2 Dunia baru

Aku bersiap untuk berangkat sekolah. Smartphone, buku, dan charger aku masukkan semuanya ke dalam tas.

Aku kemudian menuruni tangga rumahku, dari lantai dua ke lantai satu, dan melihat ruang tamu kosong, tidak ada siapapun disana.

Ibuku yang biasanya sudah berada di sana di pagi hari tidak ada disana, aku tidak terlalu memperdulikannya, mungkin ibuku sedang pergi keluar.

Aku segera turun ke bawah dan membuka pintu masuk rumahku, saat aku membukanya, sinar cahaya dari luar rumah membutakan penglihatanku untuk beberapa saat.

Sinar itu pun menghilang dan aku melihat pemandangan kota dan dunia yang sangat berbeda dari hari kemarin.

Kota itu memang terlihat seperti biasa namun yang membuatnya berbeda adalah, robot pembersih di jalanan yang sedang membersihkan sampah, bangunan-bangunan yang terlihat lebih maju, dan hal ilmu pengetahun dan teknologi canggih lainnya.

"Apa.. Ini?" (Iruha)

Aku melangkahkan kakiku keluar dari rumah, aku sangat terkejut dengan apa yang aku lihat sekarang.

Kota ini, persis seperti apa yang aku impi-impikan selama hidupku. Kota yang dimana semuanya memakai teknologi, robot pembantu, semuanya sangat menakjubkan!

"Ba.. Bagaimana.. Mungkin..?" (Iruha)

Disaat sedang berandai-andai, aku teringat kejadian kemarin malam dan berasumsi bahwa meteor itu adalah penyebabnya.

"Meteor itu mungkin adalah penyebabnya.. Tunggu, mungkin ini hanyalah khayalan-ku saja kan, mungkin inilah efek dari ledakan meteor itu.. Membuatku terjebak dalam khayalan-ku sendiri" (Iruha)

Aku berpikir sangat keras sampai otakku terasa seperti akan meledak kapan saja. Aku mencoba menampar diriku sendiri, kemudian mencubiti kulit tanganku namun pemandangan kota ini tidak menghilang.

"Hmm.. Tidak berefek, yang berarti ini bukanlah mimpi ataupun khayalan-ku" (Iruha)

(dalam hati) "Bodolah, lebih baik aku pergi ke sekolah daripada memikirkan hal yang tidak logis ini" (Iruha)

Baru saja aku melangkahkan kakiku, tiba-tiba namaku dipanggil oleh seseorang..

"Hmm? Suara itu.." (Iruha)

Suara ini, terdengar familiar.. Seperti suara milik...

"Azfa?!" (Iruha)

Aku kaget saat membalikkan badanku ke belakang dan melihat Azfa terbang seperti roket ke arahku.

"Yo Iruha.. Akhirnya kau memutuskan untuk pergi ke sekolah lagi?" (Azfa)

"Hah??" (Iruha)

"Bukan {hah} .. Aku bertanya apakah kau akhirnya memutuskan untuk pergi ke sekolah lagi?" (Azfa)

"Apa maksudmu? Tentu saja aku akan pergi sekolah, bukankah kemarin aku juga sekolah? Lagian.. Apa-apaan tadi kamu melayang seperti hantu.. Apakah itu sebuah trik sulap?" (Iruha)

"Kemarin? Lupakan itu, yang lebih penting trik sulap? Haha.. Jangan bercanda, inikan adalah sihirku, dan aku berada di level 2. Jangan bilang kau tidak mengingatku saat hari pertama masuk sekolah?" (Azfa)

"...."

Eh.. Sihir? Apa dia baru menyebut kata itu.. Sihir?! Ap--

*Whoosh*

Sebelum sempat membereskan kalimatku, aku ditarik dan terseret dengan cepat.

"Wahahaha...!! Bagaimana rasanya terbang dengan kecepatan tinggi?!" (Azfa)

"HWAAAAAAA!!!" (Iruha)

Aku diseret oleh Azfa, dia menggunakan kekuatan anehnya lagi untuk terbang dengan cepat ke sekolah.

* * * *

Sesampainya di depan gerbang sekolah, aku merasakan pusing yang benar-benar parah. Aku buru-buru mencari tong sampah terdekat, lalu *huee*. Aku muntah..

"Hahaha.. Bagaimana Iruha?! Itu tadi menyenangkan bukan?" (Azfa)

"Menyenangkan apan--" (Iruha)

Tidak!! Porsi muntahku malah nambah *huee*. Aku mengusap mulutku menggunakan tisu yang kubekal.

"Menyenangkan apanya?!!" (Iruha)

"Wah.. Wah.. Lihat, siapa yang kembali?"

Aku melihat ke arah suara tersebut berasal dan menemukan 3 orang yang tidak kukenal sama sekali.

"Ey bos! Bukannya dia itu si pecundang yang tidak memiliki sihir di sekolah ini? Aku heran bagaimana dia tetap bisa masuk ke sekolah ini"

Huwa.. Terang sekali!! Darimana asalnya tambahan cahaya ini?

"Maksudmu orang itu? Orang yang ditertawakan oleh semua murid, karena aura sihirnya sangat lemah atau bisa dibilang sampah?"

Oh, tipikal orang yang sok keren, huh?

"Iruha.. si terlemah dari yang terlemah.."

Dan terakhir... Seperti biasa, diantara kelompok atau geng, pasti ada pemimpin, sepertinya orang ini adalah bosnya.

"Azfa..?" (Iruha)

Dia tiba-tiba berdiri di depanku, ada apa dengannya?

"Apa yang kalian inginkan?" (Azfa)

"Hey hey.. Kalau tidak salah kau adalah Azfa si pengendali gravitasi ya? Kenapa kau melindunginya? Saat hari pertama sekolah juga kau melindunginya.. Apa alasanmu?"

