13 Chapter 12

Percaya atau tidak...

Kebetulan tidak ada dalam dunia

Hanya sebuah tali takdir yang lemah

Sampai akhirnya terikat kuat dan tidak bisa dilepaskan.

***

Dengan celana pakaian serbahitam dan penutup wajah, Loey berdiri di dekat apartemen Hana. Ketika mendongak, ia mendapati perempuan itu sedang serius dengan kegiatannya. Wajah perempuan itu tampak lelah, terlihat dari lingkaran hitam di area mata.

Loey tidak tahu berapa jam ia berada di sini sejak tadi, tapi yang pasti hatinya merasa lebih tenang setelah melihat perempuan itu. Ia melirik arlojinya yang menunjukkan pukul sepuluh malam sebelum kembali memandang Hana. Dalam hati ia bersyukur bertemu dengan perempuan itu. Menyadari bahwa seorang perempuan yang juga peduli padanya dan E-X. Ia bersyukur bahwa Hana bukan fanatik yang ingin tahu segala tentang mereka.

Di sisi lain, ia takut ... bahwa perempuan itu akan pergi sama seperti Eun-Soo meninggalkannya.

Loey tahu bahwa perasaannya saat ini hanyalah perasaan sesaat yang akan hilang seiring waktu berjalan. Ia hanya butuh sandaran, butuh tempat untuk menceritakan masalahnya. Masalah yang tidak ingin diceritakannya pada member lain karena ia tahu mereka mengalami kesulitan yang sama. Ia tidak ingin menambah beban mereka, kebutuhannya pada Hana yang selalu mendengarnya, memberinya semangat dan menjadi tempatnya bersandar.

"Loey? Kau kah itu?" Suara Hana membuyarkan lamunannya. Loey tidak mendapati perempuan itu di kamarnya. Ia menoleh dan melihat Hana berdiri di dekatnya dengan piyama. Memandang perempuan itu dengan tatapan heran, lalu beralih melihat ke kamar Hana.

Kosong. Oh, sialan! Ia terlalu banyak melamun dan membiarkan perempuan itu memergokinya.

"Ah, ternyata memang kau. Apa yang kau lakukan di sini?" Hana mendekati Loey dan sontak Loey salah tingkah. Konyolnya, Loey terpesona pada penampilan Hana yang sederhana. Hanya dalam balutan piyama tanpa lengan yang dipadukan dengan cardigan polos berwarna coklat.

"A-ah .... Tidak, aku hanya kebetulan lewat. Kau sedang apa di sini?" tanya Loey mencoba mengalihkan pembicaraan. Ia tidak mau kalau Hana tahu ia memperhatikan perempuan itu sejak sore.

"Aku? Hanya mencari udara segar. Kau mau pergi ke mana?" tanya Hana sembari meneliti penampilan Loey dari atas sampai bawah.

"Ah, aku ada janji dengan temanku di sini, tapi dia belum datang sampai sekarang," jawab Loey bohong dan Hana mengangguk-angguk seolah mengerti.

"Masuklah, di luar sangat dingin, nanti kau bisa sakit," ujar Loey sembari berharap Hana akan menurut dan kembali ke apartemennya.

Tapi sayang, Hana menggeleng dan merapatkan jaketnya. "Ini sangat menyenangkan," ujar Hana membuat Loey tidak mengerti maksudnya. Loey memperhatikan Hana yang menatap ke atas langit. Wajah perempuan itu terlihat lelah dengan mata pandanya dan wajah yang sedikit menirus.

"Apa kau baik-baik saja? Kau terlihat sangat lelah," tanya Loey khawatir. Hana menoleh dan mendapati Loey sedang melihatnya. Cepat-cepat ia menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Tampil tanpa riasan apa pun jelas membuat kulit Hana terlihat pucat.

"Ah, jangan lihat wajahku, aku pasti sangat jelek sekarang."

Loey tertawa mendengarnya. Ia menurunkan telapak tangan Hana, tapi Hana menutupnya lagi. "Buka saja, kau tidak jelek," ujar Loey mampu membuat Hana menurut. Perempuan itu menurunkan telapak tangannya dan menundukkan wajahnya.

Loey terkekeh, lalu menepuk pucuk kepala Hana. "Jangan begitu. Angkatlah wajahmu."

Akhirnya Hana menyerah. Dengan ragu-ragu ia mengangkat wajahnya dan melihat wajah Loey yang tersenyum padanya. Sejenak Loey tersentuh. Wajah lelah perempuan itu membuatnya takjub. Hari sudah malam, tapi perempuan itu masih sibuk merancang kostum mereka. Apa perasaan Hana pada E-X sebesar itu? Hingga merelakan waktu istirahatnya yang berharga untuk merancang busana mereka?

"Terima kasih." Kalimat itu terucap begitu saja dari Loey.

"Maksudnya?" Hana memandangi Loey dengan heran.

"Kau sudah berusaha untuk kami, jadi aku mengucapkan terima kasih."

Hana tersenyum simpul, lalu menggeleng pelan. "Anggap saja ini balasan dari Eris untuk kalian yang sudah berusaha memberikan yang terbaik selama ini. Demi memberikan yang terbaik, kalian merelakan waktu istirahat kalian, menunda waktu makan kalian, bahkan menahan sakit untuk tetap tersenyum di hadapan kami. Sudah seharusnya 'kan kalau Eris juga memberikan hal yang sama untuk kalian?"

Loey tersenyum mendengar ucapan perempuan itu. Semuanya tidak terdengar klise dan terasa nyata. Ia bisa membedakan mana kalimat 'klise' yang biasa diucapkan para perempuan yang mencintai fisik mereka, dan membedakan kalimat yang tulus seperti ini.

