24 Chapter 23

Menurutmu, apa artinya sebuah nama?

Nama panggung dan nama asli

Yang berbeda hanyalah cara kau memanggilnya

***

Kemeja merah muda dan celana hitam longgar menjadi pilihan Hana mala mini. Ia berdiri di depan cermin sembari memainkan ujung rambutnya yang digerai. Tak seperti biasa, Hana memoleskan riasan tipis. Benar-benar berbeda dari kebiasaan Hana sebelumnya yang tampil apa adanya. Mungkin karena dirinya akan bertemu Loey? Mengingat hal itu membuat Hana tersenyum tanpa sadar.

Siapa fans yang tidak senang bertemu dengan idolanya? Bahkan bagi Hana, semua ini masih terasa mimpi. Pertama bertemu E-X, menjadi stylist mereka, dan sekarang dekat dengan Loey. Ah, mengingat semua itu membuat jantung Hana ingin meledak tanpa henti.

Pintu ruangan dibuka. Hana menoleh pada Yoon yang tampak lebih baik dari sebelumnya. Sebisa mungkin, Hana menahan senyuman lebarnya.

"Kau mau pergi?" Yoon menebak.

Hana mengangguk. "Aku cantik kan?"

Yoon berdecak kesal. "Terserah kau saja."

Tawa Hana pecah, lalu ia mendekati Yoon seraya mengeluarkan selembar kertas dari tasnya. Ia menyodorkan kertas itu pada Yoon.

"Apa ini?" tanya Yoon yang terkejut ketika Hana menyodorkan kertas itu tepat di depannya.

"Tiket menyaksikan olimpiade besok," jawab Hana sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Olimpiade? Untuk apa aku menyaksikannya?"

"Ah! Benar juga! Kau kan tidak suka olahraga. Sayang sekali, padahal kau bisa menyaksikan E-X di sana, bahkan kau bisa menemui mereka secara langsung di backstage. Baiklah, aku akan memberikannya pada fans lain." Hana memutar tubuhnya dan hendak berjalan keluar apartemen. Tiba-tiba sahabatnya itu menahan lengannya dan menunjukkan senyum lucu.

"Hehehe... Kenapa tidak bilang itu tiket konser. Aku pikir kau benar-benar menyuruhku menonton pertandingan olahraga. Aku mau tiket itu." Malu-malu, Yoon menunjuk tiket itu.

Hana terkekeh, lalu menunjukkan lima jarinya. "Kau harus membayarnya 150.000 won."

"Gila! Kau ingin memeras sahabatmu!?" sewot Yoon menghadapi candaan Hana. Hana tertawa, lalu menepuk bahu Yoon.

"Bercanda. Itu untukmu. Aku akan menunggumu besok," ujar Hana.

"Huwaaaa! Tidak sia-sia aku punya teman sepertimu. Kau benar-benar berhati malaikat!" Yoon memuji Hana habis-habisan seraya memeluknya erat. Hana hanya tertawa kecil melihat reaksi Yoon. Sebetulnya, ia tidak berbohong tentang harga tiket konser tadi. Andaikan ia menjualnya pada penggemar lain, pasti banyak penggemar yang berebut ingin membeli.

"Yoon, sesak …."

"Ah, maaf!" Yoon melepas pelukannya sambil memamerkan cengiran. "Kau mau kencan ya? Nah, pergilah. Kau benar-benar cantik!"

"Dasar. Padahal tadi kau bilang terserah."

Tanpa menunggu reaksi dari sahabatnya, Hana keluar dari apartemen seraya melambaikan tangan. Jantungnya berdetak lebih cepat saat membayangkan sosok yang akan ditemuinya malam ini. Mungkin saja, Hana tidak akan bisa tidur nantinya. Meski begitu, Hana belum mengerti maksud Loey mengajaknya bertemu dan menyimpan kalung itu.

Apa pemuda itu tidak tahu kalau setiap senti bersamanya membuat jantung Hana berdetak cepat? Ia yakin malam ini akan menjadi malam yang rawan untuk jantungnya.

Hana mengedar pandang saat tiba di depan apartemen. Setelah memastikan sekitarnya aman, Hana berlari-lari kecil menuju mobil hitam yang terparkir agak jauh dari area apartemennya. Ia bisa melihat Loey duduk di dalam mobil dengan memakai topi, jaket, dan penutup wajah serbahitam.

Loey membuka pintu dari dalam, lalu menyembulkan kepala. "Ayo naik!"

Hana menurut. Ia bergegas masuk ke dalam mobil itu dengan cepat agar tidak ada sasaeng fans atau media yang melihat mereka. Ia melirik ke arah Loey perlahan, mengagumi ketampanan lelaki di sampingnya ini yang sedang membuka penutup wajah dan topinya.

