webnovel

POSSESSIVE - Belum Genap 1 Bulan

Gelapnya warna langit sudah menjadi bukti kalau sekarang sudah malam hari, terlebih bintang sudah menunjukkan gemerlapnya yang begitu indah ini.

Separuh bulan menjadi pelengkap keindahan langit malam yang nampak terlihat kalau cuacanya cerah dan jauh dari kata hujan, tapi semuanya berbalik pada Sang Pemilik malam.

Retta sekarang sedang bersiap-siap untuk pergi ke sebuah Cafe yang sudah dia tentukan sebelumnya untuk dirinya kunjungi bersama dengan Rey. Di sini mereka akan menepati apa yang sudah mereka bicarakan di sekolah.

"Gue mau pergi sendiri. Nanti aja ketemuan di sana, lo gak perlu jemput gue." Di tengah mereka melakukan panggilan telepon, Retta langsung mengatakan hal yang memang dia inginkan.

"Yakin?" tanya Rey meminta sebuah kejelasan di sini.

"Iya, gue yakin. Udah ketemu aja di sana, gue bakalan bawa mobil sendiri." Retta menjawab dengan begitu enteng, karena memang dia tidak ada niatan untuk menyuruh Rey menjemput dirinya.

"Kalau ada apa-apa hubungi gue," ucap Rey dengan begitu enteng.

"Iya, gue pasti hubungi lo kok."

Retta menganggap kalau apa yang sudah Rey ucapkan barusan hanya sebuah bentuk pertanggung jawaban dari Rey, karena dia akan bertemu dengan dirinya. Di sini Retta tidak memikirkan sebuah hal lainnya.

Setelah sambungan terputus, Retta kembali melanjutkan kegiatannya, yaitu merapikan rambut panjangnya yang terlihat begitu indah dan juga mengkilap.

******

Setelah sampai di Cafe, Retta membuka ponselnya terlebih dahulu. Niat awal Retta ingin menanyakan di mana Rey berada, karena dia cukup malas kalau dia harus mencari-cari di mana Rey berada, terlebih tempat ini begitu luas.

"Gue di sini," ucap seseorang dari arah samping dengan suaranya yang terdengar sedikit serak dan nada bicara yang begitu datar.

Mendengar hal itu, Retta mengalihkan pandangannya dan memperhatikan cowok yang sekarang berada cukup dekat dengannya. Melihat penampilan cowok itu membuat Retta begitu betah memperhatikannya.

Penampilan cowok itu begitu simple, dia hanya menggunakan jaket warna hitam putih dengan kaos hitam polos sebagai dalamannya, sementara celana yang dia gunakan adalah celana jeans berwarna hitam.

"Penampilannya keren, gue suka." Retta berucap dengan penuh kejujuran setelah dia memperhatikan penampilan dari seorang Rey Putra.

Tanpa ada sebuah niatan untuk pamer atau bergaya, Rey menyisir acak rambutnya yang dia rasa kurang sesuai. Retta begitu memperhatikan adegan tersebut.

Ya Tuhan, ngapain dia nyisir acak rambutnya?

Melihat Rey yang dengan santai menyisir acak rambutnya, membuat Retta semakin tertarik memperhatikan cowok yang ada di hadapannya. Daya tarik Rey begitu besar bagi Retta.

Yang disisir rambutnya, yang berantakan hati gue.

"Gue suka lo," jawab Rey dengan begitu enteng.

Retta membelalakkan matanya saat mendengar kalimat itu. Semula dia hanya mengatakan kalau dia suka pada penampilan dari Rey, kenapa sekarang dia malah mengatakan suka pada dirinya.

Oh, mungkin dia juga suka sama penampilan gue kali ya?

Benar-benar tidak mau berpikir ke arah yang lebih jauh, Retta hanya menganggap kalau Rey juga suka sama penampilannya, padahal dia kali ini tidak berpenampilan terlalu ribet.

