1 Teka-teki dan Imbalan Bagian 1

Reingard, mitos nyata benua Eurasia Academy Sihir yang tidak diketahui keberadaannya, akan tetapi semua lulusan Reingard adalah penyihir terbaik yang diakui pengaruhnya di benua. Dibentuk oleh Kaisar pertama benua Eurasia Wiz Soe Eursy untuk mecegah terjadinya perpecahan kekuasaan, tapi karna sebuah alasan keberadaan Reingard dihilangkan. – Eugene C

"Informasi macam apa ini? Kalau hanya ini aku sudah tau sejak di sekolah dasar" ucap Lust kesal.

Pemuda itu membeli sebuah gulungan kertas seharga 500 ribu rupiah, dari seoarang kakek misterius dipinggiran kota, entah sihir apa yang digunakan kakek itu sampai akhirnya Lust membeli dengan sukarela.

"Sial, aku tertipu!" ia melemparkan gulungan itu dan berjalan pergi, tapi langkahnya tertahaan, sebuah pantulan cahaya redup menyinari wajahnya "Apa ini? Ini hanya sebuah kertas tapi kenapa bisa memantulkan cahaya?".

Lust mengambil kembali kertas itu, ia memeriksa kertas tersebut dengan teliti, kemudian teringat ucapan kakek penipu "Kenyataan bukan semua yang terlihat, karena tidak semua cahaya menunjukan jalan, ikuti sisi gelap maka pintunya ada diantara cahaya dan bayangan". Semakin ia memikirkan perkataan kakek itu ia semakin jengkel karena tidak mengerti apapun, sampai akhirnya ia memutuskan membawa kertas itu dan pulang.

***

"Ujiannya sudah dimulai 2 minggu yang lalu, tetapi hanya ada tiga orang yang berhasil lolos tahap pertama, dan satu diantarannya mengundurkan diri" Ucap seorang penyihir, ia berlutut di hadapan kursi yang selalu menghadap kebelakang, bukan karena tidak ada yang duduk diatas kursi itu akan tetapi tidak ada satu manusia pun yang layak melihat wajah sosok tersebut.

"Ingatan nya?"

"Sudah diamankan, tetapi sangat disayangkan dia salah satu bangsawan elit di kerajaan Barja, untuk level anak seumurannya iya berhasil mematahkan lengan salah satu pengawas ujian, dan menolak menjadi murid academy"

"Biarkan saja, anak itu akan menjadi sesorang yang menarik nanti, batas waktu nya satu bulan, setelah itu tarik semua pengawas ujian"

"Baik".

***

"Bara....." teriak Lust yang muncul tiba-tiba dari jendela kamar pengawalnya.

"Ada apa tuan muda?" ucapnya datar.

Bara adalah pengawal pribadi Lust, sejak Lust berusia 8 tahun ia di tugaskan untuk menjaga Lust, Lust yang memiliki sifat ramah dan sedikit kekanak-kanakan tidak mau mengakui status mereka berdua yang sangat berbeda, bagi Lust Bara adalah teman pertamanya.

"Kenapa kau kaku sekali, kita ini seumuran setidaknya panggil saja nama ku! Kau sangat membosankan" ucap Lust kesal sambil masuk dan tidur dikasur kecil milik Bara.

"Tidak bisa, saya adalah pengawal tuan muda. Sedikit infomasi, saya 2 tahun lebih tua dari tuan." ucap Bara "Sepertinya aku akan menemui Tuan Eagust." Lanjutnya.

"Ada apa? Apa kau menemukan masalah? atau hmmmm.." Lust berpikir sejenak, tidak biasanya Bara menemui ayahnya, jika tidak ada hal yang mendesak.

"Bukan salah satunya."

"Lalu apa?"

"Saya akan melaporkan Tuan Muda yang menolak ditemani seorang pengawal untuk pergi kekota dan kabur dari pengawasan." Ucap Bara serius.

"Maaf... heheh"

"Lain kali.."

"Ya.. ya" potong Lust "Aku tidak akan pergi sendrian lagi, lagi pula aku tidak membuat masalah sama sekali."

"Saya tidak yakin." Ucap Bara, ia memegang dagunya kemudian menatap tajam mata tuannya, menyelidiki sebuah kebohongan yang terpancar di wajah Lust.

"Baiklah, baiklah... hentikan tatapan itu!, aku berkelahi di jalan..." ucap lust ragu, ie mengindari kontak mata dengan Bara.

