1 Prologue

[ YANG MAU LEBIH LENGKAPNYA, BISA DICEK DI WATTPAD ]

----[ Happy Reading ]----

Ocha membuka matanya, perlahan. Ia melihat kearah pintu, yangs sedikit terbuka. menghasilkan sedikit cahaya dibawahnya. Gadis itu juga banyak mendengar pecahan beling, diluar kamarnya. Ia berdiri dari kasur empuknya, membuka gorden.. Cahaya matahari, masuk kekamarnya. Membuat kamar nya yang gelap, kembali bercahaya.

Ocha duduk dibibir kasur, lalu menutupi seluruh tubuh mungilnya menggunakan selimut tebal favorite nya. Kamarnya sangat dingin sekarang, mungkin ia lupa menaikkan derajat ac nya. Gadis itu menatap keluar jendela, dengan tatapan kosong. Telinga nya setia mendengar pecahan beling, dan ocehan kedua orang tuanya yang sedang berseteru.

Kenapa rumah ini mendadak menjadi seperti medan pertempuran, mama dan papanya bertengkar lagi. Entah sudah keberapa kali mereka seperti itu, hingga membuatnya muak. Suara ketukkan pintu terdengar. "Assalamualaikum, non? saya boleh masuk?"

"Masuk aja bi." ucapnya, tanpa mengalihkan pandangannya kedepan. Bi Inem pun masuk kedalam, dengan membawa kain dan wadah yang dimana terdapat batu es disana. "Yaampun non, kok kamarnya dingin banget.. Non gak boleh gitu, atuh. Non kan lagi sakit"

Setelah mematikan ac, bi Inem duduk disebelah Ocha. Lalu mulai mengobati lengannya yang membiru. gadis itu tak merasakan perihnya, karna ini sudah biasa baginya. Mungkin diawal, ia sangat amat tak terbiasa. Karna baru pertama kalinya ia mendapatkan luka separah ini, dan itu disebabkan oleh kedua orang tuanya.

"Bi, Ocha itu.. masih berharga bagi mereka gak?" tanya gadis itu pada Asisten rumah tangga disampingnya ini, bi Inem menatap sendu kearah Ocha. Percayalah, ia sungguh kasihan dengan nasib dan takdir yang diterima oleh gadis ini. Ia merasa kehilangan seorang gadis bernama Ocha yang ceria. Bi Inem masih ingat betul, seaktif apa Ocha diwaktu kecil. Karna ia sudah berkerja disini lumayan lama, sekitar 6 tahun lebih.

"Non, ngomong apa sih? ya pasti, tuan dan nyonya masih menganggap non itu berharga." balas Bi Inem, mencoba memperbaikki suasana hatinya yang tengah hancur.

"Kalo gitu, kenapa mereka gak pernah nafkahi Ocha lagi? kenapa mereka mulai ringan tangan ke Ocha? mana senyum hangat mereka, yang selalu Ocha lihat disetiap pagi? bahkan cuma untuk Membiayai sekolah Ocha, mereka udah gak mau lagi. Ocha jadi terpaksa berkerja, buat beli makanan dan minuman, juga untuk biaya sekolah. Mereka udah gak peduli lagi, sama Ocha. Apa itu masih pantes disebut berharga?" balas gadis itu..

Membuat Bi Inem terdiam, Ocha menenggelamkan kepalanya dilutut. lalu menangis, Bi Inem mengelus lembut punggung mungilnya yang naik turun. Sungguh ia sangat prihatin dengan kondisi keluarga ini, tak seceria 5 tahun yang lalu. Apalagi Ocha harus memikul banyak beban di bahu mungilnya. Padahal kondisi seperti ini sudah lebih dari 1 tahun lebih. kenapa gadis itu terlihat sangat tegar?

Ocha mengangkat kepalanya, lalu menghapus jejak air mata yang membasahi pipi mulusnya. lalu tersenyum ke bi Inem, "Makasih ya bi, udah mau jadi temen curhatnya Ocha. Ocha berangkat sekolah dulu, mau ketemu pangeran!"

"Ta-tapi Non, non kan lagi sa-" belum sempat bi Inem selesai berbicara, gadis itu sudah duluan masuk kedalam kamar mandi. Bi Inem hanya menghela nafas, ia berdiri lalu menyiapkan perlengkapan sekolah gadis itu.

dimulai dari seragam, rok selutut, sepatu dan kaus kaki, jaket kuning dan tas. itu semua pemberian mama papa nya tahun lalu, sebelum semuanya jadi hancur seperti ini.

***

[ MAU YANG LEBIH LENGKAPNYA LANJUT DI WATTPAD, JANGAN LUPA KASIH VOTE DAN BERIKAN KOMENTAR KALIAN. TERIMA KASIH ]

avataravatar