1 Kebaikan Selalu Mendapat Ganjaran

Di sebuah desa di daerah Yogjakarta, desa Tapen, Bantul, sebuah desa yang memiliki alam yang subur, dengan sawah-sawah sepanjang mata memandang dan hamparan perkebunan tebu yang berjejer rapih, dari pinggir jalan daerah sampai pinggir rel kereta api.

Di pisahkan oleh perlintasan rel kereta api, membuat desa Tapen, desa subur menjadi dua bagian, satu di area persawahan dan pinggir ladang tebu, satu lagi berada disisi seberang rel dengan lebatnya pepohonan kayu jati dan mahoni yang menutupi sebagian besar daerahnya.

Kurang dari 50 rumah warga desa Tapen, menghuni di bagian daerah yang memiliki pepohonan jati dan mahoni, kontras dengan bagian dimana dekat persawahan dan ladang tebu yang memiliki jumlah hampir ratusan rumah warga, hampir dua kali lipat dari jumlah warga di seberang rel.

Rel yang memisahkan antara dua bagian desa Tapen memiliki dua jalur rel ganda, dengan di ujung desa terdapat jembatan rel yang besar, buatan Kolonial Belanda dan Pemerintahan Sekarang, menjadikan dua pemandangan yang indah, satu lampau dan satu kekinian.

Dengan Sungai Progo yang besar dan luas menjadi pemisah, diantara dua jempatan yang membentang, saling menghubungkan satu sisi dengan sisi yang lain, menjadikan desa Tapen menjadi desa yang kaya akan alamnya, dan pemandangannya.

Di sebuah rumah asri kas jogja, dengan emperan yang luas, dengan berbagai bunga - bunga yang indah, yang dihiasi di halaman depan rumah, menambah asri rumah has pedesaan, dengan kandang kambing dan mentok yang ada di belakang halaman, dan beberapa sangkar burung yang terdiri, dari cucak rowo, murai, perkutut dan lain-lain, menjadikan semakin lengkap suasana yaman dan tentram di rumah tersebut.

Adi Setiawan seorang remaja berusia 17 tahun, yang sedang berlibur di rumah Mbah nya di Jogja dari pihak Bapaknya, sedang asik dengan keluarganya menikmati pagi yang sejuk dan segar, bebas dari polusi udara di kota besar Jakarta, tempat keluarga mereka tinggal.

Hari ini adalah hari ke tiga, dari liburan keluarga mereka di Jogja dari waktu sepuluh hari, yang mereka rencanakan untuk tinggal disana, sesudah sarapan dan berpamitan dengan keluarganya, Adi bergegas menuju rumah dari Budennya (sebutan bibi bagi suku Jawa) di ujung dari desa.

Rumah Bude Adi, adalah rumah paling pinggir dari desa Tapen dengan bantaran sungai besar Progo, dengan sekeliling dari rumah beliau adalah hamparan hutan jati yang cukup lebat, setelah beberapa saat berjalan dan menyapa beberapa tetangga yang notabennya saudara jauh, Adi sampai di depan rumah Budenya, mengucapkan salam "" Kulonuwun, Bude"" memasuki rumah tanpa mengetuk pintu

terdapat jawaban dari belakang rumah, lebih tepatnya Pawon ( sebutan dapur bagi suku Jawa) "" Siapa yah, ?"' tanya seorang wanita paruh baya dengan wajah lembut

""Adi, bude, bude lagi apa?"" jawab Adi dengan ramah sambil mencium tangan budenya

""Ehhhh, kamu to Adi, bude pikir siapa pagi -pagi udah dateng ke rumah, gimana kamu udah sarapan? kalo belum sini sarapan dulu sama bude, sama Mas Yudi"" jawab bude dengan ramah

""Makasih bude,tadi udah sarapan di rumah embah, adi mau minjem pancing pak de, mau mancing di sungai progo"" menjelaskan tujuan dateng ke rumah budenya

