webnovel

Bab 2: Keluarga & Keajaiban (belum revisi dan edit)

Sudah hampir 7 bulan semenjak ultah Helen yang ke-20, dan sekarang hampir memasuki bulan Februari 2016. Tahun lalu, tepatnya tanggal 29 oktober 2015, Helen mendapat kabar gembira kalau dirinya terpilih untuk mendapatkan beasiswa kuliah ke Jepang oleh perusahaan tempat dia bekerja saat ini.

Helen tentu merasa sangat senang! Dia hampir saja melompat kegirangan dan bertingkah aneh di kantor sesaat setelah dia mendapatkan surat pernyataan itu dari sang atasan. Pasalnya, pemilik nama lengkap Helen Marvelyn Anwar ini memang sudah lama mendambakan untuk berkuliah di Jepang. Namun karena kondisi ekonomi, dia sempat harus mengubur mimpinya itu. Tapi Helen tak pernah menyerah! Dia tetap berusaha mencari cara agar dapat mengwujudkan impiannya! Meski kini ia menjadi seorang yatim piatu semenjak ditinggal mati kedua orang tuanya, dalam sebuah kecelakaan. Saat itu ia baru akan menduduki bangku SMA.

Ia tidak akan pernah lupa janji yang dibuat kepada kedua orang tuanya. Bahwa kelak Helen akan terus berjuang dan berusaha mengwujudkan impiannya, meskipun itu mustahil! Semua pasti ada jalan selama kita berusaha!

Semenjak kecelakaan itu, Ia harus berjuang dan bertahan hidup sendiri. Bukannya dia tidak memiliki kerabat atau keluarga lain yang masih hidup, tapi dia enggan untuk meminta bantuan apa lagi belas kasih dari orang-orang munafik itu. Karena mereka yang mengaku "kerabat" ataupun "keluarga" itu tidak pernah benar-benar menganggap Helen dan orang tuanya sebagai bagian dari keluarga mereka.

Mereka bahkan hampir tidak pernah mengunjungi keluarga kecil Helen, semasa ayah dan ibunya hidup. Satu-satu alasan mereka akan datang pada ayah dan ibu Helen adalah ketika mereka berada dalam masalah dan membutuhkan uang! Mereka terus menerikkan hak-hak mereka dan kewajiaban yang harus orang tua Helen penuhi. Mereka terus-menerus akan "berdakwah" mengenai moral, kebenaran, keluarga dan apa saja yang bisa mereka pakai untuk menyudutkan orang tuanya dengan status mereka sebagai "keluarga". Bullshit! Satu-satu yang mereka inginkan hanyalah harta! Mereka hanya menganggap ayah dan ibu Helen sebagai ATM berjalan!

Setiap kali Helen pergi bersama orang tuanya ke acara-acara besar keluarga, orang-orang itu akan bersikap licik! Mereka akan memasang tampang ramah dan bersahabat ketika didepan orang lain atau ketika mereka menginginkan sesuatu dari Ayah dan ibu. Tapi ketika tujuan dan niat mereka sudah tercapai, mereka bisa berubah sikap secepat kilat! Bahkan sikap mereka akan jauh lebih buruk, jika permintaan mereka tak dipenuhi. Mereka akan mulai mem-bully ayah dan ibunya sebagai orang yang tak tahu budi, sombong serta mengabaikan kerabat dan keluarganya.

Padahal Ayah dan ibu selalu melakukan upaya terbaik mereka untuk membatu keluarga besar, saudara atau kerabat kami, jika mereka dilanda masalah. Justru merekalah yang tak pernah ada ketika kami butuhkan! Ketika perusahaan ayah bangkrut dan kami semua harus tidur di jalanan, satu persatu para binatang licik itu mulai menunjukkan perangaian asli mereka! Padahal kondisi keluarga kami benar-benar jatuh dan membutuhkan pertolongan.

Mereka akan membuat sejuta alasan untuk menolak kami. Mereka enggan untuk membantu. Bahkan untuk berbicara dengan kami, mereka merasa muak dan jijik. Terlebih kami bahkan sempat diusir dan dihina layaknya pengemis atau kucing liar, ketika mendatangi rumah salah satu saudara laki-laki ayah, hanya untuk meminjam sedikit uang untuk membeli 1 suap nasi. Mereka memperlakukan kami lebih rendah dari binatang!

