4 CH.4 RE: The Other World

Spontan aku menutup telinga karena suara Christina, dan Marie yang keras mendenggung di kedua telingaku. Suara mereka terlalu menggelegar sampai gendang telingaku bisa pecah rasanya.

"Kalian kenapa berteriak sih, bicara pelan kan bisa?"

"SIAPA DIA?!"

"BISA TIDAK KALIAN TENANG TERLEBIH DAHULU!!"

Aku berteriak karena marah dengan tingkah laku Christina dan Marie. Mereka berdua langsung menghadap arah lain dan saling marah dan menggumpat. Hah~ ini kenapa aku malas menghadapi perempuan yang sifatnya seperti anak kecil, sama seperti anak-anak kecil di panti asuhan.

"Hmp!"

"Kalian tenang dulu, aku akan jelaskan satu-persatu."

Mereka berdua duduk di masing-masing kursi, Christina-san dikursinya, sedangkan Marie di kursiku. Dari kejauhan saja mereka masih saling memandangi satu sama lain dengan sorot mata tajam.

Jujur ini adalah kondisi yang tidak pernah terbayangkan di kepalaku, terlalu banyak hal yang terjadi dan aku pusing menghadapinya. Bisa tidak sih kejadian-kejadian di hidupku normal sedikit begitu? Terlalu banyak hal tidak biasa beneran.

"Kalian berdua itu merepotkan, setidaknya dengarkan perkataanku dong."

"Kalau begitu jelaskan siapa dia."

"Aku juga mau tau tentang dia, kenapa tiba-tiba ada dia."

"Hah…."

Aku menghela nafas dan geleng kepala melihat tingkah mereka itu. Kukira Christina-san adalah orang yang sangat polos dan pula Marie-chan adalah orang yang penakut. Tak disangka mereka mengeluarkan sifat asli mereka.

"Christina, ini Kunosaki Marie. Marie, ini Christina Grim."

"Huh! Siapa pula yang butuh nama orang itu!"

"Memangnya aku juga tidak, siapa juga yang mau tau namanya!"

"Marie, Christina-san adalah asistenku, dan Christina-san, Marie-chan adalah…."

Aku terdiam karena mengingat apa yang terjadi kemarin malam dan apa yang diributkan tadi pagi. Terdiam aku berpikir tentang kesimpulan yang kubuat dan kejadian tadi pagi barusan ini. Apa seharusnya aku berbicara ya?

"Adalah apa!?"

"Ah, tidak apa-apa."

"Tuh kan, tidak ada yang bisa dipercayai sama sekali wanita ini."

"Lupakan saja, apa yang ingin kau tanyakan tadi?"

"Kurasa aku sudah dapat jawabannya."

"Apa itu?"

"Dia!"

Christina-san menunjuk kearah Marie-chan. Sudah kuduga, apa yang dicarinya adalah gadis iblis yang membuat keributan tadi pagi di antara para petugas yang berlari ke sana ke mari. Seharusnya aku tidak mengenalkan mereka.

Kalau begini urusannya jadi repot bukan? Padahal aku paling benci hal merepotkan. Siapa sih yang merencanakan semuanya ini? Rasanya aku ingin protes akan semua hal yang kuhadapi, tidak ada yang beres beneran.

"Marie-chan bukanlah iblis, dia adalah manusia!"

"Guirusia-kun… sebenarnya aku-"

"Tidak usah dikatakan, aku pun juga sadar akan hal itu, tetapi aku tidak akan menyerahkanmu."

"Cih, kau sangat keras kepala. Serahkan gadis iblis itu sebelum hal buruk terjadi!"

"Sayangnya aku tidak akan mendengarkan perkataanmu."

"Alpha, aku mengerti maksudmu. Christina tenanglah terlebih dahulu."

Blake yang tiba-tiba datang saat Christina dan aku sedang berbicara, menghentikan pertarungan mulut antara kamu berdua. Baguslah, sekarang aku bisa menangani hal ini lebih baik dengan adanya Blake.

