1 Prolog

Jatuh cinta padamu memang patah hati paling sengaja yang selalu ku lakukan. Hal terbodohnya adalah aku tak bisa untuk berhenti jatuh pada pesonamu itu.

"Enak ya jadi buku, bisa dipegang dan dilihatin terus sama lo."

Gadis berambut pendek itu mendongak lalu tertawa kemudian, netranya menangkap cowok tinggi dengan senyuman khasnya yang kini sedang berusaha mengalihkan fokusnya.

"Kalo lo mau dilihatin tinggal duduk depan gue sih, ngapain mau jadi buku?"

Ikut tertawa, cowok itu menarik kursinya dan duduk menghadap sang gadis. "Jadi buku tuh enak kayanya deh."

Menatapnya dengan kerutan di dahi, ia menutup novelnya dan beralih pada objek di depanya. Penasaran juga akan dibawa kemana perbincangannya kali ini.

"Kenapa gitu?"

"Bikin sebuah buku itu butuh perjuangan, apalagi buku pelajaran. Belum sampai isi bukunya saja yang butuh perjuangan, tapi covernya pun benar-benar menguras waktu dan fikiran loh."

Sang gadis semakin mengerutkan dahinya. Tidak faham akan penjelasan dari orang yang sedang duduk di depanya kini.

"Apasi? Gue ngga paham lo ngomong apa."

Memajukan badanya sedikit, ia menyentil dahi sang gadis sampai sang empunya dahi meringis. "Gue heran kenapa lo bisa masuk kelas excellent, tapi perkataan se-simpel itu aja lo ga bisa faham maknanya."

"Suruh siapa ngomongnya belibet banget, gue mana faham yang kaya gitu." Sang gadis menggerutu sebal, sambil sesekali mengusap dahinya yang terasa sedikit panas, ia kembali mengambil novelnya yang tadi sudah tergeletak di atas meja kantin.

Kembali mencari bagian yang sudah ia tandai sedang ia baca tadi, ia menatap sengit ke arah cowok yang justru memandangnya geli. Melihat itu ia mendengus dan berusaha fokus membaca novelnya.

Jangan asal memasukan seseorang di dalam hati, sebab orang itu akan menjadi sang penganggu jika saja semuanya tak berjalan dengan lancar. Cukup lihat dulu, apa dia berniat sekadar bertamu atau justru menetap dalam hatimu.

Fokus sang gadis kembali teralihkan ketika bukunya ditekan ke bawah. Menatap cowok yang kini menatapnya dengan pandangan datarnya.

"Apa lagi?"

Tanpa membalas tatapan sadis dari gadis di depanya kini, ia justru menampilkan senyum tipisnya. "Jadi bagaimana? Apa kamu sudah memilih pelabuhan mana yang akan kamu singgahi?"

avataravatar
Next chapter