7 New life (part 1)

Andea keluar dari rumahnya mendapati Enders yang bersiap memukul bola baseball yang hendak di lempar oleh Tyler.

"Pastikan kali ini kau tidak memukulnya terlalu keras, hitungan ketiga….tepat sasaran…!" ujar Tyler kepada Enders yang sudah berapi api.

"Harus tepat sasaran…!!!" Teriak Enders.

1…2…3…!!!

WWWUSSSHHHHHHHH….

bola melaju secepat kilat kearah wajah Andrea.

Andrea yang mengetahui hal tersebut hanya sedikit memiringkan kepalanya dan bola tersebut melaju kencang ke dalam hutan.

"HEY…!! Apa kalian berdua sudah gila?!!" teriak Andrea kesal kepada kedua kakaknya yang ternyata menargetkannya sebagai sasaran.

"Bagus.. kau membiarkan bolanya pergi begitu saja…" Tukas Enders yang justru terlihat kesal.

"Cih.. sekarang kita harus mencari bolanya.." Tambah Tyler yang juga ikut kesal.

"Permisi?!!! Aku yang menjadi korban disini..." Sahut Andrea yang juga terbawa suasana melihat ekspresi kedua kakaknya yang justru memojokkannya.

"Bisakah kau gunakan sedikit kekuatanmu…?" Ujar Tyler

"yaa…. kami sedang mengujimu, itu bahkan tidak dihitung sebagai pemanasan.." Enders menyombongkan diri.

"Aku akan menggunakannya hanya…. Ketika aku ingin…Ya!, hanya ketika aku ingin…

Bagus, kau menghilangkan bolanya Enders…" ucap Andrea mengalihkan topik pembicaraan yang kemudian berjalan masuk kedalam hutan untuk mencari bola tersebut disusul oleh Tyler.

Enders hanya mengangkat kedua tangannya keheranan.

"Oww.. ayolah… kalian berdua tak seharusnya begini padaku…" ujar Enders yang mulai merengek.

"diamlah.. dan mulai mencari…" tukas Tyler yang mulai risau akan keberadaan bolanya.

"ya.. lebih baik begitu…" Andrea menimpali sembari tertawa kecil membelakangi Enders.

Enders berpura pura tidak mendengar apa yang baru saja diucapkan adiknya itu dan mulai menelusuri hutan, ia mulai mengingat ingat bagian hutan belakang rumahnya ini yang sudah tak dikenalinya lagi. Hutan yang sama semasa mereka kecil dulu, sekarang telah menjadi hutan yang rimbun oleh pepohonan pinus yang menjulang tinggi bak menyentuh langit dan di penuhi semak dandelion.

"hei.. kau ingat ini?" Enders menunjukkan suatu guratan yang ada dibatang pohon.

"Ya…tentu saja, hari dimana kau gagal menemukan kami saat bermain petak umpat.." ujar Tyler

"Ya! ya… kau hampir menandai seluruh pohon dihutan agar kami tidak tersesat, dengan pisau kecil yang selalu kau bawa, kau menangis sepanjang jalan menuju rumah…Hhhahah" Andrea menertawakan kakaknya itu.

"Inikah balasan yang aku dapatkan...?, aku menangis karena khawatir mencari kalian yang justru sudah berada di rumah meninggalkan ku sendirian di dalam hutan dan menikmati sandwich buatan ibu tanpaku…apa itu adil..?" sangkal Enders.

"Aww…our precious one….ppffttt" ujar andrea dengan wajah yang meledek mengikuti gerakan dan ucapan yang dikatakan oleh ibu mereka setelah enders sampai dirumah di waktu itu.

"Aww….." ledek Tyler menambahkan.

Kemudian mereka berdua tertawa terbahak bahak teringat dengan raut wajah Enders sewaktu ia menangis dipenuhi oleh lendir ingus.

Enders tak bisa berkata apa apa lagi kepada kedua adiknya itu, semakin ia menyalak maka akan semakin pula mereka menjadi jadi. Akhirnya, enders memilih untuk diam dan mengalah.