"Hmph, dengarkan ini.. Deni, Axel, dan Kazama. Aku tidak butuh alasan untuk melindungi yang lemah, meskipun dia tidak mempunyai sihir bukan berarti dia lemah. Sebenarnya yang lemah adalah orang yang memiliki sihir tapi tidak bisa mengendalikannya" (Azfa)

Jika aku asumsikan dan urutkan dari kiriku sesuai dengan tadi Azfa mengurutkan nama mereka, mungkin si botak ini adalah Deni, dan orang yang baru saja bicara dengan Azfa adalah Axel, ketua gengnya? Dan si kacamata adalah Kazama.

Si botak merasa terejek dengan perkataannya, dia mengeluarkan kekuatannya.. Tangannya sudah mengeluarkan api.

"Apa kau bilang?!!" (Deni)

Si ketua geng menghentikan si botak.

"Apa yang bisa kau lakukan melawan kami bertiga? Kita berempat sama-sama berada di level 2, tapi kami lebih banyak darimu. Kami bertiga dan kau hanya sendiri" (Axel)

"Heh.. Aku sendiri juga sudah cukup untuk mengalahkan kalian bertiga" (Azfa)

"Azfa!?" (Iruha)

"Tch.. Sombong sekali kau, kalian berdua serang dia!" (Axel)

Deni mengeluarkan sihirnya, kedua tangannya diselimuti oleh apinya kemudian menerjang ke arah Azfa.

Kazama masih berada di tempatnya, dia seperti sedang mengepal tanah liat di tangannya. Kemudian tanah liat itu ia lempar dan saat menyentuh tanah, itu berubah menjadi golem tanah liat.

Wah, keren! Seperti yang kuduga sihir memang keren.

Kazama menyuruh golemnya untuk menyerang Azfa.

"Rasakan ini.. [Phoenix fist]" (Deni)

"[Seal]"

Golem milik Kazama hancur, tangan api Deni lenyap, dan Azfa terjatuh saat sedang melayang.

Kekuatan mereka tiba-tiba hilang dalam sekejap. Apa yang terjadi?

"Siapa itu?!" (Axel)

"Apa yang kalian lakukan?"

Terdengar suara di belakang mereka, satu orang, perempuan dengan rambut putih panjang. Cantik sekali..

"Wa-wakil ketua osis?" (Azfa)

"Wakil ketua osis?" (Iruha)

"Dia adalah wakil ketua osis sekolah kita, Rin. Wajar kalau kau tidak tahu, karena pemilihan ketua dan wakil ketua dilaksanakan 1 bulan setelah hari pertama masuk sekolah" (Azfa)

Kami berbisik-berbisik saat berbicara mengenai itu. Ah.. Apa sih maksudnya, 1 bulan setelah hari pertama masuk sekolah? Terus kata 3 orang itu aku tidak punya kekuatan sihir? Dan yang paling penting... Sekolah apaan ini woi?!

Bangunan sekolah ini terlihat jelas sekali berbeda dengan sekolahku.. Bangunan ini.. Terlihat lebih canggih dari bangunan yang lainnya di kota ini.

"Ah.. Rin-senpai, ka-kami hanya berlatih saja.. Iya kan kalian berempat?" (Axel)

Kemudian dia melihat ke arah kami berempat dan seaakan memberikan tanda untuk melakukan kerja sama, tiga orang di depanku mengiyakan pernyataan Axel begitu juga aku.

Senior Rin melihat kami berlima dengan tatapan serius, tanpa disengaja mata kami saling bertemu.

"Kamu.." (Rin)

Aku menunjuk diriku sendiri setelah menyadari bahwa yang senior Rin maksudkan adalah aku.

"Iya kamu.." (Rin)

"Uhh.. Ada apa, Rin-sen..pai?" (Iruha)

"Ikut aku!" (Rin)

"Eh.. Kemana?" (Iruha)

"Ikuti saja aku! Cepat!" (Rin)

Tanpa pikir panjang aku langsung mengikutinya, tapi perasaanku tidak enak tentang hal ini, aku melihat ke belakang dan melihat Azfa dan yang lainnya seperti sedang mendoakan keselamatanku, dan ada juga yang menahan tawanya. Kesialan seperti apa lagi yang aku alami sekarang?

Time * * * * Skip

"Kita sudah sampai.." (Rin)

Senior Rin berhenti di samping pintu, di atasnya tertulis 'Ruang OSIS'.

"Ruang OS--" Kalimatku dipotong olehnya, "Ketua OSIS menunggumu di dalam, mari masuk"

Dia membuka pintunya kemudian kami masuk, dan disana ada seseorang yang berdiri membelakangi kami.

"Aku sudah membawanya.." (Rin)

Orang yang berdiri disana kemudian membalikkan badannya dan melihat ke arah kami kemudian berkata, "Terima kasih, Rin.."

Aku sedikit terkagum dengan orang itu, sebenarnya itu karena aku kagum dengan warna matanya

Orang yang dipanggil ketua OSIS itu, dia memiliki mata berwarna biru langit cerah, model rambutnya bagus dan tampangnya juga sempurna membuatnya menjadi yang terbaik di sekolah, mungkin?. Warna rambutnya sama seperti si kacamata, yaitu biru gelap. Dan seragamnya yang berwarna putih dan dilapisi atau dipakaikan jubah berwarna biru membuatnya sempurna. Aku berpikir kalau dia cocok untuk mendapatkan peran utama dalam cerita.. *hah*.

Eh?! Tunggu, tunggu, tunggu!! Tentu saja tidak! Karena akulah disini yang akan menjadi tokoh utamanya, lho!

"Perkenalkan.. Namaku adalah Grim"

avataravatar
Next chapter