"Christina, aku akan menangani dan mengambil alih masalah ini. Alpha, aku memohon bisakah kau memberikan gadis itu kepadaku? Ada yang harus kuurusi dengan dia."

"Kau tau jawabanku Blake, maaf, aku tidak bisa melakukan hal itu."

"Hah~ sudah kuduga, gadis iblis, apakah kamu mau ikut bersama Alpha?"

"Alpha? Siapa itu?"

Aku kelupaan hanya memberi nama lamaku kepada Marie. Marie yang kebingungan, hanya bisa bersembunyi di belakangku dengan rasa takut. Gemetaran tangannya terasa pada bajuku karena dia memegang erat bajuku.

"Alpha, maaf baru mengatakan sekarang. Aku tahu kamu sangat pintar, jadi… silahkan ambil semua informasi yang kau butuhkan di perpustakaan."

"Tepat seperti yang kubutuhkan. Jadi… kau takkan merebut Marie dariku kan?"

"Ya. Intinya sebelum Alpha membaca semua buku yang akan menjelaskan, Kunosaki yang ada di belakangmu itu datang dari dunia lain. Dia sedang mencari suaminya, Lucifer. Lengkapnya kau bisa tanyakan sendiri ke dia dan cari informasi itu sendiri."

Itu cukup mengejutkanku. Tidak kusangka tujuannya untuk ke mari adalah mencari suaminya. Masih rancu dan terdengar aneh, tetapi semua ini pada dasarnya sudah tidak masuk akal, jadi satu hal baru tidak akan mengubah banyak.

Saat yang sedang memikirkan apa yang terjadi, aku menanyakan hal kepada Blake. Pertanyaan yang paling penting, yaitu di mana perpustakaannya. Tentu saja, tanpa tahu di mana, bagaimana aku bisa mengetahui informasi-informasi tentang Marie.

Sementara Blake dan Christina sudah keluar dari ruang kerjaku, di sini aku masih bersama Marie. Untuk mencari tahu semua ini, aku perlu konfirmasi dari Marie sendiri. Aku tahu sebenarnya ini tidak perlu, sejak dari tadi aku sudah bertindak sesukaku, tapi apa boleh buat.

"Marie, maukah kamu percaya kepadaku? Aku akan membantumu mencari suamimu. Sebelumnya aku akan mencari semua informasi yang berkaitan dengan hal itu."

"Y-ya, mohon bantuannya G-Guirusia."

Aku dan Marie langsung menyusul Blake dan Christina menuju perpustakaan. Walau ini terdengar aneh, tetapi ini justru membuatku tertarik. Seorang gadis imut sepertinya mencari suaminya di dunia ini, gadis iblis lagi. Kenapa dan bagaimana bisa?

Sesampainya didepan pintu perpustakaan yang sangat besar dan tinggi, aku terdiam. Jujur aku tidak pernah melihat pintu sebesar ini dan mengiranya ada di gedung kurang pencahayaan seperti ini.

"Ini. Didalam sini akan ada banyak informasi yang kau butuhkan. Silahkan menghabiskan waktu untuk membaca semuanya jika ingin."

Aku mendorong pintu besar nan tinggi didepanku. Besar, sangat besar. Perpustakaan ini lebih besar dari dugaanku. Buku yang sangat banyak ini pasti sangat berguna. Mari menggumpulkan semua buku yang kubutuhkan dan memindahkan semuanya ke meja, berhubung jarang yang ada ke perpustakaan atau mungkin tidak ada karena semuanya bergantung pada fisik dan senjata.

"Baiklah!! Mari mencari semua informasi."

"Umm... Guirusia tidakkah suaramu itu berlebihan?"

"Eh, ya, lupa aku kalo aku ada di perpustakaan, aku harus mengecilkan suaraku."

Aku menulusuri rak-rak buku yang banyak dan tinggi-tinggi. Memulai dengan mengambil beberapa buku yang menarik perhatianku terlebih dahulu, aku membaca dari yang mudah dimengerti sampai yang sulit dimengerti.

