webnovel

10- Wujud Jiwa sang Naga (Part 02)

Gadis itu tersenyum pada Odo. Dari senyuman itu, anak berambut hitam tersebut hanya menanggapi dengan memasang wajah datar dan berkata, "Honey Trap?" Bereaksi dengan perkataan Odo, gadis yang tiba-tiba muncul tersebut mengibaskan kucir sebelah kanannya dan seakan ingin memamerkan kecantikannya.

"Hem, kalau Naga Hitam bisa membuat jebakan seperti itu, berarti dia jenius," suara Auto Senses dalam kepala Odo.

"Ya, dia bisa sangat jenius bisa tahu seleraku."

Gadis remaja berambut perak itu menggerakkan ekor dengan ujung seperti mata tombak ke kanan dan kiri, dan terlihat memasang wajah bingung ingin mengatakan sesuatu. Sorot mata biru terang gadis itu terlihat tajam karena pupil matanya terlihat seperti hewan reptil.

"Dia loli, ya?" ucap Odo.

"Ya .... Dilihat dari manapun dia memang Loli-Flat."

"Bersyukurlah wahai anak manusia, kamu telah membebaskan diriku ini dari Kutukan Kegilaan sang Dewa Iblis!" ucap gadis berambut perak yang melayang di udara itu. Mendengar nada yang sengat angkuh itu, Odo menyipitkan mata dan memasang wajah datar karena akal sehatnya tidak mau menerima apa yang didengar.

"Manusia, kenapa tadi engkau bicara sendiri?" tanya gadis remaja itu. Odo baru terkejut setelah loading cukup lama, dengan panik anak berambut hitam tersebut berdiri, lalu melangkah mundur.

"Ke-Kenapa kamu ketakutan, memangnya diriku semenakutkan itu sampai-sampai kamu harus menatap diriku seperti begitu?"

Odo benar-benar kebingungan dengan pertanyaan yang dilontarkan gadis tersebut. Memikirkan berbagai kemungkinan, Odo memaksakan diri untuk bertanya, "Kau Naga Hitam itu, bukan?"

"Dari sudut pandangmu,diriku memang Naga Hitam yang kamu lawan tadi."

"Ini ... Jebakanmu? Atau ... strategi untuk melawanku?"

"Sebelum berspekulasi, kenapa kamu tak berusaha mendengar perkataanku dulu, manusia?"

Odo teridam, lalu memalingkan wajah dan berdiskusi dengan Auto Senses tentang kemungkinan tipu muslihat yang ada. Di saat melakukan hal itu, di mata gadis tersebut Odo benar-benar terlihat seperti orang yang sedang bicara sendiri dan karena hal tersebut Ia tersenyum ringan.

Setelah selesai berdiskusi dengan Auto Senses, Odo menatap gadis naga itu dengan tatapan datar. "Baiklah, engkau boleh bicara," ucap Odo dengan nada angkuh seakan ingin bersaing dengan cara bicara gadis di hadapannya. Melihat itu, gadis naga tersebut tidak bisa menahan tawanya. Tawa gadis naga itu terlihat sangat alami di hadapan Odo, tidak terlihat akting untuk menjenak atau sejenisnya.

"Kamu sangat aneh, manusia .... Huh, biarlah. Lagi pula kamu adalah orang yang membebaskanku dari Kutukan Kegilaan itu, tidak ada gunanya bersaing dengan hal yang kurang penting kurasa."

Gadis itu menyibak kucir kanannya, lalu membusungkan dada ratanya dengan sedikit angkuh. "Diriku adalah putri sulung Dewa Naga, Zialina Seliari Urganisalinez!" ucapnya dengan meninggikan intonasi di bagian nama. Odo hanya memasang wajah datar mendengar nama itu, Ia benar-benar tidak kenal dan tidak tahu.

"Hemp." Gadis naga itu memalingkan wajahnya. Seraya melirik ke arah Odo, Ia berkata, "Bukan salahmu tak tahu mana yang anggun dan mulia ini. Manusia sekarang pasti tidak ada yang tahu sosok sebenarnya sang Naga Hitam yang ditakuti mereka."

