2 Bab 1 : Mimpi (belum revisi/edit)

"Aghhh ...!" Helen terbangun dari mimpinya .... "Ha ... Hah ... Hah ...." Nafasnya memburu ... seolah dia baru saja berlari dari sesuatu demi hidupnya.

Dia pun melihat ke segala arah dengan panik. Setelah mendapati dia memang masih berada di kamarnya, Helen mulai merasa tenang. Dia kembali mengatur nafasnya yang masih terengah-engah itu.

'Air ...' Itulah yang terbesit dalam benaknya, dia butuh air. Helen pun bangkit dari kasur dan keluar dari kamarnya, menuju dapur untuk mengambil segelas air.

Setibanya di dapur, Helen mengambil gelas dan menuangkan air yang langsung dia minum dengan sekali tegukkan. Helen sempat terdiam, dia lalu memandang ke arah jam dinding yang terpasang di dapur. Waktu baru menunjukkan jam 2.30 dini hari.

"Huuhh ...." Helen menghela nafas untuk kesekian kalinya, sebelum dia beranjak pergi dari dapur menuju kamar mandi. Meski ini baru jam 2 dini hari, Helen tahu dia tidak akan bisa kembali tidur, jadi diputuskan untuk pergi mencuci mukanya. Toh ... Mimpi itu akan membuatnya terbangun lagi, jika dia tetap memaksa untuk tidur.

Setelah mencuci mukanya, Helen kembali terdiam dan merenung sambil menatap kosong ke arah bayangan dirinya yang terpantul pada cermin di atas wastafel itu. Dia mulai memikirkan kembali mimpi yang barusan ia alami. Mimpi itu semakin hari semakin terasa nyata. Helen bahkan sempat berpikir kalau dirinya sudah gila! Bagaimana mungkin dia bisa menganggap kalau mimpi-mimpi itu nyata?! Itu mustahil! Meski dia terus berusaha menyangkal, tapi batinnya justru berkata lain!

Entah apa yang menjadi pemicu hal ini, tapi yang pasti yang ia tahu semua ini berawal ketika ulang tahunnya yang 13. Di malam hari ulang tahunnya itu ... Helen mulai bermimpi ... mimpi yang sangat aneh!

Awalnya dia tidak begitu mengingat dengan jelas isi mimpinya. Yang dia ingat dalam mimpi itu, dia melihat seorang pria memeluk seorang gadis yang masih muda di bawah pohon sakura besar. Pemandangan itu terlihat seperti lukisan... Bahkan hampir seperti ilusi... Begitu indah dilihat, tapi juga begitu menyayat hati yang memandangnya. Kau tahu... "Ilusi" yang cantik itu justru menggambarkan sebuah luka... Sebuah tragedi... Yang dapat meremukan jiwa dan ragamu ketika menyaksikan hal tersebut. Hanya itu yang dia ingat...

Semenjak itu, mimpi itu tampak tak pernah menghampirinya lagi. Halen pun mulai melupakan hal itu perlahan-lahan... Tapi tidak hingga dia berusia 16 tahun! Ketika usianya yang ke - 16, mimpi itu datang kembali!

Waktu itu dia mendengar suara pria itu memanggil nama seseorang. Dia terus memanggil nama itu. Tapi, Helen tak bisa mendengar nama itu. Yang dia tahu pria itu pasti memanggil-manggil nama gadis yang berada dalam pelukannya. Mimpi itupun berakhir sampai di situ...

Dia merasa bahwa dia tahu nama gadis yang disebut oleh pria dalam mimpinya, tapi dia tak bisa mengingatnya. Ditambah, dia masih belum bisa melihat dengan jelas wajah kedua orang dalam mimpinya itu.

Hal ini kembali terulang ketika ultah dia yang ke-17 tahun. Dia kembali memimpikan hal yang sama kembali! Kali ini dia mulai bisa melihat dengan jelas sosok pria dan gadis itu! Diapun dapat mengingat nama gadis muda tersebut. Yuki, itulah nama gadis itu.

Dan saat ultah ke-18 tahun... Dia mempunyai firasat malam itu dia akan kembali bermimpi tentang pria dan gadis bernama Yuki itu. Dan benar, mimpi itu datang menghampirinya lagi.

Namun, kali ini mimpi itu tidak hanya datang satu kali, melainkan terus-menerus hingga sekarang! Mimpi itu terus berkelanjutan setiap harinya.

Selama 2 tahun ini, mimpi itu terus menghampirinya. Semakin hari, mimpi ini terasa semakin nyata. Dia seperti sedang menyaksikan sebuah film atau drama secara langsung, di mana pemeran utamanya adalah sepasang kekasih dalam mimpinya. Hingga 2 hari lalu, dia masih melihat mimpi itu bak orang ke-3. Tapi 2 hari lalu semua berubah! Tepatnya 11 juni tadi adalah ultahnya yang ke-20. Semenjak itu, dia tak lagi menyaksikan mimpi itu sebagai orang lain, melainkan sebagai gadis muda yang sekarat dalam mimpinya, Yuki!

2 hari lalu, dia merasa tubuhnya begitu lemas. Dia merasa tidak bisa bisa menggerakan satupun anggota tubuhnya. Hingga untuk membuka matanya saja, dia sangat kesulitan. Helen sempat panik! Sampai akhirnya dia berhasil membuka matanya dan satu-satunya pemandangan yang menyambutnya adalah wajah pria dalam mimpinya! Dia terkejut, panik dan bingung, namun sekeras apapun dia meronta-ronta tubuhnya tak bisa digerakan. Diapun pasrah... Hanya bisa diam. Dia ingin sekali mengatakan sesuatu tapi tak ada suara yang keluar dari mulutnya.

