webnovel

Prolog

"Aku percaya takdir benang merah itu nyata."

—Vano De Gabriel

Lagi dan lagi. Benang merah itu terlihat samar namun nyata. Rasanya tidak mengikat sama sekali, tapi benang berwarna merah darah itu mengikat di ujung jari kelingkingku. Pernah suatu hari aku menggunting benang itu, tapi yang terjadi adalah benang itu tidak bisa digunting sama sekali.

Aku pernah membaca dan mencari tahu tentang benang yang terlilit di jari kelingkingku ini. Ternyata benang merah yang terikat di tanganku ini merupakan benang merah dari takdir yang dimana menghubungkan aku dengan seseorang di luar sana yang menjadi takdirku kelak.

Memang itu hanyalah mitos. Tapi kenapa aku bisa melihatnya dengan jelas ? Benang itu terkadang sesekali tegang dan sesekali juga mengendur. Entah, aku tidak paham apa maksudnya. Aku mencari terus menerus dengan siapa benang yang ada di jariku ini tersambung, namun sampai saat ini tidak pernah aku menemukan seseorang yang terhubung dengan benangku.

Apa memang belum waktunya ? Atau bagaimana ?

###

"Satu yang saya tahu, takdir itu di tangan Tuhan."

—Brian Rey Hegan

Konyol sekali jika harus mempercayai mitos yang tak terbukti kejelasannya. Kenapa orang-orang gemar sekali menggelembungkan mitos daripada realita.

Saya pernah mendengar tentang sebuah takdir dari benang merah.

Ingin sekali saya tertawa untuk orang-orang yang mempercayai hal itu. Mana mungkin hanya dengan sebuah benang menjadikanmu sudah terikat dengan orang yang akan menajdi pendamping hidupmu. Mana mungkin.

Katanya saya pernah dengar juga jika benang yang dimaksud itu berwarna merah darah dan terikat di jari kelingking.

Mana buktinya ?

Jari kelingking saya tidak ada sebuah benang yang terikat. Tidak ada apa pun. Yang saya percayai hanyalah satu, takdir itu di tangan Tuhan.

Next chapter