Perkataan itu membuat Odo mengesampingkan pemikiran kurang penting lain, lalu menatap tajam gadis naga itu. Seraya memberikan tatapan mengintimidasi, Odo bertanya dengan nada menekan, "Kau ..., masih ingat apa yang kau lakukan selama menjadi naga, ya?"

"Tentu saja diriku masih ingat. Meski wujud itu merupakan bentuk buruk dari Kutukan Kegilaan, diriku dengan jelas masih mengingat semuanya. Saat diriku pertama kali dikutuk bersama dua saudaraku oleh Dewa Iblis, dan menjadikan kami bertiga naga yang gila akan kehancuran ..., saat kami bertiga membantai seluruh klan Naga Surgawi kami sendiri ..., dan saat kami membunuh Ibu dan Ayah kami sendiri .... Kamu tahu, Kutukan Kegilaan yang diberikan Dewa Iblis sangatlah kuat, tetapi tidak menghilangkan kesadaran kami. Itu hanya memberikan dorongan luar biasa untuk membuat kehancuran dan menyerang segala apa yang ada di sekitar ..., segala-galanya ...."

Odo memasang wajah tak peduli dengan penjelasan dramatis tersebut, itu tidak menjawab pertanyaannya dan malah menambah pertanyaan lain dalam pikiran. Menghela napas dan memasang wajah malas, Odo kembali bertanya, "Dewa Iblis? Maksudmu Dewa yang menjadi nenek moyang para Iblis Kuno, Odrania ... Karln Ilmika Spirculo, 'kan?"

"Ya .... Sang pembawa malapetaka dan merupakan dalang dibalik peperangan Dewa dan Iblis. Nenek moyang Raja Iblis, dan merupakan sosok yang membawa kehancuran tatapan utopia saat itu ...."

"Akh, terserah saja, bukan itu yang ingin aku tahu .... Kau tahu, Seliari ..., yang aku tanya itu apakah engkau masih ingat saat kamu masih dalam bentuk naga dan melawanku saja. Tak usah tambah penjelasan yang tak penting .... Bikin bebanku bertambah saja ...."

Terduduk dengan kedua kaki terselonjor ke depan, anak berambut hitam itu terlihat sangat penasaran dengan apa yang dikatakan sang Putri Dewa Naga. Sudah menjadi sifat dasar Odo menjadi orang yang mudah penasaran, itu ada pada dirinya bahkan sebelum reinkarnasi. Menghela napas dan memalingkan wajah sekilas, Odo pada akhirnya menyerah pada ras penasaran dan bertanya.

"Aku akan mendengarkan ceritamu .... Curhat saja sepuasmu, aku akan mendengarkannya. Pasti ada unek-unek atau semacamnya ... setelah terbebas dari Kutukan yang membuatmu gila selama ribuan tahun, 'kan? Katakan saja ...."

"Kenapa ... kamu yakin berkata seperti itu?" Seliari melayang turun ke permukaan dan duduk bersimpuh di atas lantai putih.

Menatap datar ke arah gadis naga tersebut, Odo melipat kakinya dan mengubah posisi duduknya menjadi duduk bersila. "Kamu ... menangis, loh ...."

"Eh ...? Aku ....?" Gadis naga itu segera menyeka air mata yang mengalir tanpa disadarinya dengan lengan pakaiannya, itu semakin banyak dan menetes dengan sangat jelas. Wajahnya memang terlihat tidak sedih dan memasang senyum kaku, tetapi perasaan memang tidak bisa disembunyikan dengan mudah. Masa lalu yang kelam saat masih terkena Kutukan Kegilaan, meski telah terbebas, ingatan penuh rasa bersalah dan penyesalan dengan jelas mengisi dirinya.

