3 Bab 2 : Talking with a god

Ruangan serba hitam, dengan lantai kaca dan bayang-bayang api di bawahnya yang menyala terang tanpa membuat panas lantai kaca tersebut. Hanya ada, sebuah altar kaca megah yang mengkilap bercahaya merah dari api di bawah. Diatas altar yang megah itu berdiri sesosok berwujud humanoid besar, dengan tongkat trisula dan memancarkan aura yang mengerikan.

Menatap ke bawah, adalah jiwa jiwa dengan bentuk jiwanya dan pakaian terakhir yang ia pakai sebelum kematiannya. Pria di usia mudanya yang baru saja bunuh diri dengan alasan yang konyol.

"Kau! apa kau tau apa yang telah terjadi padamu, hai jiwa yang lemah?!" Suaranya menggelegar dan memberikan tekanan berat pada jiwa yang lemah.

"A-Aku, apa aku benar-benar sudah mati?" Dengan susah payah dan suara gemetar ketakutan, jiwa yang lemah berusaha bertanya.

"Ya, kau sudah mati." jawaban itu harusnya memberikan rasa putus asa pada lawan bicaranya, tapi itu hanya berlaku untuk orang normal.

"O-oh... la-lalu apa aku akan melewati reinkarnasi_" ada sedikit semangat dikalimatnya itu, tapi semangat itu hilang setelah kalimatnya dipotong,

"Tidak! Hukumanmu telah di putuskan, kau akan dibakar selamanya di neraka." dengan neraka sebagai jawabannya.

Semangatnya benar-benar hilang, kalimat 'gagal' memenuhi isi pikirannya, jiwa jiwa itu benar-benar merasa putus asa setelah mendengar jawaban sang sosok mengerikan. Ia melihat ke bawah lantai kaca itu di mana api menyala terang bergejolak. Merinding menyakitkan dan mengerikan, membayangkan ia akan berada disana.

"A-apakah kau adalah dewa yang akan menghukumku?" Ia mulai menerima kondisinya dan menyesali kegagalannya.

"Aku? Y-ya... aku adalah itu." Tapi, setelah mendengar jawaban gugup sosok dewa itu, keraguan tentang apakah ini semua nyata mulai datang kepikirannya.

"Apa aku benar-benar tidak akan berenkarnasi?" Dengan wajah muram ia menanyakan keinginannya sekali lagi.

"Tidak!!! dasar bodoh berapa kali aku harus memberitahumu! Sekarang karena kau sudah meragukanku terimalah hukumanmu yang pedih itu! kau akan langsung di kirim ke neraka dan akan merasakan sakitnya di bakar selamanya, huahahahahaha....."

Tak ada harapan, ia tau ini akan berakhir seperti itu, itulah yang dipikirkannya. Lalu saat itu juga, sebuah pintu vertikal yang terhubung ke kobaran api di bawah kaca muncul di belakang jiwa yang lemah itu, lalu sebuah rantai ditembakkan dari balik pintu yang terbuka itu dan langsung membelenggu kakinya, menyeretnya ke dalam.

"T-tidak... tidak!!!"

Neraka.

"Hahaha...."

Kobaran api raksasa tampak membakar diriny, api yang menyala itu menelan dirinya. Ia merasa putus asa, semuanya telah berakhir, mimpi untuk direnkarnasikan itu tidak akan pernah terjadi, ia mulai menyesali kenapa ia melakukaan hal sebodoh itu.

"Tidak!! tidak... Tidak... eh??" Ia berteriak memikirkan dan memikirkan kenapa bisa seperti ini? beban pikirannya semakin besar sampai-sampai ia lambat merespon dengan indranya. "tidak panas sama sekali??."

Ia baru saja menyadarinya bahwa tidak ada terasa panas sama sekali, api yang mengelilinginya hanyalah ilusi.

"Huahahahaha.... hahaha." sosok dewa itu masih tetap tertawa.

"Hey! Kau menipu ku!!!" Merasa malu dengan apa yang baru saja terjadi, ia berteriak pada sosok dewa tersebut tanpa rasa takut.

"Hahaha... kau pikir aku akan benar-benar membawamu ke neraka? Hahahaha... yang benar saja, aku tidak akan mau melakukan pekerjaan membosankan seperti itu."

Tiba-tiba semua yang terlihat di ruangan itu berubah. Kobaran api tadi menghilang dan jiwa yang lemah itu kembali berdiri di lantai kaca. Masih di dalam ruangan hitam itu hanya saja seperti tiba-tiba suasananya berubah. Itu tidak terlihat seperti berada dalam sebuah ruangan, tapi seperti di luar angkasa. Jutaan bintang, matahari dan planet muncul, mereka seperti berada di auditorium raksasa yang di bangun di luar angkasa.

