5 Masalah

"Heh.. Jadi itu si lemah yang mempunyai aura sihir lemah bahkan hampir tidak mempunyainya? Kenapa dia bisa diterima disini?" (gadis A)

"Shh, jangan terlalu keras nanti dia bisa dengar.." (gadis B)

"Menurut peraturan sekolah kan, selama orang itu mempunyai aura sihir meskipun lemah, mereka akan tetap diterima, dan meskipun kalau mereka tidak memilikinya, mereka masih bisa masuk ke dalam kelas sihir senjata.." (gadis C)

"Lantas kenapa dia tidak masuk ke kelas itu saja?" (gadis A)

"entahlah" (gadis B, gadis C)

Mereka tiba-tiba terdiam, mungkin mereka merasakan aura membunuhku.

"Iruha..?" (Azfa)

"Ah..?" (Iruha)

"Kau tidak apa-apa?" (Azfa)

"Ah.. Tentu, tentu saja.. Aku tidak apa-apa" (Iruha)

Aku hanya tersenyum untuk menjelaskan keadaan-ku.

"Begitukah, kurasa aku terlalu mengkhawatirkanmu.." (Azfa)

Aku kembali memikirkan cara untuk menguasai kemampuan sihirku, tetapi saat itu teringat sesuatu

Ah.. Tunggu dulu, kalau aku sudah mati dan berada di isekai yang modern sekarang.. Kenapa Azfa bisa berada disini juga? Dan juga tingkahnya sekarang agak feminim saat mengkhawatirkanku. Aku kebingungan dengan apa yang terjadi.

sepertinya.. Aku harus mencari tahu dulu seluk beluk dari teman terdekatku, Azfa.. Akan kutanyakan tentang sesuatu di kehidupanku yang dulu

"Az-" (Iruha)

"Selamat pagi, semuanya harap segera duduk.. Kita akan memulai pelajaran hari ini"

Sihir penyerang D-2 adalah kelas yang aku hadiri, "D" yang berarti tungkatan kemampuan dan pengalaman seorang pengguna kemampuan, dan "2" nomor atau urutan kelas tersebut. Untuk kelas sihir penyerang peringkat D, memiliki 3 ruangan kelas.

Sebelum memulai pelajarannya, guru itu melihat semua muridnya dulu untuk memastikan semuanya sudah hadir, dan kebetulan dia melihatku yang sudah tidak hadir selama 4 bulan.

"Ah.. Kamu yang disana.."

Dia menunjuk ke arahku..

"Aku?" (Iruha)

"Ya.. Sepertinya kamu murid baru ya?"

"Eh, sebenarnya aku-" (Iruha)

"Hahaha ya yah.. Pokoknya selamat datang di kelas sihir penyerang D-2, tolong untuk mematuhi peraturan saat pelajaran sedang berlangsung, ohh.. aku masih belum memperkenalkan diriku padamu, namaku adalah Trace, siapa namamu?" (Trace)

"Ah, saya Iruha!" (Iruha)

"Ah, Iruha ya? Baiklah, tolong jangan ribut, kita akan segera memulai pelajarannya, pelajaran kali ini kita akan mengulas kembali teori sihir" (Trace)

"Baik, guru!" (Semua murid)

Guru Trace, menjelaskan tentang sihir, cara menggunakannya, dan cara meningkatkan efektifitasnya. Kelas sudah berlangsung selama satu jam, waktu istirahat akan segera tiba, dan sekitar 10 menit kemudian bel pun berbunyi.

"Ah, pelajaran hari ini sampai disini saja, sebelum diakhiri ada yang mau ditanyakan?" (Trace)

Aku mengangkat tanganku, "Saya mau bertanya"

"Heh, sudah pasti orang yang memiliki sihir lemah tidak akan paham tentang ini.." (Murid A)

"Betul, betul" (murid B)

"Ahh, sudah sudah, tidak apa-apa, lagi pula Iruha ini masih baru disini, wajar kalau dia tidak mengerti.. Jadi, apa ingin kamu tanyakan, nak Iruha?" (Trace)

"Sebenarnya.. Aku masih tidak tahu jenis sihir apa yang aku miliki, apakah ada cara untuk mengetahuinya?" (Iruha)

Murid lain mulai berbincang lagi mengenaiku.

"Eh, dia bahkan tidak tahu sihir apa yang dimiliki?" (murid B)

"Hahaha, payah sekali dia" (gadis A)

Murid lainnya mulai menertawakanku, tidak tega melihatku ditertawakan, Azfa langsung berdiri melindungiku.