Melihat itu, Odo merasa sedikit iba padanya. Meski situasi yang ada sekarang sangat tidak masuk akal setelah mendengar fakta bahwa Naga Hitam adalah seorang Putri dari Dewa Naga yang dikutuk menjadi gila oleh Dewa Iblis, tetapi Odo memang merasa hal yang sangat tidak asing dengan apa yang diderita oleh Putri tersebut. Seliari adalah korban, dari sebuah masa kelam untuk membuka sebuah zaman baru yang ada sekarang. Memikirkan berbagai hal lainnya, Odo semakin ingin mendengar gadis naga itu berbicara, mempertimbangkan paling tidak hal tersebut bisa meringankan kesedihan gadis tersebut.

"Bicara saja ..., aku akan mendengarkanmu ...."

Mendengar perkataan itu, Seliari mengangguk satu kali. Sesudah mengusap air mata yang mengalir, Ia menatap Odo dengan sorot mata yang berkaca-kaca, lalu mulai bercerita dengan perasaan yang meluap keluar tak terbendung.

Seliari merupakan anak dari Dewa Naga, putri sulung dari tiga bersaudari. Awal dari dirinya dan kedua saudarinya dikutuk adalah karena pihak klan Naga Agung yang tinggal di perbatasan kayangan dan dunia iblis menolak tawaran sang Dewa Iblis untuk bergabung dalam kudeta untuk menjatuhkan tatanan kekuasaan para dewa. Hal tersebut terjadi sebelum Perang Dewa dan Iblis pecah, merupakan salah satu sebab para Naga dicap sebagai ras kejam dan beringas. Raja Iblis yang marah pada Dewa Naga mengutuk ketiga putri naga tersebut dengan Kutukan Kegilaan dan menghancurkan klan Naga Agung. Ketika putri yang terkena kutukan berubah menjadi beringas, dengan seketika mereka melakukan transformasi naga di istana Dewa Naga.

Transformasi yang dimiliki ras Naga Agung bukanlah perubahan tubuh fisik dari tubuh humanoid menjadi naga, tetapi lebih seperti membuat Mana dalam jumlah luar biasa banyak keluar dari tubuh dan mengeras menjadi sebuah bentuk naga secara fisik. Transformasi yang ada lebih semacam mengenakan zirah berbentuk naga raksasa, dengan tubuh humanoid dikompres menjadi Inti Sihir dan ditanamkan dalam bentuk perubahan naga yang tercipta. Karena pengaruh dari kutukan yang ada, transformasi ketiga putri Dewa Naga berbentuk sangat mengerikan dan sangat menyimpang dari bentuk sejati ras Naga Agung yang mulia. Pada saat transformasi dalam bentuk yang menyimpang itu, apa yang dilakukan ketiga putri Dewa Naga adalah skenario terburuk yang bisa terjadi dari Kutukan Kegilaan yang ditanamkan oleh Dewa Iblis.

Mereka bertiga membantai klan mereka sendiri, memakan Dewa Naga dan Ibu mereka sebelum sempat berubah menjadi bentuk naga, lalu membantai seluruh anggota klan Naga Agung tanpa pandang bulu. Kekuatan ketiga Putri Naga sangatlah kuat dan dahsyat, semua naga yang ada tidak ada yang bisa menandinginya karena mereka telah menelan Dewa Naga dan merebut kekuasaannya. Diantara ketiga Putri Dewa Naga, yang paling kuat adalah Seliari yang telah menelan Dewa Naga sendiri. Dengan jelas Seliari mengingat saat-saat dirinya dan kedua saudarinya membantai klan Naga Agung. Meski samar, Seliari ingat sensasi mulutnya saat mengunyah Ibu dan Ayahnya sampai remuk dan ditelannya. Cakar dan ekornya digunakan untuk membunuh saudara lainnya, dan napas apinya untuk membakar istana dan menghancurkan sarang para naga tinggal.

