22 Malam Pertama ++

Saat ini Revan membawa tangannya semakin menjelajahi tubuh Davina, mengusap perutnya rata milik istrinya itu yang mana membuat Davina melenguh merasakan sensasi yang di berikan oleh suaminya. Tangan kekar itu kemudian semakin naik hingga menyentuh gundukan di dada Davina dan meremasnya lembut dari balik piyama yang di kenakan oleh sang istri.

"Rev-Vanhhh...??"

Davina kembali melenguh dan berusaha untuk melepaskan tangan Revan yang menggerayangi tubuhnya. Wanita cantik itu merasakan sentuhan geli dan menyenangkan pada tubuhnya. Jujur, meski ia tidak menyukainya, namun sentuhan-sentuhan itu membangkitkan sensasi lain dalam dirinya yang membuatnya menginginkan lebih.

Dengan terburu-buru, Revan melepaskan tali piyama Davina dan juga jas serta kemeja kerja yang ia kenakan, lalu melemparkannya ke sembarang arah. Kini bagian atas Davina sudah terekspos sempurna karena Davina juga tidak mengenakan bra. Sudah menjadi kebiasaannya, karena selama di rumahnya ia selalu melepaskan bra nya ketika ia akan tidur.

Keduanya saling berpandangan, Revan dengan pandangan tegas dan mendominasi sementara Davina dengan tatapan sayunya yang membuat Revan semakin terangsang. Setelah beberapa saat, Revan pun mulai mendekatkan wajahnya untuk menciumi leher jenjang istrinya itu hingga bahu putihnya yang mana hal itu semakin membuat Davina mendongak dan tak sadar mendesah karenanya.

Revan mengunci kedua tangan istrinya di kedua sisi tubuh mungilnya. Ia masih dengan rakus menciumi leher mulus Davina. Ciuman Revan kini semakin turun ke dada, dan dengan mulutnya ia mengulum gundukan nikmat milik sang istri.

Mendapat sentuhan dan perlakuan yang seperti itu, Davina sudah melayang. Tanpa ia sadari,  ia mulai menyukai sensasi aneh dan menyenangkan ini. Davina menyukai bagaimana sentuhan yang Revan berikan padanya.

"Akhh..." pekik Davina saat tangan Revan sudah turun dan membelai kemaluannya yang masih tertutup celana dalam.

"Tenang sayang..." ucap Revan parau, lalu mengecup pipi Davina dengan lembut.

Kemudian melanjutnya kegiatannya mengulum gundukan istrinya dengan tangannya yang satu lagi terus bermain di area bawah Davina. Membuat Davina semakin terlarut kedalam permainan sang suami.

Perlahan Revan menurunkan celana dalam yang masih di kenakan oleh wanitanya itu, juga menyingkap piyama yang masih menempel di tubuh istrinya. Revan melebarkan paha Davina dan kembali mengusap area sensitifnya yang kini tidak tertutup apapun itu.

Revan sudah tidak tahan dengan tubuh Davina yang sangat indah. Ia ingin segera menikmatinya, dan ini adalah malam pertama bagi keduanya. Sama-sama belum pernah melakukan hubungan seksual dengan siapapun, karena saat Davina berpacaran dengan Dilan mereka selalu membatasi gaya pacaran mereka agar tidak melakukan hal di luar batas wajar.

Hingga beberapa saat kemudian, Revan melepaskan celana kainnya, juga celana dalamnya lalu kembali membuangnya ke sembarang arah lagi. Dan itu membuat Davina merona seketika saat melihat kebanggaan suaminya yang sudah menegang.

Revan mengambil posisi diantara paha Davina dan menggesekkan miliknya di depan lubang sang istri. Membuat Davina memejamkan matanya menahan sensasi aneh yang menyerang tubuhnya.

"Revvanhhh..." gumam Davina saat Revan hendak memasukkan miliknya dalam lubangnya. Ini adalah pengalaman pertama nya, dan sudah tentu Davina merasa sangat gugup dan takut.

"Hm?"

Revan menatap Davina yang kini berada di bawahnya. Wanitanya itu terlihat sangat cantik dari dekat. Revan baru menyadari hal itu.

"Apa kau takut?" tanya Revan sambil mengusap lembut pipi istrinya.

Davina hanya bisa mengangguk lemah, ia jujur.