Helen tidak akan pernah lupa bagaimana orang-orang itu memperlakukan dia dan kedua orang tuanya ketika mereka jatuh miskin. Helen tidak akan lupa pada para pengkhianat tak tahu balas budi itu! Bagaimana hina dan rendahnya mereka, memperlakukan ayah dan ibunya! Benar-benar memuakkan!

Meski keluarga kecil Helen harus menghadapi kondisi pasang surut, tapi semua itu tidak menjadikan kedua orang tua Helen patah semangat dalam mendidik dan membesarkan Helen, apa lagi berpikir untuk membuang Helen! Helen sangat bersyukur memiliki orang tua seperti mereka. Helen tidak pernah merasa malu ketika orang-orang mengejeknya miskin dan seorang gelandangan. Dia tidak pernah malu ataupun menyesal ketika orabg tuanya hanya menjadi pedagang di kaki lima. Dia justru bangga! Setidaknya itu jauh lebih baik dari pada memakan uang haram.

Ayah dan ibu tidak pernah pengeluhkan kondisi mereka. Satu-satunya kekhawatiran mereka adalah Helen! Mereka takut tidak akan bisa menjadi orang tua yang baik untuknya dan takut jika Helen akan merasa menderita. Mereka rela kelaparan asalkan Helen bisa makan dan rela kedinginan untuk memastikan Helen tetap hangat. Helen percaya Tuhan tidak akan pernah mengabaikan orang baik serta seorang hamba-Nya yang taat.

Dan benar... Puji syukur, Tuhan mendengar usaha dan do'a mereka. Keluarga kecil ini pun kembali bangkit! Usaha kecil-kecilan yang dilakukan Ayah dan ibu tercintanya pun membuahkan hasil. Ketika ayah sedang menjajakan barang jualannya dan ibu tengah sibuk menyiapkan makan siang untuk kami, mereka tak sengaja melihat seorang kakek tua yang sedang kebingungan berdiri di dekat lapak kami.

Si kakek itu tampak lelah dan bingung. Kakek itu lalu menghampiri lapak kami, ketika melihat piring dan sisa makanan yang telah kami makan diapun ingin mengambilnya. Ibu tidak mengusir kakek itu, dia hanya memgambil sisa makanan dan piring kotor kami. Ibu lalu mengganti piring itu dengan mangkuk yang masih bersih dan memberikan si kakek 1 bungkus bubur ayam yang masih baru dan belum tersentuh untuk, dimakan oleh si kakek tua itu.

Kakek itupun makan dengan lahap, ia terlihat begitu kelaparan. Kami pun menunggu si kakek menyelesaikan makanannya. Seteleh itu, ayah mulai bertanya mengenai diri si kakek tadi. Siapa nama beliau, dari mana asal beliau, di mana beliau tinggal dan ataukah beliau masih memiliki keluarga? Sayang, dari semua pertanyaan itu, tak satupun yang dapat dijawab oleh si kakek.

Kamipun mulai kebingungan... Ayah bahkan tidak habis pikir, bagaimana bisa seorang kakek tua seperti beliau bisa sampai di sini, tanpa mengingat apapun? Kami lihat tubuhnya tidak ada tanda-tanda luka ataupun kekerasan fisik lainnya. Itu membuat ayah dan ibu lega, karena itu berarti si kakek tidak mendapat perlakuan kasar dan aman. Beruntung beliau tidak bertemu preman atau orang-orang jahat yang mungkin bisa membahayakan keselamatan beliau.

Ayah dan ibupun yakin kalau si kakek ini menderita penyakit Alzheimer. Setelah mengetahui itu, satu-satu yang dapat kami lakukan adalah mengantarkan beliau ke kantor polisi setempat. Mungkin saja di sana mereka akan mendapatkan laporan tentang orang hilang dan mungkin ada anggota keluarga si kakek yang sedang begitu khawatir menunggu kabar keberadaan beliau.

Akhirnya ayah dan ibupun mengantar kakek itu ke sana dan menjelaskan bagaimana mereka bertemu dengan si kakek.