Setelah membantai klan mereka sendiri, ketiga naga itu bertarung satu sama lain layaknya makhluk gila. Saling memangsa satu sama lain, terus merebut kekuatan satu sama lain, dan tanpa henti-henti bertarung. Kekuatan mereka sangatlah dahsyat, bahkan pS beberapa peperangan di zaman itu ada yang harus dihentikan karena ketiga naga itu bertarung satu sama lain. Setelah Perang Dewa dan Iblis selesai dengan pihak kayangan keluar sebagai penang, ketiga putri naga itu masih sering bertarung satu sama lain dan membuat kehancuran di berbagai daratan. Bahkan setelah Dewa Iblis binasa, beberapa benua hancur, daratan mengapung dari dasar laut, gunung meletus dan menghancurkan peradaban, sebuah peradaban terbentuk kembali dengan lahirnya raja-raja baru lahir, tatanan baru lahir, tetapi Kutukan Kegilaan sama sekali tidak melemah.

Melihat nasib naas ketiga putri Dewa Naga itu, salah satu Dewa kayangan berusaha menghilangkan kutukan, tetapi tak bisa secara penuh. Pada akhirnya, dengan kesepakatan para Dewa, ketiga putri Dewa Naga itu dibuang ke pelosok Dunia Astral menggunakan sihir perpindahan dimensi. Beberapa tahun setelah dibuang, salah satu putri naga, Seliari, kembali dari pelosok Dunia Astral dan sering menembus perbatasan dimensi dan pergi ke dunia nyata, itulah asal mula reputasi Naga Hitam yang amat buruk. Karena tidak ada yang sepadan dengannya di dunia nyata dan tubuhnya secara fisik terikat dengan Dunia Astral, Naga Hitam tidak betah lama di dunia nyata dan lebih sering bersemayam di sekitar Lembah Api di Dunia Asrtal yang makhluk penghuninya kaya akan Mana dan Ether ada banyak melimpah.

Mendengar cerita Seliari, Odo hanya diam dan tetap duduk bersila mendengarkan. Anak berambut hitam yang tangan kirinya hilang itu tidak memberikan perkataan untuk menghibur Putri Sulung Dewa Naga itu atau berusaha menenangkannya saat bercerita penuh kesedihan dan penyesalan. Odo paham, hal itu bukanlah sesuatu yang bisa dimengerti olehnya dengan mudah, oleh karena itu dirinya memilih untuk tetap diam. Menarik napas dan bangun, anak berambut hitam itu menatap Seriari dengan datar.

"Sudah lebih baik, 'kan?"

"Hmmm." Seliari mengangguk, lalu berdiri seraya mengusap air mata dengan kedua tangannya.

"Ada kalanya dengan bicara bisa meringankan beban, kalau dipendam terus malah bikin stres. Aku memang tak tahu apa yang kau rasakan sekarang, tapi yang pasti ... aku sedikit tahu kalau itu sangat menyakitkan .... Kurang lebih ..., aku tahu itu ...."

Odo memalingkan wajah, lalu berbalik dari Seliari. Menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya, Odo bertanya tanpa menatap wajahnya, "Jadi, sekarang kau mau apa setelah terbebas dari Kutukan Kegilaan itu?"

Putri Naga terdiam, Ia menundukkan wajah dan terlihat seperti tak punya semangat hidup. Odo yang melirik ke arahnya bisa memaklumi hal tersebut. Setelah membunuh seluruh keluarganya sendiri dan mengacau selama ribuan tahun, meski itu dalam pengaruh kutukan, rasa sakit dan penyesalan memang sangat berat baginya. Odo tak memahami apa yang dirasakan oleh makhluk berumur panjang itu, tetapi memikirkan dirinya dalam situasi Seliari, dirinya pasti tidak tahan dan mungkin memilih untuk dendam pada dunia yang memberikan takdir tidak adil tersebut.

"Dia ..., sama sekali tidak membenci dunia, ya .... Sungguh, sangat berbeda denganku," pikir Odo. Anak berambut hitam itu merasa sedikit menyesal dengan kehidupan sebelumnya dimana dirinya terus mengeluh dan menyalahkan lingkungan.

Bernapas berat sekali lagi, Odo berbalik dan menghadap Putri Naga tersebut. Dengan tatapan datar, anak laki-laki berambut hitam itu bertanya, "Boleh aku tanya? Kenapa tiba-tiba kutukanmu bisa hilang? Bukannya para Dewa saja tidak bisa melepas kutukan itu, bukan?" Pertanyaan itu bukanlah diucapkan untuk sekedar ingin tahu saja, tetapi juga untuk mengubah suasana hati Putri Naga.

