2 Chapter 2

Lagu klip Rembulan

Matahari terbit bersinar menerangi bumi,

Embun pagi membasahi negeri,

Bunga bermekaran menghiasi indah dunia,

Kumulai berjuang untuk hari ini,

Hingga matahari terbenam menjelang,

Matahari tenggelam dengan cahaya yang indah,

Mendatangkan kegelapan dan sang bulan,

Reff

Mampukah kita bertahan di malam ini

Hingga pagi menjelang

Pegang erat tanganku, jangan kau lepaskan

Tetaplah bersamaku, sang bulan

Hingga pagi menjelang

Inilah rahasia sang kegelapan

Tak ada sesal, tetaplah melangkah ke depan

Aku ada disini untukmu.

Pusing dan lelah itulah yang aku rasakan. Tiba-tiba seorang wanita datang membawa sarapan.

"Kamu sudah sadar? Ini aku bawakan sarapan untuk kamu. Kamu pasti lapar kan?" ucapnya.

"Terima kasih, namamu siapa? Aku ada dimana?"

"Sama-sama, namaku Putri. Cucu Kakek Putih atau Kek Una. Kamu ada di rumah Kakek Putih. Dimakan ya!, aku buatkan sop sayur untuk kamu" ucapnya sembari tersenyum manis padaku. She memiliki paras yang cantik dan lemah lembut.

Mengulurkan tangan kanan, berjabat tangan dengan Putri " Namaku Rembulan".

"Nah Rembulan, dimakan ya sop sayurnya mumpung masih hangat!"

"Iya, Putri"

"Aku mau ke rumah sebelah dulu, jika perlu bantuan panggil Kakek Putih aja. He ada di ruang tengah menunggu tamu" ucap Putri yang kemudian pergi meninggalkanku.

Kemudian aku mulai sarapan. Sop sayur buatan Putri tidak hanya enak dan mengenyangkan tapi juga membuat badanku terasa enak.

Sementara itu di luar kamar ini, di bawah cahaya bulan dan dalam gelapnya hutan. Sepasang bola mata merah mengamati setiap gerak- gerik penduduk Desa Tanjung Bunga atau Desa Flower. Sosok bertubuh separuh manusia separuh ular, tak kedip mata mengamati mangsanya di depan dan suara hembusan angin bertiup membawa aura kematian dirasakan oleh tiga pemuda yang berjalan menuju rumah Kakek Putih.

"Malam ini cukup dingin. Apa lagi aku mulai merasa tidak enak seperti ada yang mengamati kita semua dari jauh"ucap Kim, laki- laki yang membawa pedang di tangannya.

"Ya aku juga Kim. Tapi akan lebih baik jika kita sudah tahu diawasi seperti ini daripada tidak. Prasangka itu boleh daripada tidak, nanti malah mendadak di serang siluman ular itu" jawab Irranix, pria yang membawa panah.

"Aku heran mengapa hanya di kegelapan she menyerang desa kita. Setiap malam ada saja korbannya. Meski telah ada pagar tinggi mengelilingi desa" kata Kazame.

"Ya mungkin ular eh...siluman ular itu tidak suka dengan sinar matahari jadi keluar mencari mangsa malam hari aja takut kulitnya rusak" ejek Irranix yang kemudian tertawa kecil.

Sambil tertawa Kim berucap " Aku baru tau ada siluman yang takut rusak kulitnya terkena paparan sinar matahari. Bukankah kulit mereka itu sudah jelek hahahah...".

Irranix hanya mengelengkan kepala sambil mengetuk pintu rumah dari kayu berdinding anyaman bambu itu. Tak lama kemudian mereka masuk setelah mendapat jawaban dari dalam rumah. Mereka duduk di lantai beralaskan tikar.

"Kek, ada apa memanggil memanggil kami?" tanya Kazame.

"Kakek ingin kalian menjaga anak itu sampai she menemukan jalan pulang ke rumah. She sangat mirip dengan Ratu Rembulan. Kalian bersedia bukan menjaganya sampai she menemukan jalan pulang ke rumah".

Irranix berbisik pada Kazame " Uh, dasar kakek-kakek genit".

Rupanya Kek ( Kakek ) Putih mendengar ucapan Irranix berucap dengan keras di depan wajahnya hingga air liur membasahi wajah " Hey, aku tidak genit. Kamu tidak tau apa-apa, ketika aku melihat she masih pingsan. Aku tak sengaja membuka jendela dan cahaya bulan masuk. Wajahnya bersinar seperti wajah Ratu Rembulan yang begitu cantik". Kek Putih menjauh dari wajah Irranix, sementara Irranix membersihkan wajahnya.

"Jika she memang seorang Putri mengapa sampai di sini? Bukankah Ratu Rembulan itu sudah tidak ada kek?" tanya Kim.