"Tenanglah, aku tidak akan melakukannya dengan kasar," ucap Revan, lalu mengecup kening istri cantiknya itu.

Davina menutup matanya, ia tidak ingin melihat Revan. Meski ia sadar dengan apa yang sedang ia lakukan bersama suaminya itu. Setelah Davina sedikit tenang, Revan pun perlahan mulai memasukkan 'miliknya' pada lubang Davina.

"Aakhhh..." Davina memekik tertahan merasakan sakit dan perih di lubangnya.

Revan berhenti sejenak untuk menciumi wajah Davina,  mencoba mengalihkan rasa sakit yang istrinya rasakan. Entah kenapa, malam ini Revan benar-benar memperlakukan Davina layaknya seorang istri yang sesungguhnya. Tidak ada ucapan atau perlakuan kasar yang Revan berikan pada Davina. Ia benar-benar melakukannya dengan lembut.

Setelah menunggu beberapa saat Revan mulai bergerak perlahan, masih terdengar rintihan kesakitan dari istrinya itu, namun semakin lama rintihan Davina berganti dengan suara desahan tertahan. Dengan mata yang masih tertutup, Davina juga mati-matian berusaha untuk menahan desahannya. Ia bahkan menggigit bibir bawahnya sendiri.

Melihat Davina yang seperti itu, Revan mencoba menaikkan tempo gerakan pinggulnya, dan  tangannya kembali meremas gundukan kembar milik istrinya itu. Kini suara desahan Davina sudah mendominasi kamar mewah tersebut menandakan Davina sudah mulai terbiasa dengan kegiatan panas keduanya.

Revan yang senang akan hal itu, langsung dengan semangat mempercepat gerakannya pinggulnya lagi. Ia semakin melebarkan kedua kaki Davina dan semakin menekan pinggulnya hingga wanitanya itu mendongak merasakan

sensasi nikmat di lubangnya.

Kini manik cantiknya sudah terbuka dan memperhatikan sosok lelaki tampan yang sedang menggauli dirinya.

"Aaahh...ahhhh...emhhhh revanhhh... Emmhhh"

Desahan Davina semakin terdengar kencang dan tidak terkontrol. Namun justru terdengar lebih menggairahkan, yang mana itu semakin membuat Revan bersemangat untuk menggauli isterinya itu.

Revan menyamankan posisinya, kedua tangannya kini berada di pinggang ramping Davina untuk menstabilkan posisinya. Keringat keduanya mengucur deras, suara desahan Davina semakin kencang juga suara geraman rendah Revan yang saling bersahutan.

"Kau harus segera hamil, aku ingin segera memiliki bayi," ucap Revan membelai wajah cantik Davina yang penuh keringat, wanita manis itu terdiam dan menatap Revan dengan tatapan sayunya.

Sementara Revan yang tidak mendapat tanggapan dari Davina itu semakin mempercepat tusukannya saat merasa akan sampai, Davina semakin merengek keras karena tusukan Revan

yang tidak main-main ia merasa sesuatu akan meledak dalam dirinya, semakin cepat tusukan itu semakin tak bisa ia tahan.

"Aaahhh revannhhhh... Ahhh"

"Davinahh-ahhhh"

Keduanya sampai bersamaan, Revan mengeluarkan cairannya memenuhi lubang sang istri, begitu juga dengan Davina yang mencapai kenikmatan nya. Keduanya terengah-engah bersama di atas ranjang kingsize itu dengan keringat yang mengucur deras.

Revan mengeluarkan 'miliknya', hingga dirinya sendiri bisa melihat cairan yang keluar dari lubang Davina sangat banyak bercampur dengan bercak darah. Dan menandakan bahwa itu memang pengalaman pertama bagi Davina juga dirinya. Selain itu, ia juga yakin kalau pasti ada salah satu dari benihnya yang akan menjadi Revan kecil yang menggemaskan.

Pria tampan itu tersenyum tipis melihat istrinya yang sudah terkapar tak berdaya. Namun sepasang manik cantik itu masih terbuka sedikit dan menatap ke arah Revan.

"Terimakasih," ucap  Revan pada istrinya.

Tangan Revan membelai pipi Davina dengan lembut dan penuh perhatian. Sementara Davina yang mendapatkan perlakuan seperti itu sedikit terkejut dan hanya bisa mengangguk di sertai senyuman manisnya.

,,

avataravatar
Next chapter