14 POSSESSIVE - Berbeda dengan Dia

"Lo punya pikiran kalau hubungan kita akan seperti itu?" tanya Rey dengan cukup serius, bahkan Rey sampai menghentikan langkah kakinya hanya untuk menunggu sebuah jawaban dari Retta.

Dengan Rey yang berhenti melangkah, Retta juga ikut menghentikan langkah kakinya. Retta menatap balik Rey dengan tatapan yang sulit untuk dijelaskan.

"Jujur, gue masih belum bisa menjelaskan apa yang sekarang tengah gue pikirkan. Gak bisa dibohongi, kalau gue masih teringat akan kejadian kemarin."

Retta mengatakan hal ini dengan penuh kejujuran, meski dia memang suka dan nyaman bersama dengan Rey, tapi perasaan takut juga trauma yang dia miliki masih ada.

Perlahan Rey memegangi pundak Retta dengan kedua tangannya, tatapannya begitu serius dan begitu dalam. Sebuah senyuman di bibir Rey terukir saat dia memperhatikan wajah pacarnya.

"Gue berbeda dengan dia, jangan punya pikiran kalau gue sama berengseknya dengan dia." Rey mencoba untuk meyakinkan pacarnya kalau dia tidak sama dengan masa lalunya.

"Lo lapar banget gak?" tanya Retta dengan pertanyaan yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan pembahasan kali ini.

Rey menggelengkan kepalanya. "Kenapa? Lo ingin menceritakan sesuatu hal sama gue?" Dengan lembut Rey menanyakan hal ini pada Retta, dia yakin kalau alasan yang membuat Retta bertanya apakah dirinya lapar, karena ada sesuatu hal yang ingin Retta sampaikan.

"Iya, kayaknya gue lebih ingin bercerita tentang hal yang random sama lo, dibandingkan dengan makan." Retta menuturkan apa yang dia rasakan sekarang.

"Gue ada buat lo."

Kalimat itu keluar dengan begitu lembut dari mulut Rey yang membuat Retta begitu terdiam melongo sambil memperhatikan pacarnya dengan tatapan tidak percaya.

Baru saja kemarin dia bersama dengan cowok yang tidak bisa mengerti dirinya, tidak memperlakukan dirinya dengan sebuah perlakuan yang baik, sekarang dia bersama dengan cowok yang begitu mengerti dirinya, sehingga tidak heran kalau Retta begitu terdiam tidak percaya.

*****

"Gue belum tahu lo seperti apa orangnya, tapi gue ngerasa kalau bersama dengan lo, banyak kebahagiaan gue yang akan berdatangan."

Memang bersama dalam waktu yang singkat saja sudah membuat banyak kebahagiaan yang seolah terasa jelas, apalagi saat Rey secara terang-terangan membelanya.

"Lo gak perlu terlalu memikirkan kebahagiaan lo, tapi lo harus percaya kalau gue tidak akan merendahkan lo seperti masa lalu lo."

Di sini Rey sepertinya begitu tidak suka dengan apa yang sudah terjadi sebelumnya, tidak heran kalau waktu itu Rey sampai bermain basket dengan begitu serius agar dia bisa memenangkan pertandingan itu dan membuat hubungan Arkan serta Retta selesai.

Tidak heran sampai Rey secara terang-terang menarik Retta saat Retta hendak kembali pada Arkan dan sudah sering Rey secara langsung menyinggung apa yang sudah Arkan perbuat.

Retta menyeringai dan kemudian menghempaskan napasnya kasar. "Gue salah. Gue udah pernah menerima orang yang salah dan percaya sama orang seperti dia, sampai akhirnya gue kesulitan percaya sama orang yang kemungkinan adalah orang baik."

Semua hal itu cukup masuk akal, sepertinya kalau sejak awal Retta bertemu dengan cowok yang tidak seperti Arkan dan tidak percaya pada Arkan, maka Retta tidak akan seperti ini pada cowok, apalagi kalau sedari awal Retta bertemu dengan Rey.

Angin berhembus memberikan sebuah ketengan, kupu-kupu yang sedang terbang menjadi objek yang Retta perhatikan, sementara Rey begitu fokus memperhatikan pacarnya yang sekarang tengah tersenyum indah.

