40 Bab 40. Menyesal

Refleks ia kembali mencoba menyerang wanita tua itu secara mebabi buta dan hasilnya nihil, mana dalam tubuhnya seperti terbelenggu oleh sesuatu. Hal itu berlangsung beberapa detik ketika beberapa rantai api melilit kedua tangan, kaki, dan lehernya. Masing-masing rantai berasal dari ujung garis yang berada pada pijakan kelima pria bertopeng itu.

"Mau menipuku?" wanita tua itu kembali bersuara.

"tsskk, tidak semudah itu menggunakan mana jika mantranya sudah aktif. Mau tahu kenapa kekuatanmu tidak berfungsi? itu karena jiwa-jiwa makhluk yang sudah diserap oleh lingkaran itu telah memutus rantai dalam tubuhmu yang bersinggungan langsung dengan manamu, ya sudah ratusan bahkan ribuan nyawa, hebat bukan? dan selanjutnya adalah giliranmu anak muda, Hahahahahaha."

"Ibu, cepat tinggalkan tempat ini!" teriak Wan Lie berusaha menoleh dan mendapati tatapan lemah Fu Xie lan.

"Sudah cukup main-mainnya anak muda," suasana semakin mencekam dan sangat gelap seperti pada saat malam hari.

Wanita itu kemudian membuka mulutnya sangat lebar seperti hewan buas yang ingin memangsa sesuatu.

Wan Lie merasakan tubuhnya perlahan melemah, rasa sakit yang ia rasakan mulai menjalar dari kaki hingga ubun-ubunnya. Rasa sakit itu semakin lama semakin terasa dan membuatnya tak bisa bertahan.

Sementara di sisi lain, Fu Xie Lan dengan napasnya yang melemah menyaksikan semuanya dengan sangat jelas, tanah yang menopang kepalanya sudah basah dengan air mata. Ia tidak menyangka bahwa kesepakatan konyolnya yang sangat egois berakhir dengan membawa petaka bagi orang lain. Perasaan tidak rela dan sakit hati melihat pemuda itu kesakitan membuat dirinya meradang. Cahaya yang berbentuk bintang bintang kecil menguap ke udara dan memasuki mulut wanita tua itu, itu adalah mana alami yang berada di dalam tubuh Wan Lie. Fu Xie Lan panik namun tidak bisa berbuat banyak. Meskipun Wan Lie tidak mengeluarkan suara sedikitpun namun ia sangat jelas tahu bahwa pemuda itu menahannya sekuat tenaga hanya karena tidak ingin membuatnya khawatir.

Ia tidak bisa menyaksikan ini lebih lama lagi.

"Seseorang, kumohon tolong aku," ratapnya dalam hati.

"Maafkan aku ibu," lirih Wan Lie namun masih bisa ditangkap oleh indranya.

"Tidaaakkkk," teriak Fu Xie Lan ketika melihat pemuda yang selalu memanggilnya ibu kini kehilangan kesadarannya.

"Tidaaakk, kumohon biarkan dia hidup, aku mohon," Fu Xie Lan teriak histeris, ia bersusah payah mendekati keberadaan wanita tua itu dengan menyeret tubuhnya.

Perubahan yang dapat disaksikan dengan mata telanjang terjadi pada wania itu, tubuhnya tidak lagi membungkuk, keriput di kulitnya juga ikut menghilang.

"Hentikaaannn," teriak Fu Xie Lan kembali, kali ini ia sudah mencapai wanita tua itu dan berhasil mendorongnya menjauh.

"Aku tidak begitu suka jika ada yang mengganggu kesenanganku."

Berhasil, wanita itu menghentikan kegiatannya, dan kembali beralih kepada Fu Xie lan, memegang dagunya dengan sangat kuat membuat Fu Xie Lan meringis kesakitan.

"Jalang kecil, bagaimana jika aku menyantapmu sebelum mengahabisi pemuda itu?" ujar wanita itu kemudian mengencangkan cengkramannya pada dagu Fu Xie Lan.

Fu Xia Lan ingin berontak namun tak bisa bergerak sedikitpun dan hanya bisa pasrah. mungkinkah hidupnya memang hanya sampai di sini? bagaimana balas dendamnya pada kerajaan Zu? bagaimana nasib jiwa lain yang tersegel di dalam tubuhnya?

Energi kehidupan berwarna hijau dan coklat perlahan mulai keluar dari mulut Fu Xie Lan menuju telapak tangan wanita tua itu, wanita itu berencana menjadikan mana gadis kecil yang sedang menatapnya lemah sebagai stoknya di masa depan.

"Eh?" ucapnya mengernyit ketika merasakan mana yang berasal dari tubuh Fu Xie Lan

"Menarik, seharusnya tadi aku menyantapmu terlebih dahulu," tambahnya lagi seperti sedang menyesali perbuatannya.

