webnovel

Permainan Telah Dimulai

Itu adalah hari yang cerah dengan langit biru tanpa awan, membentang luas di angkasa bagai laut tanpa batas. Matahari bersinar terik, memanggang orang-orang yang tersebar di muka bumi, membuat mereka meneteskan keringat karena panasnya. Meski panas terik, orang-orang terus melanjutkan aktivitas mereka dan menjalani hidup seperti biasanya, tidak ada yang istimewa, hanya menambahkan beberapa kata keluhan akan cuaca dalam percakapan mereka.

Di kantin sekolah, sekelompok siswa tengah asyik bercakap-cakap sambil sesekali menyeruput minuman dingin di gelas mereka. Cuaca panas tampaknya tidak memengaruhi antusiasme dalam percakapan mereka. Mereka berbicara dengan suara yang nyaring dan berisik sambil sesekali tertawa ketika menemukan topik yang lucu. Di tengah percakapan mereka, salah satu siswa menyadari bahwa seseorang baru saja memasuki kantin dan berjalan menuju kelompok itu.

"Adit, darimana saja kamu?" Angga yang memperhatikan, menyapa pendatang baru itu, membuat teman-temannya yang lain menoleh.

Orang yang baru datang, Aditya, teman sekelas mereka, mendecakkan lidahnya dengan ekspresi kesal, "Aku habis dari kantor," jawabnya.

"Ngapain kamu ke kantor?" siswa lain yang bernama Frenky bertanya penasaran. Lagi pula, Aditya bukan tipe siswa yang sering berurusan dengan guru, dia juga bukan tipe siswa yang akan dipanggil karena melanggar peraturan sekolah. Aditya adalah seorang siswa rata-rata yang dan tidak menonjol, di kelas nilainya juga berada di peringkat tengah. Jadi, guru biasanya tidak terlalu memperhatikannya.

Aditya akan membuka mulutnya untuk menjawab, tapi ia disela sebelum sempat melakukannya. "Hey, ada apaan tuh di luar?" salah satu siswa, Gilang, menunjuk kerumunan yang berisik di luar kantin, membuat siswa lain serta Adit menoleh. Mereka memperhatikan bahwa para siswa tengah berkerumun sambil menengadahkan kepala mereka menatap langit. Penasaran, enam orang, Aditya, Frenky, Gilang, Bayu, Angga, dan Candra, yang merupakan teman sekelas, pergi keluar. Bersama siswa lainnya, mereka semua tercengang menatap langit dengan perasaan kagum.

Di langit yang cerah, tirai cahaya berwarna-warni bersinar dengan megah dan cantik. Warna pada tirai cahaya itu berubah dari waktu ke waktu, menyajikan pertunjukan cahaya yang memukau. Tidak salah lagi, itu adalah aurora. Tapi, aurora seharusnya hanya terjadi di kutub utara atau kutub selatan yang dingin tertutup es dan salju, bukan di negara tropis. Terlebih lagi, saat ini sedang musim panas dan matahari yang terik masih dapat terlihat di balik tirai cahaya memukau. Lalu, mengapa dan bagaimana aurora muncul di langit pada saat ini?

Pada saat itu, Candra memperhatikan sesuatu mulai terbentuk dalam pandangannya. Garis transparan perlahan muncul dan membentuk sebuah gambar persegi, itu sangat samar dan hampir tak terlihat. Tapi, perlahan gambar itu menjadi lebih jelas dan nyata. Setelah gambar yang muncul tiba-tiba itu selesai, garis-garis lain mulai terbentuk di dalam gambar persegi sebelumnya, garis itu membentuk sebuar huruf, dan kemudian, huruf merangkai menjadi kata.

「 Nama: Candra Wijaya

Level: 0

Title: -

<Statistik>

Strength: 1- Agility​: 1-

Intelligence: 1 Vitality: 1

Poin Statistik Bebas: 0

<Skil>

Pasif: -

Aktif: -

<Peralatan>

Weapon: -

Armor: -

<Quest>

1. Awal Yang Baru

Tujuan: Raih level 1 dengan meningkatkan

semua statistik yang ada menjadi

setidaknya 1.