"Lalu..?"

"Aku menang,..."

"Lalu?"

"Emmmmm... hari ini aku tertipu... ahh menyebalkan sekali. Kau tau ada seorang kakek-kakek yang menjual sebuah gulungan rahasia, ternyata isinya hanya lelucon bodoh"

"Saya sudah sering mengatakan pada tuan untuk tidak mudah percaya pada orang asing, jadikan ini sebagai pelajaran... memangnya berapa banyak uang yang tuan habiskan"

"500.." ucap Lust santai

"Syukurlah hanya lima ratus, lain kali tuan harus lebih berhati-hati"

"500 ribu"

"BODOH!!!!"

Teriak Bara matanya melotot, saking terkejutnya karena dengan uang segitu banyak bisa membeli 3 karung beras, dan dihabiskan dengan cuma-cuma oleh tuannya.

"Berisik... nanti ayah dengar, kau mau lihat Barangnya?"

Lust menunjukan gulungan yang ia bawa, Bara membacanya dengan hati-hati, mengecek setiap sudut gulungan itu mencari sesuatu yang aneh. Sampai Bara mengarahkan gulungan itu pada cahaya matahari di jendela kamarnya, sebuah cahaya redup muncul.

"Ini aneh, sebuah kertas tidak akan memantulkan cahaya seperti ini pasti ada suatu rahasia didalamnya"

"Ya,, pasti ada sebuah teka-teki disana, oh ya kakek itu juga mengatakan sesuatu yang aneh.."

Percakapan mereka terhenti oleh ketukan pintu dari seorang pelayan, pelayan itu menyampaikan bahwa ayah Lust sedang mencarinya, dengan cepat raut wajah Lust berubah, bukan karena percakapannya di potong, tetapi ia sudah tahu betul apa yang akan terjadi jika ayahnya mencari Lust, akhirnya dengan wajah malas Lust meninggalkan Bara dan menemui ayahnya.

Dugaan Lust benar, ayahnya sudah memasang wajah menyebalkan duduk dikursi ruang penjamuan tamu, didampingi adik tiri Lust yang umurnya hanya terpaut satu tahun dari Lust. Saat itu Lust tahu ia sudah melakukan kesalahan besar dan tahu akan terjadi perdebatan hebat saat ,melihat ayahnya duduk memegang sebuah surat, di dampingi dengan senyum jahat adiknya Bast.

"Apa?" ucap Lust kesal "oh itu ya aku salah"

Lust berusaha menghidari perdebatan, iya tahu betul ayahnya bukan seseorang yang dengan mudah mendengarkan penjelasan.

"Kembali ke kamarmu kau dikurung selama satu minggu, persiapkan dirimu untuk masuk Academy Kesatria Kerajaan Barja!" ucap Tuan Eagust.

***

"Bast sialan, iblis kecil itu..." Lust terus memaki Bast berteriak didalam kamarnya.

Ia tahu kesalahannya, ia mencari informasi tentang ibu kandungnya, 15 tahun kehidupannya, Lust tidak pernah bisa membayangkan seperti apa wajah ibu kandungnya, saat ia mencoba membayangan sosok seorang ibu yang muncul dikepalanya adalah wajah licik ibu tirinya, bagi ayah Lust mencari informasi apapun tentang ibu kandungnya adalah sebuah tindak kejahatan, dan Lust sangat membenci ayahnya, sejak ia tidak pernah mendapatkan jawaban tentang ibunya, sejak ayahnya membawa seorang wanita licik kerumahnya, sejak saat itu hubungan Lust dan ayahnya tidak pernah berjalan baik.

Sudah 3 tahun kebelakang Lust berhasil mendapatkan infomasi tentang ibu kandungnya, walaupun ia tidak tahu betul informasi yang didapatkan benar atau salah, Lust selalu yakin hanya perlu mencari informasi sebanyak-banyak sampai titik dimana semua menyatu seperti potongan-potongan puzel, selama 3 tahun Lust menemukan banyak teka-teki tentang ibu kandungnya, informasi terakhir yang dapatkan dari seseorang adalah sebuah pesan singkat.

- Datanglah ke Reingard -

Sampai hari Lust ditipu oleh kakek aneh yang mengaku mempunyai infomasi tentang Reingard.