"Tema luar angkasa terasa lebih pas." Kata si sosok dewa.

Wujud yang sebelumnya suram, besar dan mengerikan juga tombak trisula itu menghilang. Digantikan oleh sesosok pria berambut hitam dengan pakaian hitam seperti jas dan jubah besar. Meski wujud luarnya berubah total, tapi aura yang dipancarkannya tidak, tekanan dan auranya masih terasa menakutkan.

Lalu dua buah kursi muncul entah dari mana, tepat di samping mereka berdua sosok dewa dan jiwa itu.

"Silahkan duduk."

"Ah..ya,,"

Jiwa itu masih belum bisa menahan rasa terkejutnya dari perubahan yang baru saja terjadi. Melihat dan merasakan apa yang telah terjadi sampai sekarang, ia tak kan ragu lagi jika diberitahu bahwa wujud di depannya itu adalah dewa.

Tetapi, yang ia pertanyakan dewa seperti apakah ia itu?. Beberapa menit yang lalu ia baru saja membuatnya ketakutan akan di masukkan ke neraka, tapi ternyata itu hanya bohongan dan sepertinya dewa itu sangat menikmatinya. Tidak mungkin ia akan dimasukkan ke neraka yang sebenarnya setelah ini, ia sangat yakin itu.

"Baiklah... mari kita mulai, pertama... hmm" ia berpikir panjang sambil menutup matanya.

"... Apa yang harus kulakukan?." setelah diam cukup lama, ia masih belum menemukan jawabannya.

"Apakah ada masalah?" tanya si jiwa.

"Ah, tidak, tidak, baiklah... aku akan terus terang saja. Kau sudah mati bunuh diri, dan sepertinya kau sudah tau itu."

"Ya... aku memang melakukan itu."

"Aku juga sudah melihatnya, tapi aku ingin kau sebutkan sendiri... apa alasanmu bunuh diri?" wajahnya tiba-tiba berubah tegas.

"Aku... ingin pergi ke dunia lain dengan bereinkarnasi_." dengan jujur jiwa itu mengatakan.

"Pfft hahaha... " tapi sosok dewa itu langsung tertawa sebelum si jiwa menyelesaikan kalimatnya.

"Apa yang lucu dari itu?" ia mulai marah.

"Hahaha... apa yang lucu kau bilang? Tidak ada, tidak ada yang lucu dengan impianmu pergi ke dunia lain, tapi yang lucu itu adalah kebodohanmu. Kau tau kesempatanmu untuk berhasil bahkan kurang dari 1 persen, ah... aku yakin kau bahkan tidak memikirkan itu. Kau terlalu bodoh dan juga,... Abnormal"

"Ugh..., katakan saja, apa aku tidak akan bereinkarnasi?." jiwa itu mengabaikan komentar sosok dewa pada dirinya, tak ada yang bisa ia kritik karena itu memang benar.

"Ah.. kesampingkan dulu soal itu, aku ingin tau sedikit tentang alasan-alasan konyolmu." ia tersenyum, dan sebuah buku muncul tiba-tiba di tangan sosok dewa itu.

"Apakah ini semacam catatan penilitian? Hahaha... inikah yang membuatmu berpikir mati adalah jalan termudah untuk pergi ke dunia lain. Hahaha... bodoh sekali, kau bahkan masih bocah!"

Itu adalah buku penelitian berdasarkan novel dan film yang di buat olehnya, buku para otaku. Anak muda yang mendengar itu mukanya merah padam, karena malu dan marah. Ia tidak tahan jika impiannya di hina seperti itu, dan akhirnya ia melepaskan emosinya.

"Kau! jangan seenaknya mengejek impianku!" sekali lagi tanpa rasa takut dan melupakan siapa lawan bicaranya.

"Hueh... kau berani membentakku..." Sosok dewa itu langsung mengeluarkan tekanan aura yang lebih mengerikan lagi. Serasa jiwa muda itu akan lenyap jika di tekan lebih lama lagi.

"Ada apa... takut? Hahaha... ini pertama kalinya aku melakukan ini dan aku tidak tau ini cukup menyenangkan." sementara yang memberikan tekanan seperti itu menganggap itu menyenangkan.

"Apa maksudmu pertama kalinya?." Tanya anak muda itu.

"Mengurus jiwa-jiwa orang mati dan membimbingnya ke neraka ataupun surga, atau berenkarnasi atau di lenyapkan. Itu sama sekali bukan pekerjaanku."