Normal POV

Alpha yang sudah menuntaskan puluhan bahkan ratusan dalam waktu kurang dari seminggu hanya untuk membaca buku dan membaca buku. Tanpa tidur, Alpha hanya membaca buku dengan teh dan cemilan saja. Tidak pernah Alpha bergerak dari tempat duduknya karena semua buku yang ada di rak dipindahkan semua ke mejanya.

Marie yang melihat kemaniakkan Alpha akan buku keheranan, dan karena Alpha juga tidak beranjak dari perpustakaan, Marie juga tidak keluar dari perpustakaan. Marie menghabiskan waktunya bersama Alpha yang membaca buku dengan membaca buku juga.

"Fuah… semuanya sudah kumengerti sekarang. Mulai dari dunia lain dan dimensi lain, sampai ras-ras lain dan sihir, di Terra maupun di dunia atau dimensi lain. Hmm… aku penasaran di dunia ini apakah bisa melihat status juga? Ah tidak usah dipertanyakan, mari kita coba saja. [Open Status]."

................

Nama: Guirusia Sin/ Alpha Grim

Ras: Manusia

Gender: Laki-laki

Umur: 16 tahun

Pekerjaan: Agent Souler/ Semi-Student

Level: 20

HP: 1800

MP: 90000

STR: 187

AGI: 134

VIT: 168

INT: 500

DEX: 192

LUK: 363

Skill: Appraisal, Comprehension, Transportal Gate

Title: [Guirusia.co Owner], [Young Researcher], [Left Behind By Parents], [God From The Other World], [Blessed By The God], [The Existence Is More Than God], [God Creator].

................

[Apa-apaan statusku ni, belom pula ngelakuin sesuatu, udah OP gini. Bentar setahuku mungkin level dan statusku karena skill [Comprehension] yang bisa memahami buku lebih mudah. Jadi levelku naik karena aku sering membaca buku. Dan juga kelihatannya skill [Appraisal] bisa menilai status orang lain. Mari kita coba.]

"Appraisal."

Alpha mengarahkan [Appraisal] ke Marie yang tidak menyadari hal ini.

................

Nama: Kunosaki Marie

Ras: Iblis/ Vampire

Gender: Perempuan

Umur: 3000 tahun

Pekerjaan: The Queen of Ferizia, The Mother of 2 Son And 1 Daugther

Level: 895

HP: 800000

MP: 89000

STR:889

AGI:843

VIT:763

INT:695

DEX:731

LUK:849

Title: [The Queen of Ferezia], [Mother of Cruelty], [Mother of Wrath], [Mother of Lust], [Wife of The Existence Is More Than God], [Wife of The King of Ferezia], [Wife of God Creator]

................

[Hmm, hmm, hee!!! Tidak-tidak, tidak mungkin. Marie sangat kuat sekali, dia sangat hebat. Sebentar, kalo kulihat dari title-]

"Nee~ Guirusia, aku harus kembali secepatnya. Apa masih lama kah?"

Alpha yang dikejutkan oleh Marie yang dibelakangnya, terlempar ke belakang beserta dengan kursi yang didudukinya. Tidak akan mengira bahwa saat sedang mengecek status, Marie akan tiba-tiba muncul di depan muka Alpha.

"Aduh, duh, duh, duh."

"Eh maaf, aku tidak sengaja untuk mengagetkanmu. Mari kubantu berdiri."

Marie menyodorkan tangannya untuk membantu Alpha yang terjatuh. Alpha langsung mengambil tangan yang disodorkan Marie dan berusaha berdiri. Namun hasilnya nihil, yang ada Marie juga ikut-ikutan terjatuh karena tertarik Alpha.

Alpha POV

Aku yang berusaha berdiri malah terjatuh kembali. Otomatis saja menutup mataku lagi karena jatuh dan merasakan sakit lagi. Sebentar-sebentar, sensasi empuk apa ini. Kurasakan ada sesuatu yang empuk di dadaku. Dengan mataku yang masih tertutup, aku mencoba memegang itu. Sangat empuk, seperti bantal. Aku mencoba meremasnya.