""Oh mau mancing toh, yaudah hati - hati mancingnya soalya arusnya agak besar, kemarin kan hujan, alat pancing sama umpannya udah ada, kebetulan kemaren Pak de mu mau mancing cuma ga jadi karena hujan, alat sama umpannya ada di samping sumur""

""Ok Bude, adi mancing dulu yah"" pait sambil berjalan menuju samping rumah tempat sumur berada, disana adi melihat alat pancing dan juga sekotak kaleng yang penuh dengan cacing tanah

mengambil alat pancing, tidak lupa membawa umpan dan jaring untuk tempat ikan, adi berjalan sebentar sekitar 100 meter menuju pinggir sungai Progo, saat meuju ke sungai, beberapa anak kucing yang lucu mengikutinya, adi yang menyukai kucing membawa merekaikut serta dalam memancing, karen adia tahu kucing- kucing ini sudah familiar bermain di pinggir sungai Progo, jadi dia tidak terlalu kawatir dalam menjaganya.

mencari lokasi tempat pancing yang ideal adi memilih tepat, di bawah salah satu pilar penyaga tiang jembatan rel kereta, yang terlihat merupakan tempat yang cocok untuk memancing.

waktu berlalu dengan cepat, tanpa terasa, adi sudah sejam memancing di sungai Progo dan matahari mulai meninggi, mengecek isi jaring yang terdapat dua ikan besar mujair, hatinya menjadi senang karen adia cukup beruntung hari ini, tapi saat diriny amau membereskan pancingannya, dia mendengar suara teriakan dari anak kucing yang tak jauh dari sisinya "" Meong, meong, meong"" suara anak kucing yang bercampur dengan percikan air.

bergegas menuju suara tersebut, adi menjadi kaget karena dia melihat seekor anak kucing berwarna oren, sedang mencoba memanjat sebuah cabang kayu, yang mulai hanyut terbawa arus, adi yang melihat itu, langsung tanpa berpikir panjang segera menceburkan dirinya masuk ke dalam sungai untuk berenang segera menuju anak kucing oren tersebut.

Setelah beberap usaha yang cukup melelahkan akhirnya dia mampu memegang anak kucing, dan menaruhnya di atas cabang kayu tersebut, melihat ekspresi pucat dan ketakutan dari anak kucing tersebut, adi sedikit rileks karena berhasil menyelamatkannya tepat waktu.

berenang sambil mendorong cabang kayu tersebut, adi perlahan menuju pinggi sungai, sayang saat dia akan mencapai pinggir sungai yang hanya berjarak beberapa meter,kaki nya tersangkut oleh sesuatu menyebabkan dirinya terseret oleh arus, melihat dia sulit untuk melepaskan diri, dan psosisinya yang tidak memadai, karena harus mendorong cabang kayu yang berisi anak kucing, dia mendorong cabang kayu tersebut dengan sekuat tenaga, sambil tetap menjaga dirinya di atas air.

Melihat cabang kayu yang berhasil mendarat di tepi sungai adi menghela nafas, saat melihat anak kucing itu melompat ke pinggir sungai, dan bergabung kembali dengan teman-temannya, kini adi yang di tinggal sendiri mencoba menyelam ke bawah air untuk menyingkirkan sesuatu yang menahan nya, saat dirinya menyelam ke bawah air, tanpa sepengetahuan adi, ada sebuah batang kayu besar yang hanyut terbawa arus tepat ke arahnya, saat adi kembali ke atas permukaan air untuk menghirup oksigen, naas baginya karena kayu tersebut membentur kepalannya, dan sesat kemudian adi tak sadarkan diri dan tenggelam di bawah arus sungai yang deras, hanya anak kucing oren yang memperhatikan itu semua sesat dirinya kembali ke teman - temannya, jika adi dapat melihat keadaan anak kucing oren tersebut dia akan takjub karena, kucing oren yang terkenal bar-bar mampu menangis saat ini.

avataravatar
Next chapter