"Ha?"

Si jiwa yang lemah terkejut, wajahnya bengong. Tentu saja, dalam pikirannya sebelum ia mati, mungkin ia akan bertemu dengan sosok yang mengurus kehidupan dan kematian. Namun, ia bertemu dengan dewa yang tak jelas ini. Harapannya mulai abu-abu.

"Sudah ku katakan bukan kemungkinan kau akan berhasil berenkarnasi kurang dari satu persen setelah apa yang kau lakukan untuk bunuh diri. Kau cukup beruntung untuk bertemu denganku tidak dewa-dewa pengurus yang bertanggungg jawab atas kematian dan jiwa-jiwa itu." katanya dengan bangga.

"Jadi, apakah kau bukan dewa? Dan bagaimana mungkin jiwaku bisa bersamamu?."

"Kurasa bukan, aku tidak berani menyebut diriku sendiri dewa, untuk seseorang yang dulunya adalah manusia aku tidak sesombong itu untuk menganggap diriku setara dengan dewa sekarang. Tapi ada banyak orang yang memanggilku seperti itu dan aku tak dapat menghentikannya jadi ku abaikan saja."

"Manusia?" jiwa yang lemah semakin bingung, tapi ia berusaha untuk mengabaikan kenyataan yang baru saja di dengarnya dan fokus pada apa yang akan terjadi padanya.

"Aku menangkap jiwamu saat aku sedang berjalan-jalan. Jiwamu terbang keluar dari jalur ilahi dunia mu dan menuju arah dimensi lain, kawasan absurd yang menjadi pembatas antar dunia mu dengan dunia lain.

Saat itulah aku melihatnya, kau punya keinginan yang kuat untuk pergi ke dunia lain dan jiwamu pergi kesana dengan keinginan itu. Kau tak tau bahwa melintasi batas dunia, dengan wujud selemah itu akan membuat lenyap seperti tiupan debu. Jadi pada saat itu aku memutuskan untuk menangkap dan menyelamatkan jiwamu dan membawanya ke kediamanku. Aku sudah berbaik hati mengasihani dirimu." jelasnya.

"Wauw ... apa kau semacam dewa penjaga perbatasan dunia, begitu?"

"Ah, tidak... tapi itu tak beda jauh... mungkin semacam itu."

Jiwa muda itu paham, meski masih bingun ia sudah berterimakasih, karena sepertinya ia baru saja di selamatkan dan beruntung bertemu dengan seorang dewa yang menurutnya menjaga perbatasan, sehingga akan mudah baginya untuk ke dunia lain jika mendapatkan izin dewa itu.

Ia benar-benar sudah melupakan fakta bahwa sosok yang dianggapnya dewa itu dulu juga manusia.

"Terimakasih telah menyelamatkan jiwa ku."

"ya... sama-sama."

"Lalu apakah aku akan berenkarnasi?" Tanyanya spontan. Harapannya yang tadi abu-abu sudah mulai bercahaya.

"Hm... dasar tak sabaran, itu semua tergantung usahamu..." ujar si sosok dewa.

"Maksudmu..." tanyanya.

"Tergantung bagaimana caramu meyakinkanku, aku tidak akan membuatnya menjadi mudah."

"Apa yang akan kau lakukan jika tidak menerimaku?."

"Aku akan melenyapkanmu."

Rasanya tegang, ia harus membuat kesepakatan dengan sosok dewa itu agar dapat berenkarnasi. Ia tidak punya pilihan lain selain di lenyapkan, jika ia lenyap maka mimpinya juga akan lenyap. Ia harus berpikir keras kesepakatan apa yang cocok untuk orang seperti sosok dewa tersebut.

"Aku akan... aku akan..."

Tapi tak ada satu pun ide yang muncul dipikirannya, ia mulai buntu.

"Kau akan apa... sebaiknya putuskan dengan cepat." Kata sosok dewa sambil melihat jam di tangan kirinya.

"Aku...."

TOK TOK TOK

Tiba-tiba, saat jiwa muda itu baru saja akan bicara ruang itu dan semua yang ada disana seakan berguncang dengan suara ketukan yang mirip dengan ketukan pintu raksasa. Jiwa muda itu mulai panik tapi, sosok dewa itu tetap tenang, seperti itu adalah hal biasa.

"Sayang... waktunya makan malam!" suara perempuan terdengar.

"Iya... sebentar lagi." jawab sosok dewa itu.

Apa itu adalah istrinya?. apa dewa punya istri? apa ia semacam dewa dewi yunani yang dewanya menikah satu sama lain? Apa itu adalah kesehariannya, bahkan ia juga perlu makan, itu tidak beda jauh dengan manusia, serius... apa ia benar-benar dewa?

