2 GIFT (part 1)

Pagi itu mereka bertiga berjalan menuju kampus yang kebetulan tidak terlalu jauh jaraknya, rumah mereka di kelilingi oleh pohon pohon pinus yang lebat sehingga udara terasa sangat sejuk sepanjang jalan.

Setelah mereka berjalan beberapa meter barulah terlihat beberapa rumah penduduk desa. Beberapa penduduk tersenyum ramah kepada mereka, ada pula yang hanya sibuk dengan urusannya masing masing. Tak banyak juga sebagian dari orang tersebut justru terheran heran bak melihat orang asing. Memang sering begitu, dikarnakan rumah mereka yang cukup jauh dari lingkungan desa membuat mereka jarang terlihat oleh penduduk sekitar.

Enders melambaikan tangannya kearah beberapa pemuda yang sepertinya sedang menunggu kedatangnnya.

"Yo... Sepertinya ada yang terlihat gugup disini" ujar salah satu laki laki yang mengenakan kaos berwarna biru sambil tersenyum meledek kearah Andrea.

"Kau seperti tidak pernah gugup saja.."celetuk Tyler sambil memukul bahu pemuda itu, BRuuKk!

Andrea hanya tersenyum tipis kepada pemuda itu dan kecanggungan terjadi sepanjang perjalanan mereka menuju kampus.

_____

Sesampainya di gerbang kampus, Enders berpamitan pergi bersama teman temannya untuk melakukan observasi rutin di kelas mereka.

"hei...Bagaimana denganku..?" Tanya Andrea pada kakak pertamanya itu.

"Itulah gunanya dia" jawab Enders sambil mencengkram bahu kiri Tyler.

"Yaa mungg....kin, sepertinya aku tidak memiliki pilihan lain." Ujar Tyler yang sedikit kesal sembari menahan sakit di bahu nya.

Andrea hanya menatap acuh kakak keduanya itu, yang ternyata mereka berdua tidak pernah akrab sejak kecil.

"Cari saja pria paruh baya yang kemarin kita temui, ruangannya berada di sebelah kiri di ujung koridor ini" kata Enders kepada Tyler.

(sembari mengusap kepala Andrea). "Tenang, dia juga kakak mu lho..." tukas Enders menenangkan Andrea.

Kemudian Enders pergi meninggalkan mereka berdua. "Ruang sebelah kiri di ujung koridor" Andrea menjelaskan lagi kepada kakak keduanya nya itu yang entah sedang memikirkan apa.

"Rane !!!" Panggil Andrea menyadarkan, sambil meremas pergelangan tangan Tyler

"Ahh.. iya di ujung koridor, kita harus kesana" jawab Tyler yang masih linglung.

Di pertengahan koridor Tyler merasa nyeri di bagian pergelangan tangannya entah kenapa Namun, Tyler enggan melihatnya.

Sesampainya mereka di ruangan yang mereka tuju, mereka mulai mencari pria yang kemarin sudah ditemui Enders dan Tyler.

"Hei, Kau yang disana, Tylerrane Monrow? Apa yang kau lakukan disini nak, bukannya ini telah masuk ke jam praktikum mu?" Ujar pria paruh baya yang ternyata itu adalah pria yang mereka cari.

"Permisi, Mr. Hendrick saya disini mengantarkan mahasiswi baru yang kemarin saya rekomendasikan untuk menjalani masa kuliah percobaan." Ujar Tyler kepada pria tersebut menjelaskan.

Andrea kemudian mengangguk dan memperkenalkan diri kepada pria paruh baya tersebut.

"Akhirnya kau datang juga, kebetulan jam praktikum sudah dimulai sejak beberapa menit yang lalu, karena kau dan Tyler akan berada di satu kelas jadi..., Ahh ini dia barang yang kau butuhkan selama kuliah percobaan" kata Mr. Hendrick yang justru memberikan sekardus peralatan dan beberapa buku praktikum yang kelihatannya berat. Kardus itu langsung di sambut oleh Tyler yang bermaksud membantu.

Kemudian mereka berjalan keluar ruangan itu menuju ruang kelas.

Di masa senior high school Andrea tergolong siswi yang jenius dan menjalani sekolah axelerasi yang kelulusannya lebih cepat satu tahun di bandingkan siswa/siswi lainnya kemudian, Andrea direkomendasikan oleh Enders untuk mengikuti kuliah masa percobaan agar dapat satu universitas dengannya.

_____

Di ruang kelas,

Setelah perkenalan singkat Andrea yang dibuka oleh Mr.Hendrick tadi, kini Andrea dan Tyler telah menjadi sebuah tim dalam mengobservasi sebuah varietas tanaman langka, sepanjang penelitian Tyler tidak dapat fokus karena nyeri di pergelangan tangganya, kemudian ia meminta izin untuk pergi ke toilet, padahal ia pergi keluar untuk mencari angin dan menelfon Enders yang sedang sibuk dengan study materinya.

Trruuuttttt... "Ya ada apa?, aku sedang sibuk!" Ujar Enders dari dalam telefon.

" Aku di balkon kantin gedung C, cihhh.. siall ini lebih parah dari dugaanku..!" rintih Tyler yang baru memutuskan untuk membuka lengan baju nya mendapati pergelangan tangannya yg sudah membiru.

Mendengar rintihan tsb, Enders segera mematikan sambungannya.

Beberapa menit kemudian.