"Itu ..., mungkin karena aku berada di dalam Inti Sihirmu .... Karena pada dasarnya Kutukan terlalu kuat melekat pada bentuk fisik nagaku, setelah masuk ke dalam tubuhmu ..., kemungkinan kutukannya semakin melemah. Yah, tubuh nagaku itu memiliki sifat semacam pengikat yang sangat kuat .... Terlebih lagi ..., alasan terbesarnya mungkin adalah itu ...."

Seliari menunjuk pohon hijau yang ada beberapa belas meter di belakang Odo. Anak berambut hitam itu berbalik melihat pohon tersebut, lalu memasang wajah bingung dengan apa yang dikatakan Seliari.

"Memangnya ada apa dengan pohon itu?" tanya Odo.

"Itu salah satu bagian dari Pohon Keramat, bukan?"

"A ...." Odo langsung teringat penjelasan Reyah akan hal tersebut.

"Pohon itu merupakan salah satu komponen penyuci yang terkenal sejak dahulu kala. Meski beberapa telah hancur pada masa peperangan kuno, tapi tetap saja khasiat dan sifatnya tak berubah sama sekali. Berkat itu ..., diriku berhasil menyingkirkan Kutukan Kegilaan ...."

"Kurasa aku tidak rugi banyak disosor Dryad berahi itu," gumam Odo seraya berbalik ke arah Seliari

"Hmmm?"

"Ngomong-omong, setelah ini kau mau apa? Sekarang kau hanya wujud Jiwa, bukan?"

"Aku akan tinggal di sini."

"Hah?"

"Aku akan tinggal di sini."

"Aku dengar, gak usah diulang ...."

Odo memalingkan wajah, lalu menghela napas dengan wajah sangat malas karena merasa Deja Vu yang sangat tidak asing dengan percakapan makhluk berumur panjang.

"Begini ya, Putri Naga .... Kau pikir aku akan membiarkanmu tinggal di dalam tubuhku? Asal kau tahu, aku adalah putra dari pemimpin pasukan yang menyerangmu belum lama ini ...."

"A ..., sungguh!? K-Kau anak pemimpin para prajurit manusia itu? A-Apa Ayahmu baik-baik saja!?" tanya Seliari dengan panik.

Melihat reaksi itu, Odo sedikit bingung. Ia berjalan mendekat dan tepat di depan Putri Naga, lalu berkata, "Dia selamat .... Tapi, karena itu ada kota dan wilayah yang mengalami krisis persediaan pokok besar-besaran karena kekalahan itu. Ya ..., jujur saja itu bukan salahmu, aku tahu itu. Tapi ya, bukan berarti aku ada alasan untuk membiarkan makhluk berbahaya sepertimu terus berada di dalam Inti Sihirku ...."

"Apakah kamu .... tidak percaya padaku?"

"Ya ..., aku tidak percaya .... Karena itu, berikan alasan yang bisa membuatku percaya. Apa keuntunganku kalau membiarkanmu tetap ada dan tidak memusnahkanmu?"

Seliari paham akan perkataan tersebut, anak berambut hitam di hadapannya sedang memberi kesempatan padanya, oleh karena itulah dia bertanya seperti itu. Menarik napas dan memantapkan diri, Putri Sulung Dewa Naga itu menjawab, "Aku bisa memberimu kekuatan dan mengolah Alam Jiwamu ini untukmu."

Jawaban yang keluar lebih dari yang diharapkan Odo, ada beberapa yang menambah rasa penasaran dalam benak anak tersebut. "Mengolah Alam Jiwa? Memangnya ada yang kurang dari tempat ini ....?"

"Eh?"

"Eh?"

Mereka berdua kebingungan satu sama lain, ada hal yang tidak sesuai dalam pengetahuan mereka. "Mungkin ini sedikit menyinggung masalah personalmu, tapi boleh aku tahu ... kenapa Alam Jiwamu bisa sangat kosong? Apa karena pohon itu tumbuh di dalam dirimu?" tanya Seliari.