"Kyaaaa, erhmm, ehmm, Guirusia, hentikan, ahh."

Aku seketika menarik kembali tanganku dan membuka mataku. Ternyata…. Yah kalian tahu apa yang kupegang, sepasang bukit yang berukuran lumayan besar. Belum pernah aku mengalami sensasi itu. Aku dan Marie mencoba berdiri kembali, kali ini sendiri-sendiri.

"Erhmm, Guirusia, aku harus benar-benar kembali sekarang…."

"Eh, tetapi kamu kan belum menemukan suamimu?"

"Tidak apa-apa, nanti aku akan kembali lagi."

Walau sebentar, aku menikmati waktuku karena bersamanya. Tidak pernah sebenarnya aku memperhatikan perempuan karena dari dulu prioritasku adalah orang tuaku. Namun baru kali ini saja ada orang lain yang menarik perhatianku.

"Ehmm, sebenarnya sedikit memalukan, aku tidak bisa kembali ke duniaku, jadi aku minta bantuanmu."

"Hmm, aku bisa membantumu kalau itu, karena aku sudah mempelajari skill [Transportal Gate]. Namun apa yang membuatmu hingga meminta bantuanku? Bukankah level dan statusmu lebih tinggi dariku?"

"Sebenarnya waktu aku berteleport kesini, aku memakai lingakaran sihir [Dimensional Teleport] jadi aku tidak bisa kembali tanpa ada orang yang mempunyai skill [Transportal Gate]."

"Wew, aku tidak tahu kamu sesembrono itu. Bukankah kamu itu ratu, kenapa harus turun tangan sendiri?"

"Tidak ada yang pernah melihatnya dalam wujud manusianya selain aku. Juga dari mana kau tahu kalau aku ratu? Lupakanlah, kau tahu… emm, kaulah yang kucari."

"Hmm, hmm, hmm, hee? Yang kau cari adalah aku? Bagaimana bisa?"

"Ya, kau adalah Lucifer, sayangku."

"Tidak, tidak, kau salah orang. Aku mungkin mirip dengan orang yang kau cari."

"Jika kau tidak percaya, gunakan [Open Status] milikmu."

"Hmm, baiklah. [Open Status]."

................

Nama: Lucifer/Guirusia Sin/ Alpha Grim

Ras: Manusia/Iblis

Gender: Laki-laki

Umur: 16 tahun

Pekerjaan: Agent Souler/ Semi-Student

Level: 20

HP: 1800

MP: 90000

STR: 187

AGI: 134

VIT: 168

INT: 500

DEX: 192

LUK: 363

Skill: Appraisal, Comprehension, Transportal Gate

Title: [Guirusia.com Owner], [Young Researcher], [Left Behind By Parents], [God From The Other World], [Blessed By The God], [The Existence Is More Than God], [God Creator].

................

"Benar juga katamu. Jujur aku sedikit kaget."

"Ya, bagaimana kalau kita langsung pulang? Sudah banyak yang menunggu di sana."

"Baiklah… jadi tujuan kita ke Demonirya?"

"Ya."

"Baiklah. <<Actived Personal Skill: Transportal Gat>>-"

"Tunggu!"

Sebuah kata dari Christina menghentikan rapalan yang kuucapkan.

Christina POV

Aku melihat bahwa Alpha sudah ingin pergi dari Terra mengunakan sihir miliknya. Secara spontan aku berteriak untuk menghentikan sihirnya. Masih ada yang belum kuucapkan, aku tidak ingin menahan diri lagi….

"Ah! Aku lupa kalau masih ada Christina dan Blake."

"Melihatmu begini kelihatannya kamu sudah tahu kalau kamu adalah Lucifer ya?"

"Ya, sesuai dugaanmu, aku sudah tahu kalau aku Lucifer, aku harus segera kembali."

