26 Chapter 25

Loey berdiri tegak sambil tersenyum lebar. Ia bisa melihat Hana yang terkejut sekaligus bingung melihat Loey menunjukkan kalung itu. Loey mendekati Hana dan memasangkan kalung itu padanya, membuat Hana semakin bingung.

"Apa ini?" tanya perempuan itu dengan wajah polosnya.

"Kalung untukmu."

"Maksudku, kenapa kau memberikannya padaku?"

Loey berpura-pura berpikir sejenak. "Hmmm... Karena kau adalah fans spesial?"

Wajah Hana kembali memerah setelah mendengarnya. Ia menundukkan wajahnya, seolah-olah memperhatikan kalung, menyembunyikan kenyataan bahwa dirinya tidak bisa menatap pemuda itu saat ini. Ia tidak ingin menampilkan wajah yang membuat pemuda itu semakin ingin mengusilinya atau jantungnya benar-benar berhenti berdetak sekarang juga. Bahkan melirik pemuda itu saja ia tidak berani.

Begitu juga sebaliknya. Loey tidak berani mengangkat wajah perempuan itu dan menatap matanya. Ia terlalu gugup untuk melakukannya. Perempuan itu terlihat sangat manis dan menggemaskan saat ini. Jika ia menatap matanya, mungkin ia akan melewati batas dan akan menimbulkan rumor yang tidak-tidak. Awalnya ia ingin mengatakan kalau ia memiliki harapan pada perempuan itu, tapi ia mengurungkan niatnya. Bisa-bisa perempuan itu kehilangan akal sehatnya. Dinyatakan sebagai fans spesial saja sudah membuatnya kelewat senang, apalagi jika Loey bilang menaruh harapan pada perempuan itu? Ah, dia tidak bisa membayangkan betapa lebarnya senyum perempuan itu jika ia mengatakannya.

"Jadi, bagaimana kau tahu aku suka bintang?" tanya Hana setelah berhasil mengendalikan perasaannya. Ia mengumpulkan semua tenaganya untuk bisa bicara dan melirik idolanya itu. Kini mereka berdiri berdampingan menghadap ke arah sungai sambil bersandar pada pembatas sungai sambil memandang bintang-bintang.

"Rahasia." Loey menjawabnya diiringi senyuman usilnya. Ia tidak mungkin menjawab kalau ia sering melihat-lihat medsos Hana. Bisa-bisa Hana berpikir kalau Loey benar-benar stalker.

Hana tersenyum meski Loey tidak menjawab dengan jawaban yang ia inginkan. Idolanya tahu apa yang ia suka saja sudah membuatnya sangat senang dan ia rasa ia tidak perlu tahu darimana pemuda itu tahu hal kesukaannya. Apakah pemuda itu juga tahu kalau Hana menganggap EX sebagai polaris? Apakah pemuda itu tahu masa lalunya? Ah, betapa malunya jika pemuda itu tahu masa lalunya.

"Apa temanmu itu akan datang besok?" tanya Loey mengalihkan suasana sekaligus membuat Hana sedikit tenang karena Loey tidak membahas kenapa Hana menyukai bintang atau semacamnya. Bisa-bisa ia malu menceritakannya.

Hana mengangguk, lalu tersenyum pada pemuda itu. "Ya dan aku berterima kasih padamu. Tanpa bantuanmu, aku tidak akan bisa memberikan tiket itu padanya."

"Hahaha, itu pun aku harus membohongi manajer. Aku bilang tiket itu untuk teman lamaku yang baru pulang ke Seoul. Jika tidak, mana mungkin ia mau memberikannya secara gratis."

Hana tertawa mendengarnya. "Ya ampun, aku benar-benar berterima kasih padamu. Berkat dirimu, aku bisa memberikan hadiah ulang tahun yang sangat ia harapkan selama ini."

"Benarkah? Kapan dia ulang tahun?"

"Besok. Karena itulah aku memberikan tiket itu padanya. Ia sangat ingin bertemu dengan kalian. Asal kau tahu dia sangat histeris dan sibuk mencari link streaming jika kalian akan tampil di acara tv atau acara penghargaan. Ah, pokoknya dia fans kalian garis keras," jelas Hana panjang lebar, sedangkan Loey hanya memperhatikan perempuan itu bicara sambil tersenyum simpul. Ia suka melihat perempuan itu bercerita karena ketika perempuan itu bercerita, matanya seolah-olah bersinar dan memantulkan cahaya lampu, membuatnya terlihat sangat indah.

"Kau juga harus tahu kalau Yoon itu selalu berharap merayakan ulang tahunnya bersama kalian. Jadi--" Hana berbicara ketika ia menoleh ke arah Loey, mendapati pemuda itu sedang memperhatikannya bicara. "Apa aku terlalu cerewet?" tanya Hana ragu-ragu.

Loey menggeleng dengan senyum mengembang di wajahnya. "Lanjutkan, aku suka mendengarnya."

