2 2. The Dream

"ini, masukan semuanya kedalam" alice mendengus kesal, baru saja ia sampai dirumah barunya dan ia sudah harus disibukan dengan semua koper bawaan bibinya yang sangat banyak

"sebenarnya kau membawa berapa koper, kenapa banyak sekali" alice meletakan dua buah koper berukuran besar diatas lantai, sudah tiga kali ia keluar masuk rumah hanya untuk mengangkut koper koper berat milik bibinya itu

"ayolah, kau kan keponakan terbaikku, cepat angkat itu dan bawa kedalam rumah"

"tidak lagi, aku lelah"

Baru saja alice akan melangkah masuk tapi rein lebih dulu menghalangi jalannya dengan berdiri tepat dihadapannya

"minggir" ketus Alice kesal

"tidak akan, kau harus memasukan semuanya kedalam sebelum pergi alice, kekuatanmu akan sia-sia jika tidak digunakan, hanya tinggal beberapa koper lagi, ayolah kau tidak kasihan pada bibi mu ini huh? Aku ini sudah tua kau tau itu kan"

alice mendengus sebal "benar.. kau memang sudah tua, si tua yang pemaksa" pekiknya mau tidak mau kalah

Dengan berat hati alice kembali kearah bagasi, melihat lelah beberapa koper dihadapannya dan kembali menuruninya satu persatu dengan perasaan tidak rela

"shit, berapa banyak lagi koper yang harus ku bawa!" keluh alice semakin kesal karna koper imonya itu tak kunjung habis walau ia sudah menurunkannya satu persatu

"yak, itu untuk persediaan selama 4 bulan memangnya kau ingin berburu dan meminum darah langsung dari tubuhnya"

"stop bibi, aku benci membicarakan hal ini"

"kenapa? Aku benar kan?"

alice mendelik, ia tidak suka jika harus membahas hal ini, berburu makanan langsung adalah daftar terakhir yang akan ia lakukan dalam hidupnya

dibanding berburu manusia alice lebih memilih untuk menerima darah dari agen rumah sakit atau meminum darah hewan mungkin, ia tidak sudi jika harus mengambil darah langsung dari nadi manusia 'sangat menjijikan'

"yak yakk.. kau mau kemana, heyy kembali kemari alice, kau harus menyelesaikan pekerjaanmu dulu disini, yakk!!!!" teriak rein begitu melihat alice tiba tiba berbalik menuju rumah tanpa membawa koper koper miliknya

"alice!!!"

alice tidak peduli, ia mengabaikan semua teriakan rein dan terus berjalan masuk kedalam rumah, membahas hal tadi membuatnya sangat tidak mood

alice terus berjalan ia memutuskan untuk melihat lihat isi rumah barunya dibanding harus membantu rein

alice menoleh kesana kemari melewati ruangan demi ruangan memastikam ruangan apa yang barusaja ia lewati, hingga sampailah ia pada halaman belakang rumahnya

alice terkejut melihat halaman belakang rumahnya, halaman itu tidak seperti halaman pada umumnya, halaman rumah barunya itu dikelilingi oleh kaca tipis yang berbentuk persegi

"ruangan apa ini, luas sekali?"

Alice semakin berjalan masuk, semakin jauh ia melangkah semakin jelas pula perubahan pada dinding dinding kaca disetiap sisinya

"oh my god" sejenak Alice terpesona dengan perubahan warna pada dinding kaca tersebut, dinding kaca yang semula berwarna putih bening perlahan berubah warna menjadi hitam keunguan, dan ia tau apa yang menyebabkan perubahan warna itu terjadi

'Segel melindung' batinnya memastikan

"kau sudah melihatnya?" alice berbalik terkejut mendengar suara rein yang tiba tiba datang membuyarkan seluruh imajinasinya barusan

"aishh, kau mengagetkan ku"

"sorry"

"apa ini ruang latihan?" tanya alice yang dibalas anggukan mantap rein

"aku membuatnya dengan susah payah, perlu menyewa beberapa penyirih untuk membuat ini terjadi, jadi perhatikan latihan mu dan berhati hatilah saat berlatih jangan menghancurkan pelindungnya, itu sangat mahal"

alice mengangguk "thankyou bibi"

"tidak masalah"

"kapan kau akan melatihku?" Tanya alice lagi setelah ia kembali berjalan masuk kedalam rumah

"kau harus bisa mengontrol kekuatanmu sendiri sebelum memutuskan untuk berlatih denganku"

"itu sulit"

"ya, kau hanya perlu mempraktekkannya sesering mungkin"

rein menatap alice yang berjalan lebih dulu didepannya, rein memang tidak bisa mengendalikan api atau air seperti alice, tapi ia sangat berpengalaman dalam hal bertarung, berkat pengalaman dan pengetahuannya itu rein yakin ia akan sanggup mengajari alice mengendalikan kekuatannya