"Mungkin saja, Putri jadi-jadian" ejek seorang pria yang baru datang di tengah pintu.

Mendengar jawaban dari suara yang dikenal, semua orang menoleh ke arah sumber suara itu.

"Sasuke, kamu sudah pulang?! Bagaimana perjalananmu?" tanya Irranix.

Seorang perempuan berpakaian layaknya seorang penyihir lengkap dengan topi, masuk dan duduk lalu berucap "Perjalanan yang membosankan. Kudengar ada seorang gadis yang tersesat disini ya?". She bernama Kayora yang kebetulan datang bersamaan dengan Sasuke.

Kemudian mereka masuk masuk dan bergabung. Kedatangan dua orang ini adalah dua orang yang telah dinantikan kehadirannya, teman lama telah datang kembali setelah melakukan perjalanan dan pergi untuk belajar.

Kayora duduk disamping Sasuke dan berucap " She ada dimana sekarang?".

"She sekarang sedang istirahat dan sudah siuman. Kalian menemukan orang-orang yang hilang itu atau petunjuk yang lainnya?" jawab Kek Putih.

"Tidak, tak ada petunjuk apapun di hutan, yang ada hanyalah keganjilan-keganjilan aneh" jawab Kazame.

"Keganjilan seperti apa?" tanya kek putih.

"Seperti kami berdua tak sengaja bertemu dengan Yobi di hutan. She bersikap aneh, kami juga menemukan sisik ular setelah she pergi. Tingkah Yobi semakin aneh ketika aku menanyakan hubunganmu dengannya" jawab Kazame.

"She memang berubah beberapa hari ini, aku menemuinya tapi she selalu menghindar" jawab Sasuke.

"Apa kamu membuat kesalahan lagi pada Yobi?" tanya Kek Putih.

"Entahlah, tapi aku rasa tidak"

Kudengar percakapan mereka semenjak tadi, menghampiri, duduk dan berucap " Apa kamu sudah benar-benar mendekatinya? Apa kamu pernah datang terlambat dalam pertemuan kalian berdua?".

Kedatanganku menjadi sorot tatapan dan senyuman dari semua orang yang ada disini.

"Tidak, tak ada yang datang terlambat" jawab Sasuke dengan wajah datar.

"Kamu sudah baikkan, siapa namamu?" tanya Kayora.

"Namaku Rembulan, ini sebenarnya dimana?"

" Di Desa Flower"

"Desa Flower, uh….ternyata aku berjalan sangat jauh dari rumah" jawabku dengan wajah sedih.

"Namaku Kayora, seorang penyihir biasa" jawab Kayora memperkenalkan dirinya mengubah suasana diriku yang sedih. Semua orang mulai memperkenalkan dirinya.

"Namaku Irranix"

"Aku Kazame"

"Namaku Kim dan he adalah Sasuke "

Tersenyum didepan mereka semua, "Jadi pria yang membuatku bête itu namanya Sasuke ya!Uh…kayaknya he yang bakal membuatku bête selamanya"gumamku dalam hati.

"Rembulan, mereka semua akan melindungi, dan menjagamu selama kamu ada disini. Kamu bisa tinggal disini selama mencari jalan pulang"ucap Kek Putih.

"Terima kasih banyak Kek. Apakah ada yang tahu dimana Desa Akurai?"

"Desa Akurai? Desa apa itu? Aku tak pernah mendengarnya" jawab Kayora.

"Hah, tak pernah dengar? Desa Akurai bagian dari Kota Ozima"

"Tidak, apa itu. Tempat itu dimana?"

"Huh….baiklah, baiklah aku pergi tidur. Kepalaku kembali pusing, semoga saja aku tidak ditempat yang berbeda dan tak jauh dari rumah" harapku. Melangkah pergi meninggalkan mereka menuju kamar.

Apa yang telah ditanyakan Rembulan malah menjadi pertanyaan bagi mereka semua. Tempat itu, Desa Akurai bagian dari Kota Ozima adalah sebuah tempat yang belum pernah mereka kunjungi dan tidak ada yang tahu dimana tempat itu berada.

Sementara itu di luar rumah ingin, kegelapan tampak masih menguasai tempat ini. Kegelapan yang mengerikan. Hanya obor yang memberikan cahaya yang menerangi tempat ini. Beberapa penjaga telah terlihat di depan gerbang dan di atas menara penjaga. Angin berhembus sejuk, bintang dan bulan bersinar terang di angkasa.

Seorang laki-laki keluar dari rumah berjalan menuju penjaga gerbang desa.

"Metue, aku mau pergi sebentar"ucapnya pada seorang pria di menara penjaga.

Seorang laki-laki di atas menara berjalan menuruni tangga, dan berucap " Mau kemana? Ini sudah malam. Di luar sangat berbahaya!".