Lust terbangun dari ranjangnya, saat sebuah suara terdengar dari balik pintu yang terkunci rapat, suara tersebut berasal dari Bara, Lust mengetuk pintu menjawab panggilan Bara, kemudian sebuah kertas didorong masuk melalui celah dipintu, kertas itu adalah gulungan yang diberikan lust pada Bara.

"Tuan. Gunakan cahaya, ada sebuah pesan di gulungan itu." ujar Bara

Lust mengikuti saran dari Bara, ia mengarahkan cahaya lampu dikamarnya, awalnya ia sempat ragu tapi lama kelamaan sebuah bayangan kotak pantulan dari gulungan tersebut, menunjukan tiga huruf ditengahnya.

"STR..? sebuah teka-teki lagi"

Satu hari berlalu, dengan mata merah dan lesu ia beranjak dari kursi dikamar, mengambil makanan yang disediakan oleh pelayan pagi tadi, kemudian kembali merenungi kebodohannya.

Lust menyerah, ia membaringkan badan di ranjang sambil terus berpikit, tidak lama kesadaranya benar-benar hilang dan ia terlelap. Sebuah mimpi muncul dalam tidurnya, Lust bermimpi saat bertemu sang kakek misterius, matanya kembali terbuka saat ia mengingat ucapan terakhir sang kakek.

"Kenyataan bukan semua yang terlihat, karna tidak semua cahaya menunjukan jalan ikuti sisi gelap maka pintunya ada diantara cahaya dan bayangan". Ucap lust "aku tahu jawabanya".

Malam itu Lust bangun dari tempat tidurnya, kemudian melihat 4 buah piring berisi makanan, artinya ia sudah tertidur selama dua hari, ia duduk dikursi dan membaca catatan di atas meja dari ayahnya.

"Aku tidak peduli kau pergi selama 4/5 hari, selamanya juga aku tidak peduli" lust membuka bukunya, menulis ucapan terakhir sang kakek misterius. "Tidak semua cahaya menunjukan jalan.. aku mengerti aku membaca gulungan ini dan tidak mendapatkan apa-apa, emm selanjutnya... ikuti sisi gelap. Aku mengikuti sisi gelap gulungan ini dan mendapatkan tulisan STR dan yang terakhir... pintunya ada diantara cahaya dan bayangan... artinya.." Lust berpikir keras sambil membolak balik penanya, "aku tahu!.. ini sebuah singkatan, ada yang harus aku lengkapi. STR, Star? Tidak, Strum? Tidak tidak, Strong? Strong? Hmm Kuat?" Seketika Lust menundukan wajahnya pada meja, kemudian tertawa keras "hahahahhahaha aku jenius sekali, persetan kau kakek penipu aku tahu jawabanya. STR singkatan dari Strong benarkan kakek. Strong berarti Kuat dan aku harus menggunakan sihir pengungat pada gulungan ini, ada sebuah logam di tengah kertas ini dan biasanya logam akan breaksi saat dialiri sihir penguat hahah" teriak Lust puas sambil membayangkan si kekek penipu itu ada disebalahnya.

Lust bersiap menggunakan sihirnya ia menggengam gulungan itu "Baiklah, Tunjukan aku jalan menunju Reingard"

***

Dua hari sebelumnya, Bast tahu bahwa kakaknya sedang menyembunyikan sesuatu, ia mengurung Bara di tempat penyiksaan belakang rumah, menyekap Bara sambil menyiksanya, mengantung tubuh Bara menggunakan rantai yang tertahan oleh dinding, kemudian memberikan cambukan telak sambil sesekali menyanyakan apa yang sedang dilakukan kakaknya.

"Cepat katakan! Pengawal bodoh!"

Bara selama dua hari ia mendapatkan siksaan, tanpa mendapatkan makan dan minum, Bara hanya diam. ia tahu bahwa tuan kecilnya akan menimbulkan masalah untuk tuan muda Lust, penyiksaan yang Bara terima bukan yang pertama kalinya sejak ia mengabdi pada keluarga Eagust, Bara paham betul perbedaan kekuasaan bangsawan dan rakyat bisa, ia hanya seorang petualang kuat yang mendapatkan permintaan khusus untuk menjadi pengawal Lust dan menerimanya saat teman-temannya dibunuh oleh monster.

***

Lust merapalkan mantra sihir yang ia pelajari sejak kecil, bakat nya menggunakan sihir, diatas rata-rata anak seusianya akan tetap ia lebih senang mempelajari ilmu berpedang dibanding mempelajari ilmu sihir, karna Lust tahu ayahnya akan senang jika ia mempelajari sihir lebih dalam lagi.

