webnovel

Chapter 22

Tidak pernah ada yang mudah di dunia ini. Menjadi idol tidak semudah yang dibayangkan orang-orang. Tidak sedikit orang yang menuduh mereka melakukan hal-hal yang tidak mereka lakukan. Banyak orang membenci mereka, bahkan menyebutnya wajah plastik, golongan orang kurang bersyukur.

Tak hanya para antis, terkadang para fans yang terlalu posesif membuat mereka terkekang. Mereka dilarang berkencan, bahkan dekat dengan perempuan lain pun bisa menurunkan popularitas mereka. Meski begitu, mereka selalu ingin menampilkan yang terbaik hingga terkadang lupa waktu makan dan istirahat hingga depresi. Mereka takut melakukan kesalahan dan dibenci oleh para fans. Terkadang hal itulah yang membuat para idol Korea akhirnya bunuh diri. Sudah banyak artis-artis yang bunuh diri karena alasan yang sama. Hanya mereka yang mentalnya kuatlah yang bisa bertahan di dunia hiburan.

Rumah mewah, banyak uang dengan mobil dan pakaian yang bagus tidak menjamin kebahagiaan mereka. Bahkan kesibukkan mereka terkadang membuat mereka tidak bisa menikmati semua itu.

Fans-fans yang sering terlibat fanwar dengan fans grup lain juga memperngaruhi mental mereka. Tidak ada idola yang suka melihat fansnya bertengkar dengan fans grup lain, sekalipun itu rival mereka. Mereka ingin semuanya bermain adil, tanpa ada bully antar fans.

Fanwar sering terjadi ketika para grup idola mereka menerima penghargaan. Terkadang mereka meremehkan grup yang sedang tampil dan hanya fokus pada idola mereka. Tapi lihatlah idola mereka yang tetap menyaksikan penampilan grup lain yang menjadi rival mereka. Setidaknya jika tidak menyukai mereka, tidak perlu menghina mereka, apalagi menjadikannya masalah besar.

Semuanya mendapat sesuai usaha mereka, tidak dilebih-lebihkan atau dikurang-kurangi. Ingatlah kata-kata ini 'Fans adalah cerminan idolanya'. Para idola tidak pernah mengajarkan fansnya untuk bertengkar dengan fans grup lain, mereka malah menunjukkan kedekatan mereka dengan grup lain, menganggapnya teman, bukan musuh. Mereka meminta maaf meski mereka tidak melakukan kesalahan. Tidakkah para fans yang sering terlibat fanwar berpikir kalau itu hanya membuat nama fandom dan idola mereka menjadi buruk? Bersikaplah dewasa, berpikir panjanglah dan tenang. Tunjukkan prestasi idola masing-masing dengan bangga.

Menjadi idol berarti mengorbankan sesuatu dan itu berat, sama seperti yang dilalui para idol pada umumnya. Sama seperti EX, Army atau grup lainnya. Mereka memulai semua dari awal, bukan melalui jalan instan. Bahkan mereka mengorbankan orang yang mereka cintai, seperti Loey yang mengorbankan cintanya pada Eun-Soo. Tetap tersenyum di hadapan para penggemar meskipun tertimpa masalah.

Selamat tinggal...

Sebuah pesan singkat yang Loey terima beberapa tahun lalu, menjadi pesan terakhir yang ia terima dari Eun-Soo. Sebuah pesan yang membuatnya dibayangi perempuan itu selama bertahun-tahun. Tersenyum dalam lukanya selama bertahun-tahun.

Ia menutup ponselnya dan melihat pantulan dirinya di cermin rias. Sekarang ia terkenal, memiliki banyak fans, mendapat puluhan penghargaan, tapi apa ia bahagia? Jawabannya adalah ya, dia bahagia. Kenapa? Ia sudah terluka oleh Eun-Soo, bahkan beberapa kali para sasaeng fans menyerangnya dan dihujat oleh antis. Apa yang membuatnya bahagia?

Jawabannya singkat. Melihat senyuman para fans, para member dan keluarganya yang selama ini memberi kekuatan padanya. Ia bahagia menjadi orang yang beruntung yang disayangi oleh mereka. Mengingat wajah lelah para member, tangis bahagia Eris saat mereka menerima penghargaan dan wajah keluarganya yang menyambutnya ketika kembali ke rumah seakan menghapus semua lelah, keputusasaan dan kecewa yang ia dapat. Setidaknya ia ingin memberikan yang terbaik untuk mereka semua.

Loey mengeluarkan kalung pasangannya dengan Eun-Soo. Ia tersenyum melihatnya, tersenyum miris. Ia kembali teringat kata-kata Eun-Soo saat pertemuan mereka beberapa hari lalu. Ia tahu perempuan itu marah dan benci padanya yang menjadi alasan Direktur Moon memberhentikannya sebagai trainee dan memilih untuk mendebutkannya bersama E-X. Ia tahu perempuan itu menderita, tapi hatinya terluka ketika perempuan itu mengatakan ia mendapat semua ini dengan mudah. Perempuan itu salah. Semuanya ia dapatkan dengan penuh air mata. Bahkan penampilan pertama mereka tidak begitu dihargai, mereka dibayar dengan bayaran yang sangat rendah, bahkan mereka disebut sebagai grup gagal oleh netizen.