"Kurasa bukan. Memangnya ada apa? Apa kalau kosong masalah?"

"Bukannya ada masalah ..., tapi hanya saja ...."

"Hanya saja apa?"

"Alam Jiwa itu merupakan perwujudan dari mimpi dan harapan pemiliknya yang membentuk dasar konstruksi sihir .... Kalau tempat ini tidak ada apa-apa ..., berarti kepribadianmu itu ....."

"Polos dan suci ...?" ucap Odo dengan nada percaya diri.

"Bukan .... Kemungkinan besar ..., kamu tidak benar-benar punya tekad sendiri dan pandangan akan masa depan. Dengan kata lain ..., kosong .... Persis seperti tempat ini."

Samar-samar apa yang dikatakan Seliari itu sangat menusuk Odo, dia benar apa adanya. Meskipun anak berambut hitam itu sering berkata dan berpikir tentang tekad dan harapan, tetapi pada dasarnya itu hanya salinan dari apa yang sering didengarnya dari lingkungan. Seperti halnya dirinya sebelum reinkarnasi, Odo adalah orang yang memiliki sifat tergantung dan terus bergerak karena pengaruh orang di sekitarnya, tidak ada tindakan yang diambil atas dasar murni dari inisiatif dan tekadnya sendiri.

"Hmmm, ngomong-omong aku belum memperkenalkan diri, ya. Namaku Odo Luke, panggil saja Odo."

Melihat anak berambut hitam di hadapannya tiba-tiba memperkenalkan diri di situasi itu, Seliari merasa ada yang janggal dari kepribadiannya. Putri itu menatap lurus mata Odo, mencoba mencari tahu sifat anak tersebut.

Memalingkan wajah dan memasang wajah sedikit muram, Odo menghela napas dan kembali menatap Seliari dengan tatapan yang diubah santai dengan cepat. "Kalau begitu, aku setuju dengan tawaranmu, kau boleh tinggal di tempat ini," ucap Odo.

Bagi Seliari, itu terdengar seperti memang Odo memang tidak ingin membahas apa yang sebelumnya dikatakan. Odo terlihat ingin menghindari hal yang sangat sensitif baginya.

"Ya ..., terima kasih ...."

Dengan perasaan aneh yang masih tertinggal dalam benak Seliari, pembicaraan mereka berakhir sementara dan dimulai lagi dengan hal-hal yang sangat berbeda. Mereka berbicara tentang sihir, sejarah, dan berbagai hal lainnya yang bisa dikatakan kurang penting di situasi tersebut. Putri Naga sadar, bahwa pembicaraan yang ada sangat diarahkan oleh Odo, dan terasa sangat tak ingin membahas masalah personal. Pada saat pembicaraan tidak dirasa kurang penting itu, Odo juga bertanya pada Seliari alasan mengapa sosok naga yang bahkan bisa membuat peperangan besar terganggu bisa dikalahkan dengan mudah. Pada saat itu, Putri itu menjawab kalau kesadarannya memang sudah perlahan pulih mengingat Kutukan Kegilaan telah dikurangi kekuatannya oleh salah satu Dewa Kayangan, karena itulah saat Odo melawannya, Seliali secara tidak sadar saat berubah menjadi Naga Hitam tidak mengenakan kekuatan penuhnya.

Berbicara lama dengan Odo, Putri Naga itu semakin paham sifat anak tersebut. Seliari merupakan makhluk berumur panjang, bahkan sebelum terkena Kutukan Kegilaan umurnya sudah mencapai ratusan, karena itu dirinya sudah mengenal banyak makhluk hidup yang memiliki sifat beraneka ragam, dan dalam hal tersebut Odo tidak dapat dimasukkan dalam kategori manapun. Sifat asli anak tersebut sangat abstrak, terasa bukan hanya sekedar kosong, tetapi sengaja dibuat kosong, itulah yang dirasakan Putri Naga darinya.

Next chapter