"Kau kan Eris, jadi aku ingin tanya padamu satu hal." Loey berhenti sejenak, ia menatap wajah Hana dengan serius. "Bagaimana perasaanmu ketika salah satu dari kami diberitakan akan menikah atau berkencan?"

"Hmm? Menurutku itu adalah hal wajar mengingat kalian adalah manusia. Selama apa pun kami menunggu dan berharap, kalian akan tetap menikah dengan perempuan yang sepadan dengan kalian. Tugas kami hanya mendukungmu dan melindungimu karena kami tidak akan bisa bersama kalian selamanya. Bersama kalian adalah hal yang mustahil karena ada jutaan perempuan yang pantas menjadi pendamping hidup kalian."

Jantung Loey berdegup sangat cepat setelah mendengar jawaban Hana. 'Bersama kalian adalah hal yang mustahil' sebuah kalimat yang mengatakan seolah-olah mereka tidak akan pernah menikah dengan fans, seolah mereka lebih memilih perempuan sempurna.

"Itu bukan hal yang mustahil," ujar Loey.

Hana menoleh dan melihat Loey yang menatapnya serius. "Tidak ada yang tahu tentang takdir. Hanya karena kalian adalah fans bukan berarti tidak ada kesempatan untuk bersama kami. Mungkin saja di masa depan kami menghabiskan sisa usia bersama kalian."

***

Hana memegang dadanya yang seakan-akan mau meledak setelah mendengar pernyataan Loey. Ia membaringkan tubuhnya dan berusaha untuk memejamkan matanya, tapi gagal. Pernyataan Loey masih terngiang jelas di kepalanya, menolak untuk diajak istirahat meski jam dinding menunjukkan pukul dua malam.

Berkali-kali ia mengatur napasnya dan berusaha untuk tidak tersenyum, tapi akhirnya ia kembali tersenyum.

"Oh, ya ampun! Kenapa kau mengatakannya padaku? Kau membuat harapanku bangkit!" pekik Hana sembari memandang poster Loey di dinding kamarnya. Ia mendekati poster itu, menatap mata Loey sambil tersenyum.

"Apa kau jujur mengatakannya atau kau hanya ingin menghiburku? Aku mohon, jangan berikan aku harapan jika pada akhirnya aku kembali jatuh."

***

Loey duduk di tempat tidurnya dengan senyum yang mengembang. Ia merasa gila mengatakan hal seperti itu pada Hana. Jantungnya berdegup kencang, apalagi saat melihat Hana melompat kegirangan sebelum masuk ke apartemennya.

Hei, ini bukan berarti dia mengatakan kalau menyukai Hana, kan? Dia hanya bilang kalau bersama mereka bukan hal yang mustahil, kan? Bagaimana jika Hana salah mengartikan? Loey menggeleng. Ia yakin perempuan itu pintar dan bisa mengatur perasaannya.

Loey membaringkan tubuhnya dan mencoba untuk tidur. Ia memejamkan matanya sambil tersenyum, berharap akan ada mimpi indah malam ini.

***

Shi-Jin duduk di rooftop dorm sembari membaca komentar para fans di akun medsosnya. Secangkir kopi hangat menghiasi meja kecil di hadapannya. Sesekali ia menyeruput kopinya, lalu kembali ke aktivitasnya. Hingga notifikasi ponsel membuat perhatiannya teralihkan. Ia membuka sebuah berita dari Cina yang menampilkan foto Yihan bersama dengan artis Cina.

Yihan ditolak ibu Gwan? Alis Shi-Jin bertaut dan ia mencoba membaca beritanya hingga akhir.

Shi-Jin terkekeh. "Kau gila, hyung. Mengejar perempuan dan kau ditolak ibunya, itu bukan dirimu. Apa perempuan ini yang membuatmu pergi meninggalkan kami?"

Yihan adalah member yang paling dekat dengan Shi-Jin sejak trainee. Ketika Shi-Jin sakit, Yihan yang paling memperhatikannya. Yihan selalu tersenyum meski mereka mendapat masalah. Tapi sejak Yihan membintangi drama bersama artis Cina bernama Gwan, Yihan perlahan berubah. Ia lebih sering menghabiskan waktu bersama Gwan dan ia memutuskan keluar dari SEnt yang melarang artisnya untuk berkencan.

Tahun itu menjadi tahun terburuk E-X. Tak hanya skandal keluarnya tiga member, tapi Jae-Hyun dan K terlibat skandal kencan dengan artis satu agensi. Popularitas E-X sempat menurun drastis dan kepribadian para member perlahan berubah.

Jung-Soo merubah sikap manjanya, ia menjadi irit bicara. Jun yang menjadi leader tunggal menjadi lebih dewasa, ia memberikan waktu untuk para member menceritakan masalah mereka dan menyelesaikannya bersama-sama. Shi-Jin menjadi dewasa, ia ingin menjadi perekat untuk member lain. Loey, K, dan Jae-Hyun sering menyembunyikan masalah mereka dan menjadi moodbooster member lain, sedangkan Dae-Hyun, Jay, dan Min-Soo selalu memberi saran terbaik untuk masalah mereka.

Meski begitu, mereka merindukan tiga anggota mereka. Kebersamaan mereka dikalahkan oleh ego masing-masing. Shi-Jin tidak menyalahkan mereka, tapi ia merasa kecewa, khususnya pada Yihan. Yihan pernah berjanji kalau ia tidak akan pernah meninggalkan EX, tapi lagi-lagi semuanya palsu.

"Sial. Sulit sekali melupakan hal ini."

avataravatar
Next chapter