"Enchant!!" ucap Lust.

Saat Lust menngalirkan sihir pada gulungan, tiba-tiba gulungannya bereaksi membentuk sebuah koin, satu sisi bergambar R dan sisi lain bergambar D. Lust berhenti mengalirkan sihirnya, koin tersebut menjadi panas, lust menjatuhkan koin itu ke meja, sebuah sihir api mucul, merambat dengan pelan diatas meja, api itu seolah hidup dan diberikan perintah sihir untuk membuat sebuah pesan.

Lust hanya terdiam menelan ludahnya, sambil berpikir orang hebat macam apa yang mampu membuat sihir Element dan memberi ingatan pada sihir itu sendiri, setelah apinya padam lust mendekat kearah meja, sebuah tulisan terukir dari bekas pembakaran.

"Ini mantra pemanggil"

Lust mengambil koin itu, malamun sejenak sampai seorang pelayan menyadarkannya.

"Tuan muda, Tuan"

Saat pintu terbuka, ia melihat wajah khawatir seorang pelayang. Akhirnya pelayan itu membuka suara, Bara telah hilang selama 2 hari sejak dipanggil oleh Bast, Lust tahu betul apa yang sedang dilakukan adiknya ia berlari secepatnya menuruni tangga menuju ke tempat dimana Bara dan Bast berada, pemandangan menjengkelkan ada didepan mata Lust saat ia membuka pintu ruang penyiksaan, Temannya tergantung bercucuran darah sambil terus dicambuk oleh adik tirinya.

"BAST... BERENGSEK KAU!"

Lust hilang kendali dengan cepat melangkah dan mencekik adiknya, kemarahannya diluar kendali, ia hanya ingin membunuh Bast, Bast yang tertahan pada sebuah tembok mengerang kesakitan karena sulit bernafas, lenganya mencoba melepaskan cekikan Lust, tapi Lust tidak peduli lagi, ia menguatkan genggamannya dileher Bast dan benar-benar ingin membunuh adiknya.

"Tuan" ucap Bara "Saya tidak apa-apa?"

Lust melepaskan genggamannya saat mendengar suara Bara, "Pergi kau dari sini"

"Aku akan melaporkan ini, kau pasti menyesal Lust" ucap adik tirinya sambil lari keluar.

"Sial aku hampir membunuh adik ku.... ARGHHHHH" teriak lust kesal.

"Tuan adalah pembuat masalah terbaik yang saya kenal" Bara menarik rantai yang mengikatkanya ke dinding dengan mudah, kemudian melapaskan rantai dikaki nya.

"Kau lebih bodoh.. kalau kau punya tenaga sebanyak itu harusnya kau siksa saja iblis itu" bentak Lust pada wajah Bara yang tidak mengeluarkan exspresi apapun.

"Itu akan jadi masalah lain, mana mungkin saya berani menyentuh tuan Bast"

"Arghh ya kau dengan loyalitasmu tidak ada duanya" Lust berjalan keluar "ikuti aku! kita obati luka mu, dan ada yang ingin aku tunjukan."

Lust kembali ke kamarnya diikuti Bara, ia menceritakan dengan penuh gairah dan antusias tentang koin, percikan api, dan semua teka-teki yang ia selesaikan, sementara Bara hanya diam mengangguk, menganalisis semua cerita Lust berjaga-jaga kalau akan ada sesuatu yang akan menimbulkan masalah.

"Saya mengerti." Ujar Bara "Berarti tuan tinggal melakukan sihir pemangilan menggunakan koin itu sebagai Catalyst" [1]

"Ya betul, ini mudah sekali"

"Tuan bisa melaukannya?" tanya Bara ragu

"Tidak"

"Sudah kuduga"

"Heheh maksud ku, aku bisa dengan mudah memperlajarinya" ucap Lust penuh semangat "Besok aku akan menemui Arsy, wanita tua itu pasti akan membantuku"

"Hukuman tuan bagaimana?"

"Tenang saja aku punya solusi lain" Lust menatap tajam wajah Bara, kemudian memancarkan senyum penuh kelicikan di wajahnya.

"Tidak! Saya tidak akan melakukannya"

***

Note: 1. Catalyst : Sebuah wadah yang digunakan untuk ritual sihir pemanggil

avataravatar
Next chapter