"hey rein aku pikir emosiku mudah naik akhir akhir ini" Alice berhenti tepat didepan lemasi es, mengambil satu buah botol air mineral lalu meneguknya hingga habis

selain darah saat lapar alice memang terbiasa memakan makanan dan minuman manusia, walau ia tau jika itu tidak akan bermafaat banyak bagi tubuhnya selain rasa kenyang kesaaat

nutrisi hanya bisa didapat jika ia meminum darah manusia, apabila ia tidak menerima asupan nutrisi sampai batas waktu yang ditentukan maka ia akan melemah, keadaan itu akan terus berlanjut sampai ia meminum darah manusia kembali

"kau ini tidak sopan sekali panggil aku bibi, aku ini adik ibumu bukan teman sebayamu"

"aku sedang tidak ingin bercanda, aku benar benar sulit mengendalikan emosiku akhir akhir ini, apa terjadi hal yang salah dengan diriku?"

"hhm" rein terlihat berpikir sejenak, sepertinya wanita itu sedang meneliti sesuatu dalam benaknya

"aku tidak tau, tapi aku rasa itu memang selalu ada saat kita berada dalam umur umur muda, yang terpenting adalah kau harus bisa mengendalikannya"

"aku sudah berumur 20 tahun, itu bukan umur muda lagi"

"itu memang bukan umur muda untuk ukuran manusia, tapi kau seorang vampire, 20tahun adalah umur bayi bagi kaum kita, mulai hari ini juga kau tidak akan bertambah tua, kau pasti sudah tau jika setiap vampire akan berhenti tumbuh saat usia mereka mencapai 20tahun, lihat saja diriku, aku masih sangat cantik padahal umurku sudah hampir 200 tahun"

"percaya diri sekali" alive meninggalkan rein berjalan menuju kamar, meladeni rein sama saja dengan meladeni orang bodoh, tidak ada bedanya!

'astaga kenapa aku memiliki bibi seperti dirinya'

"yak, aku tau apa yang kau pikirkan" teriak rein dari arah dapur, tentu saja itu membuat alice kembali mendelik sebal, lagi lagi rein membaca pikirannya 'dasar bibi menyebalkan'

"kau lebih menyebalkan dariku asal kau tau"

"berhenti membaca pikiranku Rein Alenskya"

"bibi!!" protesnya membenahi

"terserah"

alice tidak peduli lagi, ia masuk kedalam kamar dan merebahkan dirinya diatas kasur, meregangkan otot otot tubuhnya sebelum kemudian mulai memejamkan mata untuk hari ini

*****************************************************

Kening alice berkerut gelisah ia bergerak tidak tenang seolah panik melanda didalam alam mimpinya hingga kemudian

"JANGAN" teriaknya menggema dari dalam kamar, gadis itu terbangun mengerjap memandang sekitar, ia menghela nafas lega setelah mendapati jika dirinya masih berada didalam kamar yang sama dirumah barunya

"apa yang terjadi? alice!" rein membuka paksa pintu kamar alice, ia khawatir saat mendengar keponakannya tiba tiba berteriak kencang

"kau baik baik saja" tanyanya semakin khawatir, bagimana tidak alice terlihat kacau, gadis itu berkeringat dingin dengan nafas yang tersengal seperti habis lari marathon

"ada apa? apa yang terjadi"

"dia.. dia membunuhnya"

"apa, siapa yang membunuh siapa?"

"pria itu, dia membunuhnya, pria itu membunuhnya, ya tuhan aku.."

rein mengusap punggung alice pelan, berusaha menenangkan keponakan kecilnya yang terlihat sedikit shock "dengar, itu hanya mimpi. tidak akan terjadi apapun, tidurlah lagi kau mungkin butuh istirahat, ini masih jam 2 pagi, tidurlah"

alice mengangguk, ia melapaskan pelukannya pada tubuh rein dan kembali merebahkan diri diatas tempat tidur

"tidurlah, jangan pikirkan apapun, cepat kembali tidur"

alice tetap tidak menjawab, ia hanya memandang rein yang mulai melangkah keluar meninggalkan kamarnya

setelah kepergian rein, alice tidak lagi bisa kembali tidur, gadis itu terus berguling kesana kemari dengan gelisah, ingatan tentang mimpi buruknya tadi kembali berputar seperti sebuah tayangan kaset dalam kepalanya, ia benar benar tidak bisa mengabaikan semua itu

siapa dia? siapa pria itu? kenapa dia membunuh kekasihnya sendiri? kenapa wanita dalam mimpi itu mirip dengannya, 'kenapa aku merasa jika wanita itu adalah aku, kenapa juga aku merasa jika aku benar benar terlibat dalam mimpi itu? apa artinya semua ini?' pikiran itu terus berkeliaran dalam benak lisa, mengapa ini terjadi padanya

"ada apa dengan diriku? ada apa dengan mimpi itu?" ujarnya bingung

-TBC-

avataravatar