"Aku harus menemui seseorang diluar, he memintaku untuk bekerja padanya malam ini. Gajinya lumayan untuk membayar pajak pada kerajaan dan membiayai kehidupan istriku".

"Pada siapa kau bekerja?"

"Aku tidak bisa memberitahumu karena tak tau namanya. Tapi he seorang pedagang besar"

"Baiklah kalau begitu, aku akan membuka gerbangnya untukmu dan selamat jalan", Metue membuka gerbang. Setelah keluar dari desa, Metue kembali menutup dan mengunci gerbang.

Laki-laki itu berjalan menuju hutan, berjalan di kegelapan malam. Cahaya bulan tak dapat menerobos lebatnya hutan. Hingga apapun yang he lalui tak dapat dilihat dengan jelas.

Tiba-tiba he mendengar suara perempuan sedang menangis, suara semakin jelas di depan. Begitu cahaya bulan menerangi jalannya kembali, he melihat seorang perempuan berlutut di tanah. Kedua tangannya menutupi wajahnya hingga sulit dikenali. Berjalan mendekat, dan memegang pundaknya. " Ada apa, Nona? Mengapa bersedih?".

Perempuan itu terus menangis hingga spontan memeluk erat tubuhnya. "Tolong aku!" bisiknya di telinga. Dilepasnya pelukan, dan memegang tangan wanita itu. He kaget seketika melihat wajah wanita itu bersisik ular dan matanya merah. Ketika he ingin melepaskan pegangan tangan, perempuan itu memegang tangannya dengan sangat erat hingga terasa sakit.

"Selamat malam tuan, terima kasih sudah datang untukku" ucapnya.

"Siapa kau?" jawabnya dengan tubuh gemetar, he ketakutan sehingga menanyakan siapa wanita yang ada di depannya ini, she tidak lain adalah medusa.

"Aku adalah orang yang akan segera mengakhiri perjalanan hidupmu. Jangan khawatir akan kubuat tanpa rasa sakit untukmu. Namaku Medusa…." Tiba-tiba perempuan itu berubah menjadi Medusa. Menatap mata laki-laki itu, he langsung berubah menjadi batu. Sebuah cahaya keluar dari tubuh pria yang menjadi batu dan medusa menelannya. Kemudian medusa berubah menjadi seorang perempuan yang cantik jelita. Lalu she pergi dan membiarkan pria itu menjadi batu.

Tak lama kemudian hujan turun dengan lebat membasahi pria yang menjadi batu akibat tatapan medusa kembali berubah menjadi manusia. Namun ia sudah tak bernyawa.

Karena hujan turun lebat malam itu, tanaman menjadi subur, air sumur terisi dan warga begitu gembira menyambut datangnya pagi. Dari kegembiraan mereka, seorang laki-laki yang tadinya hendak pergi ke kebun dimana harus melewati hutan berteriak-teriak.

"Medusa menyerang lagi!" teriaknya. Semua warga berkumpul mendengar ceritanya.

"Di dalam hutan aku menemukan mayat Palio" ucapnya lagi.

Hingga Kek Putih datang, terlihat dari kejauhan mereka bicara. Lalu mereka beramai-ramai pergi ke hutan dan sebagian dari mereka membawa tandu. Tak lama kemudian mereka keluar dari hutan dengan membawa jasad Palio. Kemudian memakamkannya. Semua orang semakin khawatir dengan apa yang telah terjadi menimpa desanya. Namun Kek Putih dan pemuda yang lainnya terus berusaha membuat keamanan untuk menjaga warga desa.

Kejadian tadi pagi membuat semua orang semakin ketakutan namun Kek Putih dan pemuda desa mencoba membuat warga tenang.

"Kita semua akan aman dan baik-baik saja jika tidak keluar desa di malam hari. Jika keluar, tidak boleh sendirian harus ditemani orang tua atau yang bisa melindungi diri kita dengan membawa senjata tajam"ucap Kakek pada warga desa.

Salah satu warga berucap dengan nada berteriak " Tapi Kek, ini bukan kejadian pertama kalinya. Ini sudah puluhan kali hingga pedagang besar saja tidak mau datang ke desa kita" .

"Ini tanah kelahiran kita, bagaimanapun juga kita harus bertahan" ucap kek putih.

"Tak akan ada korban jika kita selalu bersama, jangan pergi sendirian dan keluar dari desa di malam hari" nasehat Kanzuka.

Semakin lama percakapan semakin memanas namun kembali mereda ketika tak ada jalan keluar lagi dari desa ini selain bertahan dari serangan Medusa. Aku yang memperhatikan kejadian ini kian memahami dan beruntungnya aku disini adalah memiliki teman yang akan menjagaku. Setidaknya saat aku tersesat, aku tidak diserang Medusa. Jika diserang, maka berakhirlah hidupku seperti orang itu.

avataravatar
Next chapter