Keterangan: Era lama telah berakhir dan era

baru telah tiba. Untuk bertahan di era baru

ini, kekuatan adalah kuncinya. Jadi,

tingkatkan kekuatanmu dan bertahan dari

cobaan yang ada 」

Candra menatap kaget pada apa yang ada di depan matanya, dia mengedipkan matanya beberapa kali dan membelalakkan matanya dengan rasa tak percaya. 'Apa ini,' dia bertanya dalam hati, 'apakah ini, stat karakter game?'

Tampaknya Candra bukan satu-satunya yang melihat hal mencengangkan itu. Keributan pecah, banyak siswa di kerumunan menjadi panik dan takut. Namun, ada juga beberapa yang justru merasa senang dan penasaran, salah satunya adalah teman sekelasnya, Bayu.

"Wow, gila!" kata Bayu, "apakah ini artinya dunia telah menjadi game dan monster akan muncul, seperti dalam novel-novel mainstream itu?" dia tampak sangat bersemangat.

Frenky, yang ada di sebelah Bayu, memiliki ekspresi wajah yang tidak menyenangkan, "Diam kamu!" seru Frenky, "Memangnya kalau monster bener-bener muncul, kamu mau apa? Bisa berantem juga enggak." Frenky marah pada Bayu yang mengatakan hal-hal menyeramkan itu dengan bersemangat.

"Ya, maaf. Kamu kan tau kalau aku suka baca novel genre begitu, jadinya ya semangat aja pas muncul yang begini." Bayu meminta maaf kepada Frenky yang tampaknya kesal pada ucapannya. Memang, Bayu memiliki hobi membaca novel online, terutama novel dengan genre fantasi dimana dunia tampaknya berubah menjadi semacam permainan dan setiap orang memiliki "Stats Menu" untuk bertarung dengan para monster yang tiba-tiba bermunculan.

"Serius, ini sangat tidak masuk akal. Tidak mungkin, kan, sesuatu seperti ini terjadi di dunia nyata?" kata Angga. Tampaknya dia masih tidak percaya pada apa yang terjadi meski telah melihatnya secara pribadi dengan mata kepalanya sendiri.

Untuk pertanyaan Angga, Gilang menanggapi, "Ya, biasanya memang tidak mungkin. Tapi, karena sudah terjadi dan buktinya ada di depan mata, jadinya, ya, mungkin-mungkin saja."

Sesuatu seperti dunia yang tiba-tiba berubah menjadi permainan memang mustahil dan tidak masuk akal untuk terjadi di dunia nyata, itu hanya bisa terjadi di dalam novel. Tapi, sesuatu yang mustahil itu kini telah terjadi di dunia nyata. "Stats Menu" yang biasanya ada dalam permainan, telah muncul di depan mata mereka. Semua orang telah melihatnya. Jadi, jelas itu bukan hanya ilusi. Setiap orang memiliki statistik dan ada nama mereka di atasnya.

"Tapi, kalau memang dunia telah menjadi permainan, apakah monster benar-benar akan muncul dan menyerang manusia? Buakankah itu artinya kita semua dalam bahaya?" tanya Aditya.

"Memang gawat kalau itu terjadi. Tapi sepertinya, itu memang akan terjadi. Lagi pula, sudah ada stat dan bahkan Quest." tanggap Candra.

"Hah, Quest!?" Bayu menegaskan kata-kata yang baru saja di katakan Candra, "Kamu dapat Quest? Quest seperti apa?" tanya Bayu.

Mendengar pertanyaan Bayu, Candra bingung dan bertanya balik, "Kamu tidak mendapat Quest?" Candra menoleh kepada yang lain dan bertanya, "Bagaimana dengan kalian, apakah kalian mendapatkan Quest?"

Atas pertanyaan Candra, teman-temannya yang lain menggelengkan kepala mereka secara bersamaan. Tampaknya, hanya Candra yang mendapatkan sebuah Quest. Hal ini membuat Candra bingung. Menilai dari konten Quest, dia tampaknya mendapatkan Quest karena statistiknya yang terlalu rendah untuk bahkan mencapai level satu. Tapi dia tahu bahwa Gilang memiliki fisik yang lebih lemah dari pada dia dan meskipun Gilang lebih cerdas dari dirinya, itu tidak terlalu jauh. Karena itu, dia sekali lagi bertanya, "Kalian semua level berapa? Dan bagaimana dengan stat kalian?"