Pertanyaan demi pertanyaan mulai memenuhi pikirannya. Tidak bisa dihindari, ia benar-benar penasaran tentang dewa ini. Siapa sebenarnya dia?

"Cepatlah... aku tidak ingin ketinggalan makan malamku." bentakan sosok dewa itu mengembalikan si jiwa dari lamunannya.

"I-iya... aku akan menawarkanmu.... membiarkanmu melihatku, menyaksikan petualangan dan cerita hidupku di dunia lain, aku akan membuat sejarah dan melakukan segalah hal yang menyenangkan dan kau bisa menontonya sehingga kau akan tertawa dan terhidup." jiwa itu akhirnya putus asa dan tak punya tawaran lain.

"Jadi, ku mohon... berikan aku reinkarnasi tanpa melenyapkan ingatan kehidupanku sebelumnya."

"Huahahahahaha... hei nak, aku bahkan dapat melakukannya tanpa kau tawarkan...haha"

"A-apakah itu tidak diterima?" setitik air mata mulai berlinang di pinggir matanya, ia tak punya ide lain.

TOK TOK

Ruangan itu berguncang sekali lagi.

"Sayang.... berapa lama lagi aku harus menunggu! Apa kau mau aku jatah makan malammu dihabiskan." suara perempuan itu semakin tegas dan mengancam.

"Iya, sayang... satu, tidak... dua menit lagi..." tiba-tiba sosok dewa itu mulai panik.

Kemudian sosok dewa membuka semacam panel komputer transparan di depannya. Ia membuka sebuah file penyimpanan dan memilih ikon dengan logo kaset piringan. Ia mengkliknya dan mengaktifakan file itu.

"Ya, sudahlah... aku menerimanya, aku tau kau sangat menginginkan bertualang ke dunia lain, dunia sihir dengan latar abad pertengahan bukan?"

"Apa ini artinya aku di terima?. Ya... dunia seperti itu yang aku inginkan." semangatnya melambung tinggi, tak disangka ia akan diterima, dalam hati ia berterima kasih pada istri si dewa itu.

"Ya,ya... cepatlah berdiri di lingkaran sana."

Sebuah lingkaran muncul di atas lantai kaca, bersinar, dan berputar membentuk banyak lingkaran cahaya huruf-huruf dan simbol-simbol yang ada disana juga berputar dan mendistorsi satu persatu.

"Baik."

"Kau akan pergi ke dunia yang pernah aku jelajahi, aku menyimpan data gerbangnya di komputerku sehingga akan memudahkanku jika ingin mengunjunginya. Karena kau berwujud jiwa maka jiwamu akan otomatis memilih wadahnya. Janin bayi jiwa terdekat yang ada disekitar sana akan menjadi tubuhmu. Aku juga memberikanmu sedikit bonus, kemampuan spesial dan analisis kau bisa menggunakannya nanti saat kau memulai kehidupanmu."

Lingkaran sihir terus berputar dan semua simbol itu pun selesai mendistorsi satu demi satu, di ikuti oleh kaki jiwa itu yang perlahan juga mulai lenyap seperti pasir yang di tiup angin.

Tiba-tiba ruangan hitam dengan latar ruang angkasa itu berubah, menjadi ruangan super besar berlantai kaca dengan dinding besi dan beberapa peralatan mirip senjata canggih tergantung disana, itulah wujud asli ruangan gelap luas barusan. Sosok dewa itu meninggalkan kursinya yang tiba-tiba juga lenyap dan ia berjalan ke pintu besi yang ada di sudut ruangan.

(Siapa orang ini sebenarnya, ia terlihat seperti manusia dan hidup seperti manusia tapi ia terasa seperti dewa, sangat kuat dan besar.)

"Hei... boleh aku bertanya sesuatu."

"Apa?"

"Namamu, aku ingin tau namamu, sebelum perpisahan."

Jiwa itu berkeinginan untuk mengenalnya lebih jauh, dan di mulai dari sebuah nama. Lingkaran sihir terus berputar, sampai setengah badannya sudah hilang tersisa bagian dada sampai kepala.

"Oh... benar aku belum memberitahukan namaku,"

"Kalau begitu ingatlah ini anak muda, kau akan sial jika melupakannya, namaku adalah Armil Zefrana. Selamat menikmmati kehidupan barumu."

Saat itu juga Jiwa muda itu habis berpindah, tanpa sempat mengucapkan "sampai jumpa" pada Armil.

***

.

.

avataravatar
Next chapter