Usai itu, tidak ada peristiwa atau kejadian apapun yang begitu berarti yang terjadi. Hari-hari kami jalani seperti biasa, sampai 1 minggu kemudian. Ayah dan ibu mulai menyadari bahwa hampir selama 1 minggu semenjak insiden itu, usaha dagang mereka mulai mengalami peningkatan. Tampak ada seorang pria yang suka sekali datang dan memborong dagangan ayah.

Kamipun sangat bersyukur pada Tuhan dan pria tadi, namun juga heran. Kenapa pria itu selalu memborong dagangan kami, dan apa yang dia lakukan pada barang-barang yang dibelinya? Sampai di minggu ke-3, pria itupun akhirnya mengungkapkan maksud dan niatnya, kenapa selama ini dia selalu datang dan memborong barang jualan kami.

Tuhan itu maha adil, dan itu benar! Ternyata pria tersebut adalah anak dari si kakek tua yang kami tolong. Diapun bercerita kalau dirinya akan pindah ke amrik dan berniat membawa sang ayah ke sana untuk tinggal bersama sekaligus untuk melakuakan pengobatan pada ayahnya.

Dia sangat berterima kasih karena kami telah menemukan Ayahnya, memberikan makan dan memastikan dia baik-baik saja. Pihak keluarga dan dia sangat panik pada saat itu, ketika mengetahui pria berumur 88 tahun itu tiba-tiba saja menghilang dari rumah.

Oleh karena itu diapun memutuskan untuk menemui orang yang telah menemukan si Kakek. Dia sudah bertekat untuk membalas budi kami. Namun tentu dia juga ingin memastikan siapa kami dan bagaimana perangaian kami. Dan selama 3 minggu itu ternyata dia terus mengawasi kami. Dia sangat salute akan kegigihan dan kesabaran ayah dan ibu. Hingga dia putuskan untuk mengungkapkan niatnya hari ini.

Ayah dan ibu pun juga terkejut dan berterima kasih seraya mengatakan bahwa itu bukan hal besar. Kita sebagai manusia dan makhluk sosial haruslah saling tolong menolong antar sesama ciptaan-Nya.

Pria itupun mengajak kami untuk makan bersama di rumahnya. Awalnya ibu menolak, ibu takut kami akan merepotkan si pria. Namun pria itu bersikeras untuk mengajak kami. Akhirnya merekapun luluh dan mau memenuhi undangan pria tersebut.

Sesampainya di sana, kami disambut dengan hangat dan ramah. Hal ini tentu membuat aku dan kedua orang tuaku senang sekaligus sedih. Kami senang karena orang-orang yang baru kami kenal ini justru dapat menerima kami yang berpenampilan seperti gelandangan kotor tanpa memandang sebelah mata. Sedih, karena ayah dan ibu ingat betapa berbedanya sikap para saudara dan keluarga mereka sendiri dikala menyambut mereka dulu. Sangat di sayangkan... Orang yang kami anggap keluarga justru seperti orang asing bagi kami, dan orang yang tak kami kenal ini justru memperlakukan kami layaknya seorang keluarga.

Kami dijamu dengan makanan-makanan lezat yang sudah lama tak kami lihat ataupun nikmati. Usai sesi makan bersama, pria itupun membuat sebuah pengumuman yang sangat mengejutkan bagi kami bertiga.

Pria bernama Anton Kusuma itupun mengatakan bahwa besok pagi dia dan seluruh anggota keluarganya di rumah ini akan pergi ke amrik dan mulai tinggal di sana. Lalu rumah ini akan ia berikan pada kami berserta isinya.

Sontak, ayah dan ibu sempat mematung. Mereka sempat tidak percaya dengan apa yang mereka dengar dan berpikir kalau mungkin telinga mereka mengalami gangguan pendengaran.

Pak Anton terlihat begitu puas ketika melihat ekpresi kaget serta begong kami bertiga. Rupanya dia memang sengaja dan merencanakan semua ini. Sambil tertawa Pak Anton menjelaskan bahwa dia sebenarnya berencana untuk menjual rumah ini. Tapi setelah melihat kondisi keluarga kecil kami ini tidak memiliki rumah, dia bersama kelurganya sepakat untuk memberikan rumah dan tanah ini kepada kami.