Jadi dia adalah Lucifer ya… aku tidak tahu harus berbuat apa, tetapi aku akan memberitahukannya sekarang. Sudah terlalu lama aku menunggu kesempatan untuk menghadap padanya dan memberitahukan semua kebenaran ini.

"Lucifer, ada yang harus kuberitahukan kepadamu."

"Hmm, apa itu?"

"Se, sebenarnya, selama ini aku selalu menyembunyikan suatu kebenaran darimu."

"Suatu kebenaran?"

"A-aku selalu menggangap Lucifer bukan sebagai atasanku atau lainnya, tetapi sebagai ka-kakak!!"

Aku mengatakannya, aku mengatakannya!

"Jadi sesuai dengan dugaanku sebelumnya, ya kan Christina adikku."

"Ya…."

Lucifer POV

Christina menangis sekencang-kencangnya dan berlari ke arahku dan memeluk diriku. Tidak peduli sudah berapa lama mereka terpisah. Pada dasarnya hidupku itu 'roller coaster', tidak perlu banyak tanya untuk aku menerima sebuah fakta.

"Wah-wah. Berarti kamu adalah adik iparku."

"Eh, kapan kalian menikah?"

"Yah, tentang itu ceritanya panjang. Aku tau saja baru hari ini."

Melihat urusanku antara Marie dan Christina sudah selesai, aku masih ingat 1 orang lagi yang belum kuurus. Hanya satu, yaitu Blake. Tak kusangka karena anak buahnya menculikku, memaksaku dan lainnya, aku sampai mendapati diriku di sini. Kurasa dia memang sudah merencanakan segalanya.

"Kurasa tidak ada yang perlu kukatakan lagi ya, Lucifer. Aku juga sudah tahu seluruh latar belakangmu. Maafkan aku pula jika tidak memberi tahu tentang orang tuamu walaupun aku tau."

"Tidak-tidak, kau tidak salah Blake, aku justru berterima kasih kepadamu membawaku kemari, sehingga aku bisa mengetahui semuanya."

"Kau sungguh baik Lucifer."

"Tidak, aku tidak baik. Dan juga Blake terima ini."

Aku menyodorkan sebuah pendulum yang berbentuk kalung sehingga portabel, bisa dibawa ke mana-mana. Nama benda itu adalah Pentarundum. Ini adalah buatan perusahaanku, Guirusia.co. Salah satu benda buatan perusahaanku yang kubanggakan dan kubawa terus.

"Apa ini Lucifer?"

"Terimalah karya dari perusahaanku, Pentarundum, buatan Guirusia.co."

"Eh, bolehkah aku memilikinya? Aku tidak tahu benda apa ini, tetapi kelihatannya benda yang penting, dan juga apa fungsi dari benda ini?"

"Tentu kamu boleh memilikinya, sebagai alat komunikasi di lokasi yang sangat jauh, bahkan antar dunia pun bisa."

Buat seseorang yang sudah membantuku banyak, aku harus membayarnya dengan baik juga. Suatu waktu, aku mungkin ingin menghubunginya lagi untuk suatu alasan walau aku tidak tahu untuk apa dan kapan. Tidak ada salahnya bukan?

"Eh, tidak apa-apa kah? Bukannya ini barang langka?"

"Ya.. jika dibilang langka juga tidak, hanya saja tidak ada yang memilikinya selain kita."

"Benarkah? Baiklah kalau begitu, selamat jalan Lucifer, Christina, dan Kunosaki."

"Ya, jagalah dirimu Blake, terimakasih sudah mau merawatku selama 4 tahun ini."

"Sebentar, apa maksudmu merawatmu selama 4 ta-"

"Diamlah! Nanti akan kujelaskan."

"…."

Dibentak oleh Christina, aku menjadi sedih dan terdiam. Jujur aku tidak ingin membuat seorang perempuan marah, apalagi yang berhubungan denganku seperti adikku atau istriku. Kurasa aku terlalu blak-blakan memang.