Mereka terus berjalan hingga ketengah hutan, bola itu benar benar melesat jauh di depan hadapan mereka tadi hingga tidak tahu kemana arahnya pergi.

Andrea berhenti di depan sebuah pohon pinus yang cukup besar dan tinggi, ia melihat kulit pohon itu seperti terkoyak terkena benturan suatu benda.

Andrea memegang batang pohon tersebut dan penglihatannya langsung berada saat bola itu hampir mendarat di wajahnya, bola itu terus melesat dengan sangat cepat menyusuri hutan hingga akhirnya terbentur di pohon tersebut membuat bola tersebut berbelok ke arah timur.

"Hey… Enderss…! Rane…! Lewat sini…, aku rasa bolanya mengarah ke timur…" teriak andrea kepada kedua kakaknya yang sudah berada cukup jauh dari posisi dimana Andrea berdiri.

"kau yakin..?" Enders mengangkat kedua tangannya kemudian berjalan mendekati Andrea disusul oleh Tyler.

Enders mendekati pohon itu, melihat ada bekas benturan disana. Kemudian Enders memegang batang pohon tersebut melihat visi yang sama dengan Andrea.

Hari sudah semakin sore perjalanan mereka menyusuri hutan untuk menemukan bola tersebut nyaris membuat mereka menyerah. Hingga akhirnya, Andrea melihat sebuah pohon yang tercakar oleh sesuatu yang sepertinya berasal dari hewan buas.

Andrea hendak memegang pohon tersebut untuk melihat peristiwa yang terjadi yang membuat pohon tersebut tergores. Saat Andrea hendak menyentuh pohon tersebut…

"Hey, An….! kemarilah kau harus melihat ini…" Enders mengajak Andrea untuk melihat sesuatu yang membuat andrea tidak jadi menyentuh pohon tersebut.

Andrea menghampiri Enders dan melihat sebuah pemandangan pantai yang mamanjakan matanya.

"Wooww…!!!" Andrea terkagum kagum.

"Aku bahkan tidak mengingat tempat ini…" ujar Enders yang justru bertanya tanya seolah ini kali pertamanya melihat pemandangan tersebut.

"Bayaran yang setimpal untuk semua lelah ini…" ucap Tyler yang muncul entah dari mana.

"Hey bodoh… kita bahkan belum menemukan bolanya…kembali ketujuan awal…" tukas Andrea.

"Hm.. itu benar, lagi pula aku belum pernah pergi ke hutan sejauh ini...bisa saja tempat ini akan menjadi satu satunya tempat yang harus kita waspadai.." ujar Enders yang mulai merasa tidak nyaman.

Mereka memperhatikan sekeliling tepat tersebut. Enders mulai khawatir karena ia merasa ada yang memperhatikan mereka ketika tiba di pantai ini.

Berbeda dengan kedua adiknya yang tidak merasakan apapun dari pantai tersembunyi ini justru berlarian kearah air dan bermain main layaknya anak kecil.

Deru angin pantai hampir membuat telinga Enders hilang kepekaan, ia hanya berdiri di tepian memastikan sesuatu yang sedari tadi mengganggu pikirannya, semakin Enders berusaha fokus pada pendengarannya semakin kuat pula tiupan angin yang menghujam gendang telinganya.

SSSRAAKK…! (sesuatu menginjak sebuah ranting pohon)

rrRRGGHH….! Seseorang menggeram dari balik pohon dan hendak mendekati Enders.

Dengan sigap enders membalikkan tubuhnya dan bersiap mencengkram leher orang tersebut.

"Kalian tidak seharusnya berada disini..!" ujar seseorang pria dari balik pohon yang hendak merobek tenggorokan Enders dengan tangannya.

"Siapa kalian…!!" gertak Andrea yang ternyata sudah berada dekat dengan pria tersebut.

"tentu saja kami manusia…, bukan monster seperti kalian…!" tukas seorang wanita yang tiba tiba muncul dengan sombongnya.

Keadaan semakin sengit dan kaku, masing masing dari mereka bersiap menyerang satu sama lain, Tyler pun sudah berada dekat dengan Andrea hendak melindungi adik perempuannya itu.