Retta hanya menggunakan kemeja motif mini square warna hitam putih dengan kaos putih yang dia gunakan sebagai inner serta celana jeans warna hitam yang membentuk body indahnya.

"Langsung ke dalam yuk?" ajak Retta dengan santai.

Rey hanya mengaggukkan kepalanya. Mereka berjalan berdampingan. Penampilan mereka begitu serasi, terlebih saat keduanya mengukirkan senyuman tanpa sengaja saat saling melirik.

*****

Waktu berlalu dengan begitu saja tanpa terasa begitu lama dan membosankan. Mereka sekarang sedang menikmati makanan yang ada di meja dengan begitu santai.

Kata mereka di sini sepertinya kurang sesuai, karena yang sedang menikmati makanan hanyalah Retta. Rey sekarang sedang memperhatikan objek indah yang ada di hadapannya.

Saat hendak mengambil minuman, Retta menaikkan pandangannya dan melihat Rey yang sekarang tengah memperhatikan dirinya. Retta mencoba untuk bersikap biasa saja.

"Kenapa lo natap gue kayak gitu Rey?" tanya Retta merasa tidak nyaman sebab ditatap menggunakan tatapan yang seperti itu.

Alasan yang membuat Retta merasa tidak nyaman, karena ada sebuah organ yang berdetak dengan begitu kencang saat dia ditatap dengan menggunakan tatapan yang begitu intens oleh Rey.

"Retta." Dengan begitu lengkap Rey memanggil cewek yang ada di depannya menggunakan nada yang terdengar cukup lembut, tanpa mengalihkan pandangannya.

"Hm, iya? Ada apa?" Retta menjadi memperhatikan balik Rey.

"Kita kenal udah berapa lama?" tanya Rey yang mana dia yakin kalau belum menginjak waktu yang lama.

Retta terlihat seperti orang yang tengah berpikir. "Kayaknya belum genap 1 bulan deh gue kenal sama lo, kenapa emangnya?" tanya Retta yang semakin penasaran dengan alasan kenapa Rey menanyakan hal itu.

"Gue gak mau jadi temen lo lagi."

Dengan seketika Retta merasa begitu kaget dengan semua ini. "Hah? Kenapa?" Retta sangat kebingungan.

"Gue ingin lo jadi pacar gue."

Deg

Retta begitu terdiam saat mendengar kalimat yang berisikan sebuah pernyataan mengenai sebuah hal yang cukup serius, ada sebuah perasaan tidak percaya yang ada dalam hati Retta.

Kalimat itu keluar dengan begitu jelas dari mulut Rey Putra sambil menatap cewek yang ada di hadapannya dengan tatapan yang penuh keseriusan. Sama sekali tidak ada sebuah candaan di dalamnya.

Melihat ekspresi yang tengah Rey pasang membuat Retta kebingungan ke mana mengartikannya, karena kalau dia menganggap semua itu hanya sebuah candaan, ekspresi yang Rey pasang tidak mendukung.

"Pacar? Lo serius?" Retta masih tidak percaya dengan hal ini.

Mereka kenal belum lama, bahkan memang belum genap satu bulan. Retta saja baru putus 3 hari yang lalu, tapi sekarang sudah ada yang mengungkapkan perasaan padanya?

Rey menganggukkan kepalanya, karena memang dia serius dengan apa yang sudah dia ucapkan. "Gue gak bisa bercanda, apalagi masalah seperti ini."

"Dengan lo yang tahu gue orangnya seperti apa, lo mau menjadikan gue sebagai pacar lo?" tanya Retta.

Di sini Retta mengingatkan Rey akan sebuah kalimat yang sudah Arkan ucapkan padanya. Di mana dirinya seolah begitu rendah dan tidak pantas bersama dengan cowok, terlebih seperti Rey.

"Ya," jawab Rey dengan penuh keseriusan.

Gue harus jawab apa coba sekarang? Mana ekspresinya serius banget lagi, hm.

Next chapter