***

Dua pria memasuki perbatasan bangsa Wizard secara bersamaan. Mereka terbang beriringan melawan arah angin yang sedang bertiup. Dari atas tampak bangunan-bangunan para penduduk yang berjejer rapi, beberapa padang rumput yang ditumbuhi ilalang juga memasuki pandangan, arus sungai yang meliuk-liuk dan hutan-hutan lebat dengan beberapa bukit tandus yang tampak memisahkan diri terpampang jelas di depan mata.

"Momo tidakkah kamu pikir ingin beristirahat sejenak? sayapku sudah sangat lelah," ujar pria bersurai hitam. Ya, mereka adalah para pengawal Bai, Bai Mo dan Bai Xue.

Bai Mo hanya melirik tanpa adanya niat untuk merespon. Tugas mereka baru saja selesai dan sudah seharusnya mereka memberikan laporan sesegera mugkin.

"Momo, kamu tidak mendengarku? sayapku sangat lelah," ucap Bai Xue mengulangi.

"Berhenti bersikap seperti anak kecil, lagipula ini bukan pertama kalinya bagi kamu."

Mendapat respon yang tidak diinginkannya membuatnya tidak menyerah, ia kemudian terbang ke sisi kanan Bai Mo kemudian ke sisi kiri, hal itu ia lakukan beberapa saat untuk menggoda temannya itu.

"Aku pikir mungkin kamu masih bisa terbang dengan jarak ratusan mill," ujar Bai Mo merasa terganggu.

"Sebentar saja, boleh ya?"

"Tidak!" tolak Bai Mo untuk kesekian kalinya.

Tiba-tiba dari arah berlawanan seekor burung gagak menghampiri mereka. Hinggap pada jari telunjuk Bai Mo. Burung itu diam beberapa saat seperti sedang menyampaikan sesuatu padanya kemudian menguar ke udara dan menghilang. Itu bukan burung asli melainkan kabut asap hitam yang sangat padat menyerupai seekor burung.

"Apa yang di sampaikannya? apakah ada sesuatu?" tanya Bai Xue penasaran

"Kurasa kita memang perlu beristirahat sejenak," ucap Bai Mo tanpa menoleh kepada Bai Xue

"Eh? kenapa tiba-tiba? apa yang disampaikan burung itu?" ia tahu bahwa burung itu adalah ciptaan Lord Gu.

"Tidak ada yang begitu penting,"

"Baiklah, kuharap juga begitu,"

"Lihat! bukankah itu adalah pusat kota Phillony?" tunjuk Bai Xue saat melihat bangunan akademi phoenyx.

"Kurasa benar."

"Kenapa sangat ramai?"

Bai Mo hanya mengangkat bahunya sebagai tanda bahwa ia juga tidak tahu. Perlahan mereka terbang merendah untuk memudahkan mereka mendarat ke tanah.

"Momo, ini benar Kota phillony bukan? mengapa aku merasa seperti berada di konta Kanca?" ucap Bai Xue ketika melihat beberapa kaum keluar masuk gerbang akademi phoenix.

Mendengar pembicaraan orang-orang yang lalu-lalang membuat mereka tidak butuh waktu lama untuk mengetahui bahwa hari ini sedang dilakukan pury test. Mereka kemudian mencari tempat yang cocok untuk beristirahat dan bersantai.

***

"Menarik, seharusnya tadi aku menyantapmu terlebih dahulu," tambah wanita tua itu lagi seperti sedang menyesali perbuatannya.

Perasaan sakit layaknya sedang dikuliti hidup-hidup membuat Fu Xie Lan berteriak pasrah. Napasnya mulai memburu, keringat dingin mulai bercucuran membasahi tubuhnya, urat lehernya ikut muncul di permukaan. Rasanya sakit sekali, seperti sesuatu di renggut secara paksa dalam dirinya. hal itu terjadi beberapa detik membuat tubuh Fu Xie Lan semakin melemah dengan kesadaran yang juga ikut memudar.

Ketika ia merasa sudah berada pada penghujung kesadarannya, ia merasakan seluruh tubuhnya sangat panas, pusing mendera dengan perasaan mual ikut menambah penderitaannya sebelum kegelapan benar-benar merenggutnya.

Gelombang mana yang sangat besar tiba-tiba membuat wanita tua itu terkejut.

"MENURUTMU, APA YANG SEDANG COBA KAU LAKUKAN?" gadis muda yang ia yakin sekali telah kehilangan kesadarannya kini membuka matanya dan menatapnya tajam. refleks ia melepas dan menghentikan segala aktifitasnya.

Manik violet yang dimiliki gadis itu kini berubah warna menjadi biru safir dan menatapnya nyalang, dengan senyum smirk terpatri di bibirnya.

"LAMA TAK BERJUMPA, PENYIHIR TERKUTUK."

avataravatar
Next chapter