1 arc 1.1 terbangun

Triiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing!!!

Sura yang sangat berisik terdengar, perlahan aku membuka mata dan melihat anak-anak dengan seragam sekolah membawa tas mereka keluar dari ruangan.

"Dimana aku?" ucapku lirih saat mencoba untuk mengetahui tempat aku berada saat ini.

Aku melihat sekeliling dan mendapati banyak bangku dan kursi berjejer rapi, lalu sebuah papan besar terpajang di dinding. Sementara banyak pula anak berseragam di ruangan ini sedang mengobrol dengan anak yang lainnya.

"Sekolah?" ruangan yang sangat mirip dengan ruang kelas yang dulu aku tempati. Tidak, ini terlalu mirip. Bahkan aku mengenali beberapa anak yang dulu adalah teman satu kelas.

"Sial sebenarnya apa yang terjadi" aku memegang kepalaku yang mulai terasa pusing karena terlalu keras memikirkan kenapa aku ada di sini. Aku mencoba mengingat apa yang bisa aku ingat.

Ingatan terakhir yang bisa aku ingat hanyalah saat mobil yang aku kendaraan menunggu antrian jalan tol. Saat menunggu aku mendengar suara tabrakan dari belakang, mobilku berguncang keras dan setelah itu aku tidak ingat apapun.

Apa aku terkena kecelakaan? Lalu kenapa aku ada disini? Sebenarnya ini dimana?. Kepalaku semakin sakit saat memikirkan ini.

Saat aku bingung dengan situasi yang aku hadapi, tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundakku dan saat aku menoleh, aku memilih seorang gadis yang sudah sangat lama aku ingin berjumpa.

"miki?" aku terdiam saat melihat temanku saat masih SMA.

"Hay hay, Miki di sini" balas gadis itu dengan senyum lebar diwajahnya.

Dengan cepat aku memeluk gadis itu, lalu air mata mulai mengalir saat aku memanggil nama teman masa kecilku berulang ulang.

Mendapat reaksi yang tidak terduga, Miki menjadi kaget dan tidak tau kenapa aku tiba-tiba memeluk dan menangis. Bukan hanya Miki tapi semua anak yang masih berada di dalam kelas juga heran melihat aku tiba-tiba menangis.

.

.

.

.

.

30 menit kemudian.

Setelah aku tenang, Miki membawaku keluar kelas. Saat ini kami berada di tempat parkir sepeda.

"Mou, bikin kaget saja tiba-tiba nangis gitu" ucap gadis yang memiliki rambut putih keemasan sebahu itu sambil menyerahkan kopi kaleng yang dia beli dari mesin penjual otomatis.

"hik" sambil menghapus air mata, aku mengambil kopi kaleng yang Miki berikan padaku.

Gluk

Aaah rasa manis dari susu dan pahitnya kopi membuatku merasa lebih baik. Setelah itu Miki terus bertanya kenapa aku tiba-tiba menangis. Tapi aku mencoba untuk membohonginya dengan berbagai alasan.

Setelah merasa cukup tentang, kami memutuskan untuk pulang. Miki terliha masih khawatir padaku tapi aku mengatakan tidak apa-apa.

Melewati jalan perkotaan yang biasa aku lewati semasa SMA. Aku menatap teman baikku yang seharusnya sudah meninggal karena kecelakaan pesawat, lalu kenapa dia ada di depanku sekarang?.

Sepanjang perjalanan aku terus memikirkan kenapa ini terjadi, seakan aku telah kembali kemasan lalu.

'kembali ke masa lalu? Bukankah sangat konyol?'

Aku mencoba berbagai kemungkinan yang biasa saja terjadi padaku saat ini.

Apakah ini mimpi? Tidak, karena aku merasa sakit saat aku mencubit pipiku sebelumnya.

Apakah seseorang telah menculikku dan melakukan eksperimen aneh pada tubuhku? Itu malah lebih konyol dari pada dugaan tentang kembali ke masa lalu.

Haaaaah ini membuatku bingung.

.

.

.

.