Merasa diperhatikan oleh orang yang ada di sampingnya, akhirnya Retta melirik ke arah di mana Rey berada. "Lo lagi liatin apa sih? Kenapa kayak asyik sama fokus banget?" tanya Retta yang begitu penasaran dengan apa yang sekarang tengah Rey perhatikan.

"Pacar gue," jawab Rey dengan begitu enteng.

Kening Retta mengernyit tanda tanya. "Kenapa memperhatikan gue? Emang ada yang salah dengan gue atau ada hal yang aneh dengan wajah gue?" Retta semakin penasaran dengan hal itu.

Rey menggelengkan kepalanya santai. "Gak ada salahnya kalau gue memperhatikan cewek gue kan?" tanya balik Rey dengan begitu enteng.

Sejenak Retta terdiam. "Ya enggak sih, tapi aneh aja gitu ditatap kayak gini."

"Dari pada lo ditatap sama cowok lain," ujar Rey sambil memutar bola matanya yang menunjukkan kalau dirinya tidak suka.

"Hm, terserah lo." Retta hanya tersenyum santai dengan semua ini.

*****

Waktu berlalu dengan sendiri, tapi masih saja ada di waktu istirahat. "Retta, ada yang ingin gue bicarakan dengan lo. Masalah tugas kelompok yang kemarin," ujar cowok yang sekarang tengah berdiri di hadapan Retta.

Dengan seketika Rey bangkit dan kemudian menatap cowok yang berada di hadapannya. Rey sedikit menunduk, sebab tinggi badan cowok itu berada di bawahnya.

"Lo gak liat, kalau dia lagi sama cowoknya?" tanya Rey dengan menggunakan nada yang begitu serius.

Retta yang baru saja mendengar kalimat tanya yang sudah Rey ucapkan mendadak ikut bangkit dan kemudian memperhatikan Rey yang ekspresinya sekarang terlihat begitu datar.

"Baru jadi cowoknya kan? Masalah kalau gue membahas tugas dengan dia?" tanya balik Topik.

Tatapan mata Rey berubah setelah mendengar pertanyaan yang baru saja cowok itu ucapkan, sepertinya Rey begitu tidak terima dengan apa yang baru saja cowok itu ucapkan.

"Ada hal lain yang menjadi tujuan lo kan?" tanya Rey yang merasa kurang yakin kalau tujuan utama dari cowok itu mengajak Retta hanya untuk membahas sebuah tugas.

"Gak usah so tahu!" larang cowok itu.

"Wait! Lo kok jadi nyolot? Tugas yang mana sih? Bukannya tugas gue udah selesai ya?" tanya Retta yang merasa kalau dirinya sudah tidak mempunyai tanggungan dalam tugas kelompoknya.

Topik melirik ke arah di mana Retta berada. "Udah lah, yuk ikut gue."

Tangan Topik terhempaskan begitu saja saat dia baru mau menarik tangan Retta, tapi dengan seketika ditepis oleh Rey. Retta juga melangkah mundur saat itu.

"Gak usah cari gara-gara sama gue!" peringat Rey menggunakan nada yang penuh dengan keseriusan.

"Mending lo pergi deh, tugas gue kan udah selesai."

Retta tidak ingin kalau ada sebuah hal yang tidak diinginkan terjadi sekarang, terlebih melihat ekspresi Rey sudah terlihat begitu tidak suka saat ada yang mengganggunya.

Merasa kalau keberadaannya hanya sia-sia saja, akhirnya Topik memilih untuk pergi.

Ekspresi Rey masih belum kembali baik, sepertinya dia benar-benar tidak suka saat ada yang mengganggu waktu di mana dirinya bersama dengan Retta.

Sejenak Retta melirik ke arah di mana Rey berada, memperhatikan ekspresi pacarnya sejenak. "Udah kalem napa mukanya, takut gue." Retta berucap dengan penuh kejujuran.

Mendengar perkataan dari pacarnya, akhirnya Rey kembali duduk dan menatap lurus ke depan sambil menetralkan perasannya yang semula sudah tidak karuan.

"Kayaknya lo gak suka banget ada cowok yang deketin gue?" tanya Retta sambil terus memperhatikan pacarnya.

"Gue gak suka ada orang yang modus ke cewek gue." Dengan menggunakan nada yang datar, Rey mengucapkan hal yang memang tidak dia sukai.

Retta tertawa kecil mendengar hal itu. "Ternyata cowok gue posesif ya?"

avataravatar
Next chapter