Ayah sekali lagi sempat menolak! Beliau merasa pemberian ini terlalu besar dan tidak sebanding dengan apa yang dia telah lakukan. Namun Pak Anton juga tidak kalah keras kepalanya, dia bahkan sampai mengancam akan memberikan lebih banyak lagi jika kami tidak mau menerima pemberiannya.

Ayahpun pasrah... Kami bertiga sempat menangis karena merasa sangat bersyukur dan terharu, akhirnya Tuhan menjawab do'a kami dengan mengirimkan hadiahnya melalui Pak Anton dan si Kakek.

Malam itupun menjadi momen paling indah yang pernah Helen ingat. Yang membuatnya semakin percaya keajaiban itu pasti ada! Selama kita berusaha dan percaya akan hal itu.

Rumah yang diberikan Pak Anton mungkin tidak bisa dibilang begitu besar bagi rumah orang kaya. Tapi ini lebih dari cukup untuk kami. Meski rumah ini tampak kecil, sebenarnya ini lumayan luas ketimbang rumah lama kami. Ayah dan ibu adalah orang yang suka hidup sederhana meski pun dulu mereka hidup bergelimpahan harta, tidak seperti saudara-saudaranya yang berlomba-lomba memamerkan kekayaan dan rumah mereka. Jika dilihat secara keseluruhan rumah ini benar-benar luas dan lahannya begitu besar, rumah baru kami tidak hanya memiliki taman di depan dan belakang rumah tapi juga di tengah!

Rupanya Pak Anton dan keluarga begitu menyukai rumah dengan banyak taman dan tanaman.

Sebelum pergi, Pak Anton telah berpesan pada pengacara dan ahli hukumnya untuk mengurus semua surat-surat penting yang diperlukan dan segala keperluan hidup kami. Pak Anton juga sempat memberikan uang tambahan untuk modal usaha ayah. Bahkan ia ingin membiayai pendidikan Helen. Niatnya sih, mau sampai Helen kuliah tapi ayah sama ibu benar-benar hampir kena serangan jantung. Melihat itu, akhirnya Pak Anton cuma bisa pasrah dengan hanya membiayai pendidikan Helen selama duduk di bangku SD saja.

Orang tua Helen bersikukuh tidak ingin lebih merepotkan Pak Anton, meski beliau merasa ini bukan hal yang merepotkan. Ayah bilang kalau untuk biaya sekolah Helen nanti mereka insyallah bisa memenuhinya, apa lagi uang yang Pak Anton berikan lebih dari cukup untuk memulai usaha baru. Ditambah Pak Anton juga akan tetap membayar tagihan listrik dan air rumah kami itu selama 1 tahun. Bagi kami itu sudah lebih dari pada membalas budi, itu malah sangat sangat membantu bagi kami. Justru kamilah yang jadi takut tidak bisa membalas kebaikan beliau. Sungguh, di dunia ini ternyata ada orang yang begitu baik seperti beliau.

Kehidupan kami pun kembali normal, Helen bisa kembali bersekolah layaknya anak-anak di usianya. Usaha ayahpun mulai berkembang dan ibu juga sekarang bisa beristirahat, bersantai merawat diri dan mengurus segala pekerjaan rumah tangga.

Helen selalu berharap dan berdo'a semoga kebahagian ini akan tetap terjaga hingga dia tumbuh dewasa nanti dan dapat membahagiakan kedua orang tuanya. Kelak ia berniat akan menjaga serta mengurus mereka berdua, agar ibu dan ayah tak perlu pusing memikirkan kebutuhan hidup dan masalah lainnya, layaknya bagaiman mereka mengurus, menjaga dan membesarkan Helen. Mereka cukup bersantai dan menikmati hidup. Itulah harapan dan mimpi terbesar Helen. Dan menjadi salah 1 penyesalan terbesar yang Helen rasakan karena ia tahu ia tak akan bisa mengwujudkan semua impian dan harapanya kepada orang tuanya. Tapi Helen tetap akan mencari cara lain untuk mendedikasikan mimpinya itu. Dia mencari cara lain agar dapat membahagiakan almarhum orang tuanya. Salah satunya adalah dengan tetap mengejar dan menwujudkan mimpi dan cita-cita Helen.

Meski kebersamaan dan kebahagian hidup mereka terasa singkat, tapi Helen tetap menikmatinya. Itu menjadi 1 dari sekian banyak memori berharga Helen dengan orang tuanya.