"Kenapa kau memperhatikanku? Apa aku sangat tampan?" goda Loey sambil tetap fokus menyetir.

Sontak Hana langsung kembali menghadap lurus, jantungnya berdetak dengan cepat ketika Loey tahu sedang diperhatikan olehnya. Ia berusaha mengatur napas, berusaha untuk tidak terlihat gugup. Tapi sayangnya Loey malah tertawa melihat gelagat Hana.

"Apa kau masih gugup?"tanya Loey tanpa menghilangkan senyum manis di wajah tampannya.

Hana menoleh. "Bagaimana kau tahu!?"

" Terlihat jelas kalau kau gugup."

"Ya ampun, sepertinya aku memiliki idola yang pandai membaca pikiran orang. Bisa-bisa jantungku olahraga malam ini," ujar Hana sembari mengerucutkan bibirnya.

Loey tersenyum melihatnya Hana yang terlihat menggemaskan. Ia meliriki Hana di sela-sela mengendarai. Perempuan itu tampak manis hanya dengan balutan kemeja pink muda dan celana hitam longgar ditambah blazer selutut berwarna putih. Meskipun tidak semulus wajah para idol perempuan yang biasa Loey temui, wajah Hana sudah cukup cantik, terlihat manis dengan bola matanya yang bulat. Berbeda dengan perempuan Korea, Hana memiliki wajah yang sedikit bulat, tapi memiliki garis rahang yang indah. Leher jenjang yang ditutupi untaian rambut terlihat … err, seksi.

Pikirannya mulai tidak waras. Loey bergegas menghilangkan Hana dari pikiran. Semuanya memang aneh. Loey yang tidak biasa dekat dengan perempuan tiba-tiba merasa nyaman dengan Hana. Sangat nyaman. Ia merasa mendapat kendalinya sebagai seorang lelaki usil yang romantis. Meski Hana tidak secantik para idol, tidak popular, Loey merasa Hana perempuan yang menyenangkan. Tidak peduli posisi Hana, Loey ingin memilikinya.

Karena Hana, Loey mulai membuka hatinya kembali. Ia bisa menerima kenyataan kalau Eun-Soo tidak akan kembali padanya. Dan perlahan, Hana membuatnya sadar kalau Eun-Soo tidak ditakdirkan untuknya. Memang awalnya terasa sakit saat melepas Eun-Soo, tapi … rasa sakit itu menghilang ketika melihat Hana tersenyum.

"Kita mau ke mana?" Hana bertanya dengan suara lembut.

"Rahasia."

Saat lampu merah, Loey menghentikan mobil. Hatinya tidak tahan lagi. Gejolak di dalam tubuhnya terus mendorong Loey untuk bergerak mendekati Hana. Hingga tanpa sadar, matanya bertemu dengan mata Hana yang membulat.

Haruskah ia mencium perempuan ini? Bagaimana jika perempuan ini menolaknya? Jika ia mencium Hana, apakah perempuan ini akan menerimanya? Apa tindakannya ini tidak akan menyakiti Hana? Bagaimanapun, Loey adalah idola yang harus tampil sempurna di hadapan penggemar. Satu skandal saja akan menghancurkan segalanya. Fans, E-X, dan hidupnya sendiri. Bagaimana jika seseorang tanpa sengaja memotret mereka lalu menyebarkannya di media sosial?

Loey berusaha menahan diri. Ia mengalihkan tangannya menuju seatbelt dan memasangkannya pada Hana.

"Kau belum memasang sabuk pengaman."

"Da-dasar!"

Hana melempar pandangan ke arah lain, tapi Loey tahu wajah perempuan itu memerah seperti kepiting rebus.

"Kenapa? Kau berharap aku menciummu sungguhan?"

"Ti-tidak kok!"

Tanpa sadar, sudut bibir Loey melengkung. "Oh ya? Wah, wajahmu benar-benar memerah, lho."

"Loey!"

"Kan sudah kubilang, saat berdua, panggil aku Seung-Yeol. Kau ingin aku jahili, ya?"

"Ti-tidak! Sudahlah, fokus menyetir."

"Jangan mengalihkan pembicaraan. Aku masih fokus menyetir, kok. Panggil aku Seung-Yeol, baru aku akan berhenti menjahilimu."

Hana menutup wajahnya dengan wajah, lalu bersuara lirih. "Seung-Yeol."

"Lagi. Ucapkan lebih kuat."

"Seung-Yeol." Hana menaikan volume suaranya.

"Lagi."

"Uhhhh." Hana mengerucutkan bibirnya persis seperti anak kecil. "Seung-Yeol. Nah, puas sekarang?"

Tawa Loey pecah. Tangannya reflek mengacak-acak rambut Hana. "Kau benar-benar lucu."

avataravatar
Next chapter