"Aku level 0. STR, AGI, dan VIT ku semuanya 1, tapi INT ku 1-" jawab Frenky. Angga juga menjawab, "Aku juga level 0 dan stat ku sama seperti milik Frenky." mereka berdua memiliki level dan statistik yang sama.

Candra menoleh dan menatap tiga lainnya dan bertanya, "Bagaimana dengan kalian?"

Aditya, Bayu dan Gilang mengatakan level dan statistik mereka satu persatu. Mereka semua memiliki level 0 dimana Aditya dan Bayu mendapatkan mendapatkan minus pada AGI dan INT nya, sedangkan Gilang mendapatkan minus pada STR dan VIT nya. Tidak ada satupun dari mereka yang memiliki level 1. Jadi, tampaknya Quest tidak di berikan pada Candra karena levelnya yang sangat rendah.

"Memangnya, apa isi Quest yang kamu dapat?" tanya Bayu. Dia sangat penasaran dengan Quest yang diterima oleh temannya. Dia sangat antusias sekaligus iri ketika mengetahui bahwa temennya mendapatkan sebuah Quest. Bagaimanapun, dia sering membaca novel dimana karakter utama mendapatkan Quest atau Item yang kemudian membuat karakter utama itu menjadi jauh lebih kuat dari orang lain. Karena itu dia juga ingin mendapatkan sebuah Quest.

"Di sini dikatakan bahwa aku harus meningkatkan levelku dengan cara membuat semua statistikku menjadi satu." jawab Candra.

"Meningkatkan statistik untuk naik level?" tanya Gilang, "Itu artinya kita tidak akan memperoleh statistik dengan cara naik level, tapi sebaliknya, kita harus menaikkan statistik kita agar kita dapat memperoleh level." itu berbeda dengan mekanisme dalam permainan. Dalam permainan, pemain biasanya harus membunuh monster untuk mendapatkan EXP, ketika EXP mereka penuh, pemain akan naik level dan mendapatkan poin statistik yang dapat mereka alokasikan ke dalam berbagai stat, sesuai dengan kelas karakter yang mereka mainkan.

"Mungkin karena ini adalah kenyataan," tanggap Aditya, "karena itu, kekuatan keseluruhan yang kita miliki menentukan level kita dan bukan sebaliknya. Lagi pula, tidak ada bar EXP dalam stats menu."

Ketika mereka sedang asyik berdiskusi, suara kepala sekolah yang berbicara melalui mic disiarkan ke seluruh sekolah.

[Kepeda semua siswa, seperti yang kalian tahu. Dikarenakan ada situasi yang tidak terduga, sekolah memutuskan bahwa kegiatan mengajar akan diakhiri saat ini dan sekolah akan diliburkan hingga pemberitahuan lebih lanjut. Semua siswa diharapkan langsung pulang ke rumah masing-masing dan jangan berkeluyuran. Sekian, terimakasih.]

Pada pengumuman yang disampaikan oleh kepala sekolah, semua siswa, termasuk Candra dan teman-temannya menanggapinya dengan kembali ke kelas untuk mengemas barang mereka dan bergegas meninggalkan sekolah.

Dalam perjalanan menuju ke rumahnya, sebuah teks tiba-tiba muncul di hadapan Aditya.

<New Quest>

***

Semua siswa telah pergi meninggalkan sekolah, para guru juga pulang satu demi satu. Saat ini, hanya ada guru matematika yang sedang membereskan barang-barangnya di kantor dan bersiap untuk pulang juga.

Ketika guru matematika sedang sibuk memasukkan berbagai buku ke dalam tasnya, dia mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Penasaran dengan siapa yang masih ada di sekolah selain dia, dia berbalik ke belakang. Namun, dia segera disambut oleh hantaman dari batang besi.

Suara hantaman dan sesuatu yang retak bergema di dalam kantor, tapi tidak ada yang mendengarnya kecuali sang pelaku. Meninggalkan sosok yang berbaring tak berdaya dalam genangan darah tanpa ada tanda-tanda kehidupan.