"Ku harap kau mengatakan suatu hal yang benar benar penting, agar tidak membuang waktuku yang berharga" ujar Enders yang baru muncul.

"Dia sama denganmu.." Tyler memberitahu.

"Ahh jadi kau sudah mengetahuinya, selama hampir 2 bulan ini, menjelang usianya yang ke 18 aku juga sudah menyadarinya" Enders menjelaskan.

Tyler menyingsingkan lengan bajunya, " ini jauh lebih sakit dari cengkramanmu tadi pagi" sambil menunjukkan lebam yang ada di lengannya, "ini gila!, kita pasti telah diadopsi pada tempat yang berbeda!" Teriaknya lagi.

"Setidaknya sekarang kau sudah memiliki keyakinan kalau kita bertiga bukanlah saudara kandung" balas Enders.

"dengan kenyataan akulah satu satunya manusia yang ada di rumah!!" Tukas Tyler dengan kesal. Kemudian berjalan pergi

"Hei! Ingat!, Kami tidak pernah sekalipun menganggapmu sebagai makanan. Jangankan dirimu, akupun masih bingung bagaimana bisa kita semua hidup di satu atap dengan sebuah nama keluarga?!" Bentak Enders.

Mereka terdiam sejenak, berargumen dengan pola pikir mereka masing masing atas cekcok yang baru saja terjadi.

"Cih.., terserah!!" Jawab Tyler ketus sambil pergi meninggalkan Enders yang masih memikirkan sesuatu.

_____

Tyler kembali ke kelasnya, mendapati Andrea yang hampir selesai dengan penelitiannya.

"Sudah selesai?" Tanya Tyler sambil menggaruk tengkuk nya yang sama sekali tidak gatal itu.

Kemudian Tyler mendapatkan bagiannya untuk mensterilkan alat alat praktikum, saat ia sedang berfokus membersihkan sebuah gelas ukur, Tyler melihat sebuah vision yang tiba tiba muncul dipikirannya sehingga ia tak sengaja memecahkan gelas ukur yg ia pegang menyebabkan darah bercucuran dari sela jari telunjuk dan ibu jarinya.

Mendengar pecahan tersebut kegiatan lab terhenti sejenak dan semua siswa menengok ke arah Tyler, andrea yang melihat itu langsung mengambil secarik kain dan segera menekan luka hingga Tyler tersadar dari lamunannya setelah merasakan nyeri di sela jarinya.

"Dasar ceroboh!" Tukas Andrea yang merasa bahwa Tyler telah membuang buang waktunya.

"Aaa... Hmm.. maaf." Lirih Tyler yang masih memikirkan hal yang tiba tiba muncul dikepalanya tadi.

Andrea hanya menggelengkan kepalanya sambil menekan luka kakaknya itu agar darah berhenti mengalir.

Disini Tyler menyadari pupil mata andrea yang berubah warna menjadi merah dan menatap lekat lengannya seakan ingin melahapnya, melihat itu Tyler segera menarik tangannya dari hadapan andrea yang terlihat sangat bringas.

"aku baik baik saja, lebih baik kita cepat selesaikan ini semua." Ujar Tyler menghindar dan segera melanjutkan pekerjaannya.

_____

Di ruang UKS

"Seharusnya kau lebih berhati hati lagi saat sedang praktikum, kau pasti sering memecahkan barang dirumahmu, telapak tangan ini tidak selemah yang terlihat lho.." kata seorang perawat menjelaskan sambil mengobati luka Tyler.

"Haha itu benar entah ini yang keberapa kalinya, sulit memegang suatu yg kecil dan rapuh ketika memiliki telapak selebar ini." Jelas Tyler sambil kembali menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu.

Di sisi lain andrea hanya terduduk diam tanpa mengatakan sepatah kata, ia hanya tertunduk sambil memikirkan apa yang baru saja terjadi kepadanya tadi.

"Perasaan ini, sebenarnya apa yg terjadi padaku?" Tanya Andrea dalam hati.

Setelah pengobatan selesai, perawat tersebut kemudian meninggalkan mereka berdua.

terjadi kecanggungan diantara mereka, hingga hanya terdengar bunyi detakan kecil dari sebuah jam dinding.

"Maaf, kali ini aku menghambat tugas kita." Lirih Tyler membuka pembicaraan.

Tiba tiba saja Andrea mencondongkan wajahnya ke arah leher Tyler, Tyler yang mengetahui itu hanya bisa mengerutkan dahi menahan amarah dan takut jika hal buruk terjadi padanya.

Andrea masih mencondongkan wajahnya ke arah leher Tyler sembari menelan ludah beberapa kali, ia seperti tidak dapat menahan hasrat akan haus darahnya hingga akhirnya ia tersadar dan kemudian mengecup leher kakaknya itu sebagai alibinya.

"Lain kali berhati hatilah dalam melakukan sesuatu." Bisik Andrea menegaskan dan terburu buru meninggalkan Tyler.

Tyler yang menjadi korban atas alibi Andrea merasa sangat canggung dan tidak bisa berkata apa apa, ia memaki dirinya sendiri karena sempat berfikir negatif bahwa adiknya akan merobek lehernya dan meminum darahnya hingga habis, ia merasa bodoh akan hal itu.

"Jika ingin menunjukkan kepedulian, bisakah kau mengatakan hal yang lebih baik? Cihh.." (sambil tersenyum) lalu tyler meninggalkan ruang UKS dan segera mencari adiknya itu.

Next, GIFT (part 2)

avataravatar
Next chapter