Ia ingat betul saat itu mereka harus menahan lapar dan menghabiskannya untuk latihan. Mereka hanya tidur dua jam dalam sehari, menahan diri untuk makan makanan enak, menahan diri untuk tidak bersantai.

Eun-Soo salah menilai mereka. Loey tidak meninggalkan perempuan itu dengan kemauannya, keadaan yang memaksa mereka untuk melakukan itu. Mungkin jika saat itu Eun-Soo tidak menghina E-X dan Eris, ia tidak akan semarah itu padanya. Jika Eun-Soo hanya menghinanya, mungkin ia bisa menerimanya karena itu memang kesalahannya.

Tiba-tiba ruang tunggu mereka dibuka dan para member masuk bersama para staff. Loey langsung menyembunyikan kalung itu di saku jaketnya dan berbaur dengan para member.

"Woah, kau sudah sampai duluan?" Jae-Hyun terkejut melihat Loey sudah berada di ruang tunggu mereka. Loey hanya tersenyum menanggapi temannya itu.

"Hana, apa pakaian mereka sudah siap untuk besok?" tanya sang Manajer ketika Hana sampai di lokasi latihan mereka. Hana mengangguk. "Semua sudah aku siapkan."

Hana berjalan menuju mobil mereka, lalu kembali sembari membawa beberapa setelan jas hitam putih dengan detail yang luar biasa.

"Wow! Ini pakaian yang luar biasa, kau memang hebat, Hana!!" puji Min-Soo. Hana hanya tersenyum malu mendengarnya.

Sang manajer tersenyum puas dengan hasil Hana. "Tidak salah memilih anak didik Nona Jung untuk melakukan semua ini."

"Apa ini? Pakaian ini untuk siapa?" tanya Jae-Hyun sambil menunjuk jas putih berbuntut dengan detail yang sedikit berbeda dengan jas lainnya.

"Untuk Loey, karena aku pikir akan bagus jika Loey yang memiliki postur tubuh tinggi memakai detail seperti ini. Aku juga menambahkan lambang negara di bagian saku."

Mata semua member tertuju pada Hana yang menjelaskan detail pakaian pada mereka. Mereka hanya mengangguk, memahami apa yang dijelaskan Hana. Setelah selesai dijelaskan mereka bergegas untuk fitting pakaian untuk latihan dan bersiap untuk latihan.

Sebuah kalung yang indah terjatuh dari baju Loey. Hana mengambilnya lalu memperhatikan detail kalung itu. Kalung cantik yang sepertinya kalung pasangan. Hana memasukkannya ke dalam saku jaket, berniat mengembalikannya pada Loey setelah mereka selesai.

Tak lama para member keluar dari ruangan ganti mereka dan siap untuk latihan. Hana langsung mendekati Loey ketika melihat pemuda itu tampak mencari sesuatu.

"Kau mencari ini?" Hana menyodorkan kalung itu pada Loey.

"Ah, di mana kau menemukannya?" tanya Loey.

"Itu terjatuh dari saku jaketmu tadi."

"Hana, tolong jaga kalung itu sampai aku selesai latihan."

"Kenapa?"tanya Hana bingung.

"Hmm .... Kau bebas nanti malam? Aku akan menjemputmu," ujar Loey sambil tersenyum, lalu menyusul para member meninggalkan Hana yang terdiam sembari menyaksikan punggung kokoh itu berlari menjauh.

Hana mengubah pandangannya menuju kalung pasangan itu. Hatinya merasa perih setiap kali membayangkan kalau kalung itu adalah kalung pasangan Loey dengan Eun-Soo. Bukan karena kedekatan mereka, tapi karena perempuan itu membuat Loey terkekang selama beberapa tahun, menyembunyikan lukanya sambil tersenyum. Hana tidak ingin melihat senyum palsu Loey, ia ingin idolanya tersenyum bebas tanpa beban. Bisakah Hana membuat Loey tersenyum bebas?

Tiba-tiba seorang hairstylist mendekatinya. "Hana-ssi, apa pendapatmu tentang mereka?" tanya perempuan yang usianya sekitar dua puluh delapan tahunan.

Hana berpikir sejenak, lalu menjawab. "Hmm, mereka sangat baik, jauh lebih baik dari yang diketahui publik. Mereka menyenangkan, ramah dan membuatku tidak ingin meninggalkan posisi ini."

"Hahaha, itulah yang aku takutkan. Membayangkan kalau aku akan diberhentikan dari pekerjaan yang menyenangkan ini membuatku sedih. Sulit menemukan artis yang menganggap staffnya sebagai teman, bahkan keluarga."

Hana menepuk pundak perempuan itu. "Percayalah pada dirimu sendiri dan lakukan yang terbaik, mereka tidak akan memberhentikan seseorang yang tidak melakukan kesalahan."

Perempuan itu tersenyum manis setelah mendengar kalimat penyemangat dari Hana.

"Nah, bagaimana kalau kita saksikan latihan mereka? Ahhh, ya ampun, akhirnya aku punya kesempatan untuk melihat mereka secara langsung."

***

Next chapter