1 Prepare a New Life

"Kau yakin, Becc?" Suara itu membuat gerakan nya terhenti.

"Yakin, Mah, lagi pula untuk apa aku menerima tawaran si Bagas itu. Cih! Kita keluarga terpandang juga lho, Mah. Jangan lah kita mengandalkan tu orang terus." Jelas Becca, hingga membuat Rita sang ibu hanya bisa menganggukan kepalanya.

Karena Rita sangat tahu, sifat sang anak yang sangat keras kepala itu. Jadi mau tidak mau, dirinya harus mengiyakan semua yang Rebecca pinta.

"Kau kenapa juga, tidak mau bantu papah di perusahaan? Kan lebih mudah, tidak perlu lah kau jauh-jauh ke negeri seberang." Rita masih berusaha membujuk tipis-tipis Rebecca.

Ia menghela nafas berat nya, karena Rita yang mengulang kembali perkataan itu.

Walaupun kedua orang tuanya mempunyai Perusahaan yang cukup besar, dan bergerak pada bidang kosmetik.

Tidak membuat Becca ingin bekerja bersama dengan mereka, karena selama 21 tahun ini, dirinya sudah merasa tertekan dengan semua tuntutan orang tua yang harus selalu sempurna.

Dan sekarang, adalah waktunya untuk Becca berhenti dan terlepas dari semua tuntutan orang tua, untuk memulai hidup baru.

"Udah lah, Mah. Aku sekarang mau mencoba berdiri di kakiku sendiri, masa aku mau minta terus ke papah. Apalagi soal kerjaan. Mamah mau anak nya dibilang kerja karena dapat dari orang dalam?" Becca menatap Rita, dengan dalam.

"Halahhh, kau juga berangkat kesana pakai uang papah mu!" Rita terkikih dan meninggalkan Becca yang masih mem packing semua baju-bajunya.

"MAMAH! INI UANG TABUNGAN AKU LAAAA!" Becca berteriak untuk membela harga dirinya, walaupun benar uang tabungan nya juga berasal dari uang papahnya.

Meskipun sebagian besar uang Papah nya berada dalam rekening Becca, namun uang diri nya sendiri juga tidak kalah banyak.

Hasil keringat nya sendiri, yang menjadi salah satu talent dari agensi model ternama di Jakarta. Dan tentunya tanpa sepengetahuan orang tua nya, kecuali Rey yang berperan sebagai manajer pribadi nya.

**

"Jangan cintai aku, apaa adanya jangaaan..."

Suara sendu dari Tulus membuat Becca teringat dengan hubungan nya bersama Bagas, karena Becca menganggap bahwa Bagas terlalu baik untuk dirinya, hingga membuat Becca tidak berkembang saat bersamanya.

Alasan yang sangat klasik, bukan? Tapi percayalah menjalani hubungan seperti itu sangat tidak nyaman.

Karena pasangan kita selalu berkata bagus untuk semua hal yang kita kerjakan, terlepas hal itu baik atau buruk hasil nya.

Sementara Rebecca adalah seorang yang haus akan krisan (kritikan dan saran), agar membuatnya berkembang layaknya adonan donat.

"Kita sudah sampai, Bu."

Ucapan itu membuat Becca keluar dari bayang-bayang masa lalu nya.

"Terima kasih, Pak." Balas Becca seraya memberikan uang tip, karena supir itu membantu mengeluarkan koper nya.

"Becca!" Ia menoleh karena ada suara cempreng yang ia kenali.

"Lo tega, ninggalin gua?" Tanya Rey, adik dari Becca yang masih mengenakan seragam sekolah nya.

Nafas nya masih terengah-engah, akibat ia berlari menuju Becca yang jauh di depan.

"Kau bisa nyusul, bukan?" Becca bertanya kembali pada Rey, yang masih mengatur nafas nya.

Becca mengelus rambut adik nya tersebut, karena perasaan bersalah yang meninggalkan nya.

Karena Becca tahu, bahwa Rey adalah orang yang sangat ingin keluar dari rumah mewah untuk mencari kebebasan, layaknya Becca saat ini.

Namun apa boleh buat, usia Rey yang masih 17 thn, dan belum dipercayai oleh Rudi, papah nya.

Karena syarat untuk keluar dari rumah, dan memulai kehidupan baru adalah usia 21thn, dan Rey kurang 3 tahun lagi, demi kebebasan dirinya.

"Gue take off dulu yaaa, mepet soalnya." Ujar Becca seraya meninggalkan Rey yang sedang menyeruput ice boba nya.

Sesampai nya di kursi bussenis class nya, Becca mematikan ponsel sesuai peraturan pesawat.