"Blake, terima kasih atas kerjasamamu sehingga dari kemarin sampai sekarang. Rencananya benar-benar berjalan lancar."

"Hah? Kamu juga Marie? Hah~ kenapa semua disembunyinan daripadaku, memang aku bukan orang yang dapat dipercayai ya?"

"Eh… bukan begitu."

"Terserahlah, tetapi nanti jelaskan semuanya kepadaku. Tidak ada yang terkecuali!"

Aku menatap mereka berdua dengan tajam untuk mengintimidasi mereka. Sudah lama aku tidak merasa sebegini kesalnya. Jangan salahkan aku, semua hal aneh menghantamku dalam waktu yang begitu dekat, wajar saja aku bersikap seperti ini.

<<Intimidation Skill Required. From Level 0 to 1>>

Suara notifikasi tiba-tiba muncul dikepalaku hingga membuat kepalaku berdengung. Kelihatannya ada yang baru dari sistem status layaknya di game RPG biasa. Nanti biar kucek lebih lagi.

"Hii!! Iya, ya, nanti akan kami jelaskan."

"Bagus. Blake, ada yang masih kamu ingin katakan tidak?"

"Ya, masih ada. Aku ingin bertanya Guirusia.co… perusahaan manakah itu? Aku tidak pernah mendengarnya… dan juga siapa pemegang Pentarundum yang satu lagi, bukannya hanya kita berdua?"

Ah akhirnya dia bertanya soal ini juga. Sebenarnya ingin kututupi, tetapi Blake sudah membantuku banyak dan aku berhutang kepadanya. Memberi tahu dia suatu informasi yang tidak akan berguna di dunia lain tidak akan menyakitiku bukan?

"Ya… perusahaan kami itu memang tertutup, jarang ada orang yang mengetahui keberadaannya. Jika kau bertanya tentang pemegang Pentarundum yang satunya lagi adalah saudaraku juga salah satu pendiri Guirusia.co, Guirusia Jurai."

"Jurai? Bukankah kamu dan Guirusia Jurai itu-"

"Akan kujelaskan. Aku memang kelihatannya orang yang sederhana, tetapi nyatanya bukan seperti itu. Jika bisa dibilang jujur, kami sudah sangat kaya dan berkelimpahan akan harta, tetapi kami berjanji untuk tetap hidup sederhana untuk menutupi identitas kami."

Buatku dan Jurai, hidup sederhana itu adalah hal yang penting. Walau begitu tidak menghalangi kami untuk memiliki rumah sendiri juga mobil-mobil yang ada. Bisa dibilang mobil koleksi kami itu buatan perusahaan Guirusia.co juga.

"Ru-rupanya begitu ya, aku tidak tahu harus berbuat apa. Jadi aku juga bisa menghubungi saudaramu itu dari Pentarundum ini ya?"

"Ya. Kalau begitu tidak ada lagi ya ingin kau katakan kan? Selamat tinggal Blake, sampai jumpa kapan-kapan."

"Ya, Lucifer."

Aku berjalan meninggalkan Blake dan menyusul Marie dan Christina. Sudah saatnya aku meninggalkan dunia ini walau banyak kenangan yang bagus dan buruk di sini. Entah kapan aku akan bisa kembali lagi sejak aku bisa membuka portal dengan arah yang terbalik juga.

"Bagaimana? Kalian sudah siap?"

"Pasti! Ayo!"

"Baiklah. <<Actived Personal Skill: Transportal Gate: Demonirya>>!"

Di depan kami bertiga, muncul sebuah lingkaran hitam kebiru-biruan dengan ukuran setinggi tubuh kami lebih besar sedikit dengan lebar yang muat untuk kami bertiga masuk bersamaan.

"Baiklah!!"

Aku yang berteriak dengan semangat karena sihir pertama bisa digunakan dengan mudah dan berhasil. Kami berjalan masuk ke dalam portal itu dan menghilang di dalamnya. Kuharap Blake bisa melupakan kami dan kembali melakukan aktivitasnya.