Kami tiba ditengah kota, gedung-gedung pencakar langit berjejer bagai hutan beton dengan penduduk yang padat dan sibuk dengan urusan mereka sendiri.

kami berdua berhenti di perempatan karena menunggu lampu merah untuk menyebrang. Banyak juga orang yang menunggu seperti kami. Saat menunggu aku melihat papan reklame yang memperlihatkan iklan.

"7 Juni 2043!!! Aku kembali 5 kemasan lalu"

Kemudian aku memperhatikan kerumunan orang-orang yang berlalu lalang. Mereka terlihat tidak khawatir akan apapun. Seakan mereka merasa aman. Tapi itu akan segera berubah jika memang ini adalah masa lalu yang pernah aku jalani.

Lalu apa yang harus aku lakukan jika aku benar-benar kembali kemasan lalu?. Memperbaiki kesalahan yang kubuat?, menjadi lebih baik dari aku yang dulu?. Atau mungkin aku bisa menjadi seorang pah….

[Restream online, game vr terbaru akan diluncurkan secara resmi pada 10 juni. Dengan stok vgear terbatas telah dipasarkan seluruh dunia. Tunggu apa lagi segera pesan sekarang]

Suara iklan dari layar periklanan membuatku tersadar dari lamunanku.

"Ah itu dia. Tempat pelatihan" gumanku saat melihat ikan yang menunjukkan sebuah helem yang merupakan alat untuk bermain game.

Di kehidupanku sebelumnya, aku adalah seorang pemain game restream online. Game yang kelak menjadi nomor satu di industri game virtual reality. Itu disebabkan restream online bukanlah game biasa.

Restream online, Avatar pemain bisa mempengaruhi tubuh pemain di dunia nyata. Karena itulah game ini disebut sebagai tempat latihan untuk orang yang ingin menjadi lebih kuat. Di masa itu seluruh penduduk dunia, perempuan atau laki-laki, tua maupun muda diharuskan menjadi pemain game ini.

Itu dikarenakan serangan dari makhluk asing yang hampir memusnahkan peradaban manusia. Tapi itu berhasil dicegah atas usaha para top player game restream online yang telah mendapatkan banyak kekuatan dari game tersebut.

Mungkin jika aku menjadi seorang top player, hidupku akan lebih baik dari kehidupanku yang dulu.

"Ya sudah di putuskan"

Aku segera berbicara pada Miki untuk menemaniku pergi ke mal yang terdapat sebuah toko penjual vgear.

.

.

.

.

"uwoooo, akhirnya Vivi tertarik pada hal lain selain belaja" Miki segera ribut saat aku mengajaknya mengunjungi toko nanastec, sebuah toko terkemuka yang menjual berbagai peralatan gaming.

"Hemm, bukankah vgear ini cukup mahal" Miki menatap sebuah vgear seharga 22 juta yang terpajang di etalase toko.

Di kehidupan sebelumnya aku juga berpikiran sama. Sehingga aku hanya tertarik untuk bermain game ini setelah 3 tahun peluncuran. Itu menyebabkan ketinggalan yang sangat jauh hingga tidak mungkin untuk mengejar dari pemain lain.

"Tidak apa, jika dibandingkan dengan manfaat yang akan dihasilkan dari alat ini, uang segitu sangat murah" ucapanku saat mengambil sebuah vgear dari rak. Miki hanya kebingungan dengan apa yang aku katakan.

Lalu aku menjelaskan jika game ini juga bisa dijadikan tempat untuk mencari uang, karena pihak developer game memperbolehkan para pemain melakukan transaksi penjualan dengan uang real.

"Jadi vivi mau jadi gamer profesional?"

"Tidak"

"Hemmm?"

"Aku akan menjadi yang terkuat"

"Fueeeee, Vivi keren"

Setelah itu Miki kembali memelukku. Ah itu benar-benar perkataan yang cukup memalukan bukan. Walaupun mungkin sangat mustahil tapi apa salahnya membidik peringkat teratas, karena menjadi yang terkuat di dalam game restream online berarti menjadi yang terkuat di dunia.

Ya kurasa aku memang harus membidik untuk menjadi yang terkuat.

bersambung

.

.

.

.

(Tolong kasih komentar, biar author semakin semangat)

avataravatar
Next chapter