1 [RE]START 0.0

"Mati ..."

"Semoga besok aku sudah mati"

Kata kata itu keluar dari mulut seorang laki laki yang duduk di atas ranjang kamar nya. Kegelapan yang menyelimuti kamar nya, gelas yang tergeletak di lantai, buku yang berantakan di meja belajarnya, suasana malam ini sangat sunyi.

Laki laki itu duduk dengan tatapan kosong dan rambut hitam yang berantakan itu. Hanya suara jam dinding yang berdetak setiap detik yang dapat terdengar.

Tok tok tok ...

"Kazumi ... apa kau di dalam?", teriak seorang laki laki rambut putih yang masih memakai seragam sekolah.

Tok tok tok ...

Suara laki laki tadi tetap mengetuk pintu depan rumah laki laki yang bernama Kazumi itu.

"Masuk aja! ...", seru Kazumi dari dalam kamar nya.

Laki laki tadi pun membuka pintu rumah Kazumi dan melangkah masuk menuju kamar Kazumi yang berada di lantai dua. Rumah Kazumi sangat gelap karena tak satu pun lampu rumah nya yang menyala.

Laki laki rambut putih tadi menekan saklar lampu yang ada di dinding ruang tamu rumah Kazumi. Lampu ruang tamu pun menyala dan terlihat rumah Kazumi yang berantakan. Sampah sampah berserakan di lantai, tempat sampah yang terbalik, dan sampah bekas makanan di depan televisi.

Laki laki tadi hanya melanjutkan langkah nya menaiki tangga menuju ke kamar Kazumi. Pintu kamar Kazumi masih terbuka lebar tanpa pancaran cahaya lampu dari dalam. Laki laki berambut putih itu pun melangkah masuk ke kamar Kazumi dan menghentikan langkah nya tepat di depan pintu.

"Ada apa Takumi?", tanya Kazumi dengan tatapan kosong nya.

"Ada apa pala mu itu ... ayolah Kazumi ... sadar lah ... dunia mu itu ada di luar", ucap laki laki yang bernama Takumi itu menekan saklar lampu yang ada di dekat pintu kamar Kazumi.

Klek ...

Lampu kamar Kazumi menyala dan terlihat lah kamar Kazumi yang sangat berantakan seperti kapal pecah. Dengan layar komputer Kazumi yang masih menyala dan menunjukan logo game yang sering ia mainkan bersama Takumi dulu.

"Game ini ... kenapa kau belum menghapus nya Kazumi ...", kata Takumi melangkah ke komputer Kazumi lalu mematikan nya.

"Aku ... lagi pula aku tak bisa lagi bermain game itu", kata Kazumi lalu membaringkan diri nya di ranjang nya.

"Apa kau masih memikirkan Renai?", tanya Takumi lalu duduk di ujung ranjang Kazumi.

"Memikirkan nya? wajah nya ... suara nya, semua masih ada dan muncul di kepalaku setiap saat", jawab Kazumi dengan tatapan kosong nya.

"Apa kau tak berpikir intuk kembali ke [RE]SEKAI lagi?", lanjut Takumi bertanya.

-([RE]SEKAI= nama game yang mereka mainkan)-

"Apa Renai sudah kembali? apa Renai menunggu ku di sana?", ucap Kazumi dengan nada putus asa.

"Ayolah Kazumi ... kejadian itu sudah setahun lalu ... saat nya kau kembali ke dunia nyata", kata Takumi.

"Hmm ... kau sudah mengatakan itu hampir seribu kali, aku tau dan aku ingin, tapi itu sulit", ucap Kazumi.

"Huh ... oke oke, besok aku tunggu di sekolah loh, awas kalo bolos lagi", ujar Takumi lalu kembali berdiri.

"Hmm ... kalo aku gak males", kata Kazumi lalu memalingkan wajah nya.

"Cih ... kau itu ...", gumam Takumi lalu melangkah keluar dari kamar Kazumi.

Jeglek ...

Suara Takumi menutup kembali pintu depan rumah Kazumi lalu melangkah pulang.

"Kejadian setahun lalu itu memang berat, tapi kau pikir hanya kau yang kehilangan seseorang yang berarti ...", gumam Takumi ditengah langkah nya.

Malam itu berlanjut dengan kesunyian di rumah Kazumi. Waktu terus berjalan, jam dinding bergerak sedikit demi sedikit. Begitu juga dengan bulan yang berada di puncak langit malam yang dikelilingi oleh para bintang mulai turun dari tahtanya.

Perlahan tapi pasti cahaya bulan mulai digantikan oleh mentari pagi yang mulai terbit dari timur. Cahaya pagi mulai masuk dari jendela kamar Kazumi. Mata Kazumi yang masih tertutup rapat akhir nya terbuka karena pancaran cahaya matahari.

"Cih ... kenapa aku masih hidup di dunia ini sih ...", keluh Kazumi lalu bangkit dari tidurnya dan duduk di ranjang nya.

Sesaat kemudian Kazumi menapakkan kaki nya ke lantai lalu bangkit berdiri. Dengan lemas Kazumi melangkah ke pintu kamar mandi yang ada di ujung kamar nya.

avataravatar
Next chapter