Dia memang tidak bisa mengingat dengan jelas wajah pria itu, tapi dia tahu dan dapat merasakan apa yang dirasakan oleh pria itu.

Cemas, panik, putus asa, sedih dan rasa sakit yang amat dalam... Itulah yang dia rasakan.

Ada 1 atau 2 hal yang tak pernah berubah, yang selalu Helen rasakan, bahkan sejak pertama kali dia mengalami mimpi aneh ini. Hal pertama, entah mengapa, setiap kali dia melihat sosok pria itu, Helen selalu merasa dia mengenali pria itu. Dia merasa mereka pernah bertemu. Dan setiap melihatnya, hati ini sakit... Helen merasa hatinya remuk dan tercabik-cabik tiap kali melihat pria itu... Jiwanya melayang dan ingin rasanya dia berlari untuk memeluk pria itu, seolah dia adalah pria yang amat ia cintai...

Dan yang kedua, entah ide gila dari mana, dan racun apa yang sudah dia minum, Helen merasa bahwa gadis bernama Yuki itu adalah dirinya?! Dan setiap kali pria itu memanggil nama Yuki, dia merasa bahwa pria itu memanggilnya!

Bodoh! Itu ide tergila yang pernah dia miliki! Bagaimana mungkin dia dan Yuki adalah orang yang sama? Bagaimana bisa dia justru membayangkan dia adalah seorang gadis yang sekarat di pelukan kekasihnya, bukan seorang tuan putri yang hidup bahagia dengan pangeran impiannya?!

"Mungkin karena mimpi itu terus menghantuiku dan aku merasa bosan hanya menjadi seorang penonton, mungkin karena itulah aku mulai bermimpi sebagai Yuki? Heh... Bisa jadi bisa jadi..." Pikirnya dalam batin sambil bercanda.

Yuki dan dia adalah orang yang sama? Bagaimana bisa? Yuki adalah dirinya yang lain? Mustahil!

Renkarnasi? Apakah mungkin Yuki adalah dirinya di masa lalu? Hah? Konyol... Itu hal terkonyol yang pernah dia dengar! Mana mungkin ada yang namanya renkarnasi di dunia ini? Itu hanya mitos! Hanya sebuah dongeng sebelum tidur! Ditambah, masa kehidupan masa lalunya begitu tragis? Menyedihkan sekali...

Helen terus berusaha mencari seribu alasan untuk menyangkal pemikiran dan perasaan yang dia miliki tentang yuki dan mimpi itu.

Dia mulai mondar-mandir di kamar mandi... Dia terus berusaha menepis pemikiran dan ide-ide konyolnya. Tapi... Semakin dia menyangkalnya... Semakin kuat khayalan tingkat dewanya itu berlanjut.

"Aghhhh.... Sudahlah! Mungkin aku memang harus pergi ke psikolog... Atau mungkin psikiater! Aku merasa diriku sudah gila!" Teriak Helen sambil terus melontarkan sejuta keluhannya.

"Tunggu... Jika aku memeriksakan diri ke sana, bukankah sudah jelas orang-orang itu pasti akan menganggapku gila? Mereka akan berpikir aku mengalami halusinasi berat, gangguan mental dan masalah kejiwaan lainnya? Mereka mungkin akan mengirimku ke rumah sakit jiwa? Aghhh... OMG... Helen... Oh Helen... Betapa jenius sekali, kamu Helen... Saking jeniusnya kau hampir menggali liang kuburmu sendiri!"

Helen terus menggeruntu... Hingga mengejek dirinya sendiri. Dia hampir menghabiskan 2 jam di kamar mandi hanya untuk bertingkah dan berpikiran konyol tanpa mendapatkan hasil apapun dan kini jam telah menunjukkan 04.46 subuh!

Jika saja ada orang lain di rumah itu. Menyaksikan tingkahnya berbicara sendiri sambil mondar-mandir, pasti mereka akan berpikir Helen memang sinting! Apa lagi dia membicarakan hal-hal yang tak masuk akal. Mereka akan berpikir Helen terlalu banyak membaca manga, novel dan menonton film atau drama.

"Gggggrruuukkk..."

"Ugh... Sial!" Sumpahnya dalam hati. Bagaimana bisa perut ini malah berbunyi sekarang?!

Helen lalu sadar bahwa dia sudah menghabiskan waktu terlalu lama di kamar mandi tanpa hasil... Jika saja perut laparnya ini tidak mengeluarkan bunyi, mungkin dia akan menghabiskan seharian di dalam sana.

"Hmmm, sudahlah. Masalah mimpi dipikirin nanti aja, yang terpenting sekarang, sarapan apa yang harus aku buat pagi ini?" Pikirnya dalam hati.

Helen lalu menyeret kaki malasnya melangkah kembali ke dapur dan mulai fokus menyiapkan sarapan pagi serta keperluannya untuk berktifitas hari ini.

Hari ini pun, akan menjadi satu dari lembaran baru di dalam hidupnya ....

"Semangat, Helen!!!" Sorak Helen, sembari menyemangati dirinya sendiri.

avataravatar
Next chapter