"Im so sory, Mah, Pah." Ujar nya seraya memejamkan mata.

"Becca! Kau harus cumlaude ya! Lulus 3,5 tahun juga harus!" Suara ketus dari Rudi membuat Becca muak, dan tidak berselera menyantap makan malam nya.

"Kau mau kemana? Papah belum selesai ngomong lho ya!" Rudi masih meninggikaan suara nya.

"Mau ngomong apalagi? Planning aku sama kok kaya yang papah mau. Aku juga mau lulus cumlaude dan 3,5 tahun. Aku juga sedang berusaha lho, Pah. Papah gak tau kan gimana stress nya aku revisi di tengah malam sampai dini hari? Gak kan? Papah cuman bisa menuntut hasil, tanp ngasih dukungan apa-apa, kecuali uang!" Becca yang tersulut emosi, juga kini meninggikan suara nya.

Namun dirinya tidak bisa menahan air mata nya, yang kali ini sudah membasahi pipi merona nya.

"Becc..." Panggil Rey untuk menguat kan Becca.

"Becca mau cari udara sehat, bye Rey, Mah." Pamit nya dengan memalingkan wajah.

Tap tap tap

"Reyyy! Becca tolong!"

"Can i help you, miss?" Becca sangat terkejut saat membuka matanya dan langsung melihat wajah cantik dari pramugari airlines nya.

"Fine, thxyou." Balas Becca dengan gagap.

Ia memijat pelipis nya, dengan harapan menghilangkan kepeningan nya.

Karena memory yang selama ini ia lupakan, kembali menghantui diri nya.

Becca bercermin pada layar ponsel nya, dan langsung tersenyum tegas layak nya jagoan.

"Bye Indonesia, welcome a new life in Singapore..." Batin nya kesenangan saat mengetahui akan sampai ke negara impian nya.

**

Sesampai nya di apartemen yang sudah ia sewa selama 1 tahun, Becca langsung membersihkan diri untuk bersiap melakukan wisata kuliner nya.

LINE~

Notifikasi itu membuat langkah nya mundur kembali, "annoyed!" Gumam Becca seraya memblokir akun dari Bagas, yang masih menghubungi dirinya.

Becca berjalan kembali, menuju kamar mandi untuk berendam dengan air Singapore yang padahal sama saja dengan air di Indonesia, tapi menurut gadis itu mempunyai feel yang berbeda, karena kini ia bebas berendam sesuka nya tanpa mendengar ocehan dari orang tua nya.

Tidak lupa, Becca juga mengambil beberapa foto untuk diunggah ke sosial media dengan tujuan, untuk pamer ke seluruh followers nya.

TING

TING

TING

Dentingan itu terus menerus berbunyi, seolah menemani rutinitas berendam Becca.

Hingga akhirnya, satu dentingan notifikasi yang membuatnya bergegas meraih ponsel nya.

"Shit! Lupa hide si Rudi." Batin nya mencerca dirinya sendiri.

"Hallo, Pah."

"Kau kok sudah sampai, malah langsung update di instagram. Bukan nya kasih kabar ke keluarga dulu." Suara itu merusak mood nya.

"Kan papah juga udah lihat, trs apa yang salah? Aku tadi udah telfon mamah, tapi gak ada jawaban." Becca membela dirinya sambil mengikat tali baju handuknya.

"Sudah lah, Becc. Kau alasan terus. Papah sudah mentransfer sejumlah uang untukmu."

Tut tut tut

Becca mendengus kesal, karena Rudi mematikan sambungan nya begitu saja, "didikan mu ya tidak benar, wahai bapak Rudi yg terhormat." Pekik nya.

Pantulan cermin, menampilkan sosok gadis yang mempunyai tubuh yang sering disebut body goals, rambut panjang nya yang basah semakin menambah aura nya.

"Haii, Rey. Aku mau ke Bugis lhoo...."

"Bla bla bla bla bla" Balas Rey, agar tidak mendengar celotehan Becca, yang ingin pamer pada nya.

Membuat Becca terkikih, sambil mengancingkan celana ripped jeans nya.

"Kau kesana sendirian kah, Becc?" Tanya Rey, sekaligus menghentikan serangan lebah nya.

"Iyalahhh! Mau ama siapa juga." Jelas Becca.

"Yaaa kasian, punya duit banyak, bebas, tapi jomblo!" Goda Rey, dan langsung menutup panggillan Becca, untuk menghindarkan amukan dari sang Kakak.

"Astaga! Bapak sama anak sama aja, suka nya matiin telfon!" Ujar Becca, sambil memoles lipstik bewarna merah pada bibirnya di depan cermin.

avataravatar