"Berisik! Siapa saja yang berani menertawakan temanku, kalian akan merasakan akibatnya!" (Azfa)

Semua murid terdiam, tidak ada yang berani menantangnya, Azfa adalah murid terkuat di kelas sihir penyerang D-2.

"Ah, semuanya harap tenang.. Kita harus menjaga persatuan disini, tetap damai, meskipun ada seseorang yang lemah jangan menertawakan atau membullynya, lebih baik tolong mereka agar mereka menjadi kuat" (Trace)

"Dan untuk Iruha, saat jam istirahat, temui guru di ruang guru" (Trace)

Jam istirahat pun datang, tadinya aku mau makan siang dulu, tapi aku memutuskan untuk pergi menemui guru Trace terlebih dahulu, karena sudah tidak sabar untuk mengetahui skill-ku.

Disaat aku akan keluar dari kelas, seseorang menyerangku dengan sihir petir miliknya dari belakang, dengan sigap aku menghindari serangan itu, sihir milik orang itu mengenai tembok tetapi tembok itu menyerap sihirnya.

"Siapa?!" (Iruha)

Murid disana malah melihatku dengan tatapan yang tidak enak terhadapku.

"Oi.. Oi, apa ini? Orang yang memiliki aura sihir terlemah ternyata bisa menghindari seranganku?"

"Jadi kau orangnya..?" (Iruha)

"Memangnya kenapa kalau aku, sang pangeran petir, Noel, menyerang orang lemah sepertimu?" (Noel)

Orang yang dipanggil Noel itu menampakkan dirinya, murid disana langsung bersikap hormat padanya. Sepertinya dia memang seorang pangeran.. Yang bodoh tentunya.

"Ah gawat, itu Noel, murid itu (Iruha) tidak beruntung karena berurusan dengan sang pangeran"

"Pangeran? Tch, omong kosong!" (Iruha)

Aku berusaha untuk memprovokasi-nya, entah kenapa aku melakukan itu.

"Hahahaha, apa kamu sedang menggertak?" (Noel)

Tak berhasil memprovokasinya, aku berkata, "Aku tidak punya waktu untuk bermain dengan pangeran tikus sepertimu, aku harus menemui guru Trace" kemudian aku berbalik.

"Apa katamu?!" (Noel)

Merasa terhina karena direndahkan, Noel langsung mengeluarkan sihirnya dan menyerangku, kali ini serangannya berhasil mengenai kaki kananku.

"Ughh.." (Iruha)

Sialan, jadi seperti ini rasa sakit terkena sihir?! tapi ini belum seberapa dibandingkan rasa sakit karena ditolak oleh perempuan!

"Hahahaha, rasakan itu pecundang, kau pantas mendapatkannya karena sudah menghina pangeran ini" (Noel)

Disaat keadaan genting ini, Azfa tidak datang menolongku, sial, bahkan dia tidak berada di kelas, aku tidak tahu kemana perginya dia, padahal sebelum aku diserang oleh si pangeran bodoh ini, Azfa masih berada disana.

"Hentikan!"

Seorang murid perempuan dengan rambut panjang berwarna hitam keunguan berlari mendekatiku, dia sepertinya ingin melindungiku?

"Bukankah itu Milly?" (murid A)

"Kenapa dia melindungi si pecundang?" (murid B)

"Entahlah, mungkin pecundang itu sedang beruntung karena seorang Dewi menyelamatkannya" (murid A)

"Tolong hentikan semua ini Noel, kita tidak seharusnya menyerang sesama teman kelas" (Milly)

"Tch.. Kalau saja Milly tidak menyelamatkanmu, kau sudah terpanggang sekarang oleh petirku" (Noel)

Noel menghentikan langkah kakinya tepat di sampingku.

"Lain kali sebaiknya kau bersikap lebih sopan kepada pangeran ini" (Noel)

Si bodoh itu pergi keluar dari kelas dan menghilang dari pandanganku entah kemana. Murid yang lainnya pun kembali dengan aktifitas mereka masing-masing.

"Kamu tidak apa-apa?" (Milly)

Dia mengulurkan tangannya padaku, seakan memberiku bantuan untuk berdiri.

"Ah, aku tid-" (Iruha)

Wajahnya mengingatkanku kepada seseorang yang kukenal di duniaku yang dulu, namun aku tidak dapat mendapat ingatan yang jelas karena ingatan palsu ini.