"Kau bercanda? Kau menyuruhku lanjut bicara sedangkan kau menatapku seperti itu?" Wajah Hana mulai merona. "Ah! Benar juga! Kalian memang tidak mengerti perasaan para fans. Apa kau tidak tahu tatapanmu itu membuatku hilang akal? Ya ampun, bisa-bisa aku tidak akan menikah jika melihat wajahmu terus," sewot Hana sembari membalikkan tubuhnya menghadap sungai sembari memukul pelan dadanya yang berdebar kencang.

Melihat reaksi Hana membuat Loey terkekeh. Ia benar-benar suka mengusili perempuan di hadapannya ini. "Apa hubungan wajah tampanku dengan kau tidak menikah?"

"Ya! Kau harus bertanggung jawab! Karena terlalu sering melihat wajah tampan kalian, aku selalu menganggap lelaki lain jelek dan ingin menikah dengan lelaki yang tampan dan hatinya seperti kalian dan itu mustahil..."

"Bukankah sudah kubilang? Itu tidak mustahil. Tidak ada yang tahu masa depan. Tidak ada yang tahu siapa perempuan yang akan menjadi pendamping kami. Entah itu dari kalangan selebritis, fans atau bukan, tidak ada yang tahu. Jujur saja aku lelah menjalin hubungan dengan sesama selebritis. Melihat Jae-Hyun dan K yang harus meninggalkan kekasihnya agar tidak melukai fans dan melukai perempuannya. Terkadang menjadi kami sangatlah sulit. Merelakan perempuan yang kami cintai pergi agar tidak ada yang terluka, untuk Eris dan perempuan itu."

Sejenak Hana tertegun mendengar ucapan Loey yang memang benar. Terkadang ada beberapa fans yang tidak terima jika idolanya berkencan dengan idola lain, seperti yang terjadi pada Jae-Hyun dan K. Parahnya kasus Jae-Hyun sampai membuat kekasihnya sangat tertekan, begitu pula Jae-Hyun yang sempat vakum dari medsos karena kasus itu.

Memang menyedihkan ketika perempuan yang mereka cintai dibully habis-habisan. Mereka sampai rela meninggalkan perempuan itu agar perempuan itu tidak dilukai lagi oleh fans dan agar fans tidak terluka.

"Hana, jika kelak aku memiliki kekasih, apa kau juga akan membully kekasihku sama seperti kejadian Jae-Hyun dan K?" tanya Loey yang bagai sambaran petir bagi Hana. Sebuah pertanyaan yang menyakitkan ketika membayangkan idolamu menggenggam tangan perempuan lain, tertawa dan bahagia bersama.

"Aku tidak akan melakukannya." Hana menjawabnya dengan mantap. Ia menoleh dan menatap Loey. "Aku tidak ingin melihat idolaku menderita karena harus berpisah dengan perempuan yang ia cintai. Berpisah dengan orang yang kita cintai pasti menyakitkan. AKu sudah pernah merasakannya dan aku tidak ingin idolaku merasakannya, " jawab Hana dan itu membuat Loey tersanjung.

"Bagaimana jika aku meninggalkan perempuan itu demi Eris? Apa kau akan senang?"

"Entah apakah itu bisa disebut senang atau tidak. Pastinya Eris akan senang jika idola mereka mementingkan mereka, tapi di sisi lain mereka akan sedih karena tahu idolanya menderita. Kebahagiaan kalian adalah kebahagiaan Eris. Mungkin Eris tidak akan senang jika kau meninggalkan perempuan itu dan membuatmu menderita."

Loey tersenyum lebar mendengar jawaban perempuan itu. Sebuah jawaban bak sihir yang menyihirnya. Ia merasa pilihannya untuk melabuhkan hatinya pada perempuan itu tepat dan bisa membuatnya melupakan tujuannya untuk kembali pada Eun-Soo.

"Terima kasih." Loey mengatakannya sembari menepuk pucuk kepala Hana dengan senyuman manis khasnya. Hanya satu kalimat itu yang bisa ia katakan pada perempuan di hadapannya ini. Kalimat yang menggambarkan perasaannya saat ini. Ia sadar kalau ia membutuhkan seorang perempuan yang tidak terlibat dunia hiburan apapun. Ia membutuhkan perempuan yang bisa ia temui kapan saja ia membutuhkannya dan itu adalah Hana.

"Sudah malam, waktunya kita pulang. Aku tidak ingin Erisku sakit karena kedinginan," ujar Loey sembari memakaikan jaketnya pada Hana, lalu berjalan menuju mobilnya. Hana berlari kecil mengimbangi langkah Loey sambil tersenyum karena hari ini ia mendapatkan sebuah kebahagiaan yang diinginkan jutaan Eris di luar sana.

Tanpa sepengetahuan Hana, Loey berjalan dengan senyum yang mengembang di wajah tampannya karena malam ini ia mendapatkan kehangatan dari fans spesialnya. Kehangatan yang tidak bisa ia dapatkan setiap saat karena kesibukannya. Malam ini akan menjadi malam yang indah untuknya.

***

avataravatar
Next chapter