3 Brothers

Mungkin sudah setengah jam Dirga bertingkah seperti itu setelah dirinya sampai rumah. Bahkan sampai seragam pun belum berganti dengan pakaian rumah.

"Ga" panggil sang ibu sambil mendorong pintu yang sedikit tidak tertutup hingga menimbulkan deritan kecil. "Ada apa denganmu ? Kenapa bertingkah aneh seperti itu ?".

Ibunya terkejut kala melihat anak laki satu-satunya itu sedang menggigit bantal guling serta seprai kasur yang berantakan karena tendangan asal Dirga. Jarang sekali anaknya bertingkah seperti itu, bahkan hampir tidak pernah.

Dirga yang menyadari kedatangan sang ibu sesegera mungkin mengatur ekspresinya dan menyuruh ibunya duduk di kasurnya. "Eh Mama, sini" titahnya dengan menepuk-nepuk kasur.

"Ada apa sih ? Tidak biasanya anak Mama sesenang itu." Ibunya tersenyum hangat. Ia bisa merasakan betapa senangnya perasaan putranya itu sekarang. "Coba ceritakan".

Senyum merekah dari bibir lelaki itu hingga menampilkan sedikit gigi kelincinya serta guratan pada pangkal hidung. "Chika tadi bilang jika Dirga tampan". Ok, sang ibu sudah tau penyebab putranya bertingkah aneh.

"Baru dibilang 'tampan' saja sudah seperti gorila kegirangan" ledek sang kakak yang entah sejak kapan sudah berdiri di ambang pintu kamar adiknya itu. "Jangan terlalu senang. Dia hanya memuji, tidak menaruh hati" imbuhnya sambil melipat tangan didepan dada.

"Kakak bisa diam tidak ?!" protes Dirga

Yang diprotes hanya memberi jawaban dengan menjulurkan lidahnya sambil mengejek sang adik terus-terusan. "Dasar anak kecil" ujarnya selagi pergi dari kamar sang adik.

"Kau memang tampan, sayang. Anak Mama cantik dan tampan"

"Tapi ini tu berbeda Ma. Tiga bulan Dirga mengenal Chika, sekalipun dia tidak pernah bilang Dirga tampan" jelasnya pada sang ibu.

Ibu Dirga tertawa lirih. Dirinya heran, semudah itu Chika membuat hati putranya senang. Padahal jika Dirga bercerita tentang gadis itu, dia hanya menceritakan sifat Chika yang sangat kekanak-kanakan. "Sudah bilang pada Chika jika kau menyukainya ?"

"Belum" jawab Dirga tertunduk lesu. "Dirga takut Chika akan menjauhi Dirga" lanjutnya.

Sang ibu membelai lembut rambut putranya. "Kau tidak akan tau jika belum mencobanya".

Dirga menegakkan kepala, ada setitik harapan dibalik kalimat ibunya. Benar, dia tidak akan tau jika tidak mengatakannya dulu pada Chika. Lagipula dia kan laki-laki, ditolak itu hal biasa. Dia bisa mencobanya sampai hati Chika benar-benar menerimanya sebagai pasangan. Tiba-tiba matanya terbelalak saat melihat jam dinding di kamarnya dan berlari menuju kamar mandi. "Astaga aku ada janji dengan para abang!"

"Apapun yang membuatmu senang, pasti Mama dukung" gumam sang ibu.

***

"Ahh..." desah pria dengan jaket coklat kulit itu. "Aku lelah sekali". Tubuhnya dipenuhi keringat. Kentara sekali dibagian pelipis dan lehernya.

"Bang, perhatikan desahan mu itu, disini banyak para gadis" tegur pria yang lebih pendek darinya.

Pria bertubuh tinggi itu langsung menutup mulutnya. "Oh iya, maafkan aku".

Tujuh pria itu baru selesai menampilkan penampilan mereka. Ya, mereka Nanda, Septian, Yogi, Haikal, Jamal, Tomi, dan Dirga. Septian dan Yogi merupakan mahasiswa yang baru selesai wisuda, mereka sedang menunggu hasil interview kerja. Nanda dan Haikal mahasiswa semester akhir. Jamal dan Tomi merupakan mahasiswa semester awal. Dan Dirga paling muda diantara mereka.

Awal pertemuan mereka karena konser Ariana Grande. Dirga dan Septian sudah cukup lama kenal, karena ayah mereka memang berteman. Yogi teman satu organisasi Septian saat kuliah.

Sebenarnya Dirga yang ingin menonton konser artis ternama itu, Septian pikir menonton konser berdua dengan Dirga bisa-bisa menjadi pusat awal keributan, karena keduanya memang sering bertengkar karena hal kecil. Jadi mengajak Yogi mungkin akan membantu—walaupun sedikit.

Haikal juga menyukai Ariana Grande, namun karena sahabat dekatnya—Nanda lebih suka sesuatu yang menenangkan, mereka hanya datang diluar stadion saja.

Selesai menonton konser, tentu saja Dirga, Septian, dan Yogi datang ke sebuah kafe dekat stadion untuk mengisi perut. Saat membicarakan bagaimana jalannya konser tadi, Haikal yang mendengar pun ikut menimbrung karena tertarik.

Selang beberapa bulan setelah pertemuan itu, mereka semakin akrab. Bahkan memiliki kebiasaan yang sama.

Untuk Jamal dan Tomi, mereka adalah penyanyi kafe yang sering dikunjungi Dirga, Septian, Yogi, Haikal, dan Nanda. Bahkan saat itu, Dirga sempat berkolaborasi dengan dua penyanyi kafe itu. Akhirnya Dirga mengajak Jamal dan Tomi untuk bergabung bersama Dirga dan yang lainnya.

"Bang, aku ingin ke kamar mandi dulu" ucap Dirga pada keenam pria yang sudah dianggap saudaranya sendiri.

Baru sebentar Dirga meninggalkan kursi, ponselnya berbunyi, menampilkan panggilan video seseorang. Jamal sempat melirik ponsel milik Dirga, tertera nama 'Red Jelly' disana. Setelah panggilan itu mati, kontak 'Red Jelly' mengirimkan sebuah pesan.

'Kak, kenapa tidak dijawab video call nya ?'

Hm.. sepertinya menggoda Dirga mengasyikkan—batin Jamal.

.

.

.

bersambung...

avataravatar
Next chapter