Suasana berubah menjadi sangat dingin ditambah dengan kedatangan kelompok mereka yang semakin banyak mengerumuni tiga bersaudara keluarga Monrow.

"Benarkah…?! Jadi, katakan padaku, manusia jenis apa kalian..?!" Andrea menyangkal omongan wanita tersebut.

"Hey…! kau berada di wilayah kami…, jadi jaga mulutmu..!!" tukas wanita tersebut yang hendak menampar pipi Andrea namun urung karena Andrea berhasil menangkis tangan wanita itu.

"Kalian pasti bukan manusia…! Baumu seperti seekor anjing…!!" Ujar Andrea yang justru memperkeruh keadaan.

Wanita itu menggeram begitu pula yang lainnya mereka menyeringai kearah Andrea.

"Seah…! Path…! Hentikan!! " teriak seorang pria yang baru saja muncul secara tiba tiba.

"kau serius nona…? tolong Jaga ucapan mu…, ini bisa menjadi hal yang serius…" pria itu berucap kearah andrea kemudian ia melempar bola baseball yang ada di genggamannya.

"Bagus Ben… Kau membela mereka?!…, mereka melanggar aturan, kau tahu…!" ujar pria yang muncul pertama kali, dia adalah Path.

"Ku bilang cukup Path…!" bentak Ben.

"Kalian tersesat…? karena dari sini hingga ke arah tenggara adalah wilayah kami..., para Warewolf…" ujar Ben menjelaskan kali ini tanpa intonasi yang mendominasi.

"Kami mencari bola itu hingga kemari…" Enders menjelaskan dengan singkat.

"Hampir setiap pohon di perbatasan sudah kami tandai…! Kenapa kau masih melewatinya bodoh…!" ujar path yang kembali mendekat kearah Enders dengan raut wajah kesalnya.

"hentikan….!!!" Teriak Ben lagi kali ini ia menahan Path agar tidak melukai Enders.

"Ini salahku… aku tidak menghiraukan peringatan yang kalian berikan…maaf…" Enders menyalahkan dirinya sndiri karena telah membawa jauh kedua adiknya ketengah hutan tanpa berhati hati.

"Tentu saja ini salah ku juga.., yang telah melanggar masuk ke wilayah kalian tanpa melihat sekeliling …, kami bersalah…, maaf.." Ujar Tyler yang mencoba meyakinkan kaum warewolf.

"Peraturan tetaplah peraturan..!" sahut Path meluapkan amarahnya kali ini, ia merasa sangat puas.

"Tidakkk…! Tunggu…! Ini kesalahan ku, bola itu tak akan sampai disini jika aku menangkapnya…, aku telah melihat tanda peringatan itu di sepanjang pencarian kami dan aku hanya melewatinya…" jelas Andrea yang kembali membuat keadaan semakin rumit.

Tyler dan Enders hanya menggelengkan kepala kearah Andrea yang seharusnya tidak membeberkan kesalahan yang mereka sengaja, Enders mengetahui hal buruk akan menimpa mereka.

Masing masing kaum memiliki batas teritorial yang tidak bisa dimasuki oleh kaum lainnya, dimana hukum rimbalah yang akan menyeleksi orang orang yang melanggar peraturan, hilangnya nyawa adalah tanda sebagai permohonan maaf.

"Kalian beruntung kali ini, karena aku tak berniat untuk membunuh anggota keluarga, seharusnya ini yang pertama kali dan terakhir kali nya aku melihat kalian di wilayah kami…, karena tidak akan ada kesempatan kedua bagi para pelanggar…" Ben mengurungkan niatnya untuk membunuh Monrow bersaudara menimbulkan banyak pertanyaan yang bisa dilihat dari raut wajah anggotanya.

Mendengar ucapan Ben, Enders, Tyler dan juga Andrea segera bergegas pergi meninggalkan mereka, kali ini Monrow bersaudara berlari secepat kilat dengan Tyler yang terpaksa di gendong oleh Enders agar tidak tertinggal, mengetahui dirinya hanyalah seorang setengah vampir yang tak kan pernah bisa mengikuti kecepatan berlari seorang vampir murni.

Next, New Life part 2

avataravatar