"Ada apa?" (Milly)

"Tidak ada apa-apa, aku bisa berdiri sendiri" (Iruha)

Phiw, cantik sekali.. Itu yang ingin aku katakan. Tapi aku tidak mengatakannya untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan, tapi tetap saja.. Dia memang begitu cantik dan juga imut.

"Oh baiklah, apa kamu mau pergi menemui guru Trace?" (Milly)

"Ah, iya" (Iruha)

"Wah, kebetulan sekali, aku juga sebenarnya mau menemui guru Trace, bagaimana kalau kita pergi bersama?" (Iruha)

"Memangnya ada apa? Apakah kamu juga mau memeriksa sihir yang kamu miliki?" (Iruha)

"Bukan itu, aku ada sesuatu yang lain yang harus kutanyakan, pokoknya ayo kita pergi!" (Milly)

"Eh, tu-tunggu dulu!" (Iruha) *blush*

Dia memegang tanganku dan membawaku bersamanya. Dia langsung berlari sambil memegang tanganku, tapi baru saja sekitar 5 langkah, aku langsung terjatuh dan alhasil aku terseret sepanjang jalan menuju ke ruang guru. Ahh.. Kesialanku datang lagi... Gumamku, dengan wajah pasrah.

---------

Seseorang di balik bayangan melihatku berhubungan baik dengan Milly, dia mengepalkan tangannya.

"Pecundang tak berguna itu.. Beraninya dia berpegangan tangan dengan Dewi ku.. Lihat saja, akanku bakar sampai menjadi debu"

D

an seketika orang itu menghilang setelah beberapa murid kelas sihir penyerang 1.D-2 melewatinya.

--------

"Kita sudah sampai!" (Iruha)

Milly melihat jamnya kemudian dia melompat kegirangan.

"Rekor baru! Ini rekor baru! Hanya 23 detik berlari menuju ruang guru, nyahahahaha!" (Milly)

"Iruha, coba lihat- eh?"

"Kyaa!"

Milly langsung histeris melihatku tergeletak di lantai, padahal salahnya sendiri karena menyeretku seperti itu.

Dia mencoba menyadarkanku dengan beberapa cara, dia sudah mencoba menyiramnya dengan air sampai seluruh pakaianku basah, menendangku, menindihku, dan lainnya sampai akhirnya dia memutuskan untuk melakukan cara terakhir yang bisa dia pikirkan yaitu.. Nafas buatan!

"A-aku sebenarnya tidak mau memberikan ciuman pertamaku pada siapapun selain suamiku di masa depan, ta-tapi ini untuk menyelamatkan nyawa seseorang, aku harus melakukannya" (Milly)

Milly menyenderkanku ke tembok dan wajahnya memerah, kemudian dia mendekatkan wajahnya padaku, wajahnya semakin dekat dan semakin dekat, bibir kami hampir bersentuhan, disaat itu aku membuka mataku dan membuatnya kaget.

"AAAAAAA!!!!" (Milly)

"WAAAAAA!!!" (Iruha)

*kicks* (sfx: tendang)

Dengan reflek dia langsung mencoba menjauh dariku tetapi tangannya terkilir dan dia terjatuh, dan sungguh malang nasib 'teman kecilku' karena Milly tak sengaja menendangnya disaat dia terjatuh. Ughh.. Masa depanku..

(author: Tahu lah kan apa yang dimaksud 'teman kecil')

Mendengar keributan di luar, guru Trace keluar dan memeriksa apa yang terjadi dan menemukanku dan Milly tergeletak disana.

"Masuklah" (Trace)

"Baik.." (Iruha & Milly)

Kami berdua masuk ke ruangan mengikuti Guru Trace, dan sampailah kami di sebuah pintu kokoh yang terbuat dari berlian di tengahnya ada sesuatu seperti tapak telapak tangan, mungkin itu sesuatu seperti sensor yang digunakan untuk membuka pintu.

"Wah!!"

Aku dan juga Milly kagum melihat pintu itu.

Guru Trace menempelkan tangannya pada sensor itu dan mengalirkan beberapa mana-nya.

"Iruha masuklah, sedangkan untuk Milly tunggu dulu disini ya.." (Trace)

"Baik guru!" (Milly)

Aku dan guru Trace memasuki ruangan dibalik pintu tersebut, terlihat sebelum kami masuk, ruangan di dalamnya hanya seperti ruangan biasa. Namun, ketika kami sudah berada di dalam dan pintunya menutup sendiri, sekejap ruangan itu berubah.

"Wah! Apa ini?!" (Iruha)

avataravatar
Next chapter