya.

Gue takut botak ngadepin sikap dia.

*****

Waktu malam sudah tiba, sekarang Retta sudah berdiri di luar Rumahnya, sebab pacarnya juga sudah memberi tahu dirinya kalau dia sudah sampai di depan Rumah.

Rey memperhatikan pacarnya dari atas sampai bawah dengan tatapan yang santai, sampai akhirnya dia terfokus memperhatikan detail wajah Retta yang terlihat begitu cerah, meski tanpa balutan make up.

Memang Retta bukan tipikal orang yang suka menutupi wajahnya dengan balutan make up yang begitu tebal, dia hanya terbiasa menggunakan skincare untuk menjaga kulitnya agar terus terawat.

Rambut panjang Retta dibiarkan terurai indah, bibirnya terlihat berwarna merah merona serta fresh, bulu matanya terlihat begitu lentik, menjadi pelengkap keindahan wajah Retta.

"Ada yang salah dengan outfit gue?" tanya Retta saat dia melihat kalau pacarnya begitu fokus memperhatikan dirinya.

Rey menggelengkan kepalanya santai. "Gak," jawab Rey dengan begitu enteng.

Alasan utama yang membuat Rey memperhatikan Retta dengan tatapan yang begitu serius, bukan karena Retta yang salah menggunakan pakaian, tapi karena dirinya melihat kalau Retta yang ada di hadapannya adalah sosok Retta yang sebenarnya.

"Kalau outfit gue salah, maka yang salah adalah lo. Tadi lo mengatakan kalau tujuannya adalah jalanan, maka gue lebih memilih untuk menggunakan pakaian yang seperti ini. Jadi, jangan menyalahkan gue, kalau emang salah mending bilang, mumpung masih di Rumah bisa langsung gan—

Rey menempelkan jari telunjuknya di bibir Retta yang sekarang cukup lembab dan terlihat begitu fress yang membuat Retta dengan seketika menghentikan kalimat yang sedang dia ucapkan. "Sttt."

Angin menggelisik membawa tenang, Retta menjadi fokus memperhatikan cowok yang tangannya sedang menempel di bibirnya. Retta begitu fokus memperhatikan wajah serta penampilan Rey.

Kali ini Rey menggunakan kaos tangan panjang dengan sedikit motif di bagian tengah baju yang dia gunakan dengan rambut yang bagian depannya sedikit acak-acakan dan terlihat sedikit basah.

"Gak ada yang bilang kalau outfit lo salah." Rey berucap dengan begitu santai sambil menarik jari telunjukknya dari bibir mungil Retta.

Retta berniat untuk menunduk sebab dia merasa malu mendapatkan tatapan yang begitu dalam dari Rey, tapi pada akhirnya Retta dibuat terdiam saat melihat bagian lutut pacarnya.

Hm. Pantas aja dia mengatakan kalau outfit gue gak salah, dia aja pake celana sobek-sobek.

Memang sekarang Rey tengah menggunakan celana jeans berwarna hitam dengan model seperti yang sudah Retta ucapkan dalam hatinya, yaitu sobek-sobek di bagian lututnya.

"Kalau pun salah, bukan gue yang salah. Lo yang salah, siapa suruh kasih jawabannya jalan." Retta kembali berucap.

"Ya udah yuk." Rey sudah tidak ingin memperpanjang pembahasan mengenai hal ini.

Dengan santai Retta menganggukkan kepalanya dan mereka melangkahkan kaki menuju ke arah di mana mobil Rey berada. Retta duduk santai di samping Rey.

Sepanjang perjalanan, Retta asyik memperhatikan bagaimana cara Rey menyetir. Entah kenapa Retta suka melihat jari tangan Rey yang terlihat panjang serta lentik, memutar-mutar kemudi.

"Liatin apa?" tanya Rey sambil melirik ke arah di mana Retta berada.

Retta tersenyum kecil saat Rey menyadari kalau dia sedang memperhatikan sesuatu. "Cara lo nyetir unik deh," jawab Retta yang kembali mengukirkan senyumannya.

Sejenak Rey melirik ke arah kemudi dan kemudian berucap, "Mau liat yang lebih dari ini?"

Kening Retta mengernyit kebingungan. Dirinya sama sekali tidak paham dengan maksud dari kalimat yang sudah pacarnya ucapkan. "Liatnya bagaimana?" tanya Retta menggunakan nada bicara yang begitu polos.

"Nanti gue tunjukkan kalau sudah di tempatnya," jawab Rey dengan nada bicara yang enteng.

Di sini kening Retta malah semakin mengernyit sebab kebingungan. "Memangnya lo mau ngajak gue ke mana sih?" Retta semakin penasaran dengan tujuan dari perjalanannya kali ini.

Rey menyeringai sambil memperhatikan wajah Retta disela-sela dia memperhatikan jalanan yang sekarang sedang ramai. "Nanti juga tahu sendiri." Rey sama sekali tidak ingin memberi tahu Retta ke mana tujuannya.

avataravatar
Next chapter