Setibanya mereka di Demonirya, kami langsung sampai ke tempat tujuan. Entah kenapa, kami langsung bisa ke tempat tujuan mereka tanpa tersasar. Padahal aku tidak memastikan titik teleportasinya dengan presisi.

"Jadi ini ya…."

"Wah, wah. Aku tidak mengira akan langsung sampai ke tempat tujuan."

"Rupanya sebuah kerajaan ya…."

Kami sampai di depan pintu gerbang di luar kerajaan itu. Masih ada jarak di antara kami dan pintu gerbang, jadi tidak perlu khawatir soal tiba-tiba pintu gerbang itu terbuka dengan sendirinya dan kami terjepit di bawahnya.

"Kerajaan ini… dari buku, bukannya ini kerajaan Ferizia?"

"Ya, ini kerajaan Ferizia."

"Jadi… kita akan ke mana ini?"

"Hmm, aku tidak tahu. Sayang kan yang tinggal di dunia ini sejak lama. Di mana tempat tinggal kita?"

"Sebelum kujelaskan lebih lanjut, bagaimana kalau kita masuk dulu? Sudah malam ini, kita juga tidak boleh di luar kerajaan lebih lama dari ini."

"Uhh, kamu membuatku penasaran, tetapi baiklah kita masuk terlebih dahulu."

Kami bertiga berjalan ke arah pintu gerbang. Saat sudah dekat dengan pintu gerbang, tiba-tiba mereka dihentikan oleh dua penjaga yang sedang mendapat giliran menjaga malam itu. Seharusnya mereka mengenali Marie, tetapi sudah malam jadinya tidak jelas.

"Siapa kalian!? Jangan berani-beraninya mendekat apalagi masuk ke dalam kerajaan Ferizia ini!"

"Ya, siapa kalian!?"

"Bagaimana ini?"

"Tenang, aku yang akan mengurusinya. KALIAN!!! BERANI-BERANINYA KALIAN MENGATAKAN ITU KEPADA RAJA DAN RATU KALIAN!!!"

Perlukah aku memperingati diriku sendiri untuk jangan membuat Marie marah? Saat di Terra, dia menunjukkan sisi imutnya, tetapi saat sudah kembali ke Demonirya, semuanya tidak ada yang tersembunyi lagi.

Aku sudah menyangka bahwa sifat Marie tidak mungkin setenang ini apalagi waktu itu sudah ribut dengan Chrisitina, tetapi tidak terpikir akan sampai sebegininya. Di masa depan, aku sebaiknya jangan mencari masalah dengan Christina.

"Hii, ma-maaf ra-ratu, kami tidak menyadari bahwa ratu sudah kembali bersama raja."

"Huh, cepat bukakan gerbang ini!"

"Ba-baik ratu. Hei! Cepat buka pintu gerbang untuk raja dan ratu!"

Pintu yang besar itu akhirnya terbuka. Kami masuk setelah pintu benar-benar terbuka penuh. Kurasa dunia ini masih menganut sistem zaman dulu saat kerajaan Eropa masih ada. Model seperti ini sudah tidak bisa dilihat di mana lagi di Terra.

"Wah! Indah sekali kota ini! Aku tak mengira bahwa kerajaan iblis bisa seindah ini!"

"Huh, kau mengejek kami ya. Kami bukanlah iblis yang suka memburu manusia dan ras lainnya. Kami hidup damai di sini."

"Ha,ha,ha, maafkan aku…."

"Huh, terserah kamu."

"…."

Aku terdiam melihat semua ini. Jujur Marie memang sudah di luar kendaliku. Padahal aku sempat berpikir bahwa aku bisa mengontrolnya dengan mudah. Namun dugaanku salah, ini terlalu sulit. Siapa pun tolong aku, tidak adakah yang bisa?

"Sayang? Kamu kenapa??"

"Tidak… aku hanya terkejut dengan semua ini…."

"Apakah kamu terkejut karena sikapku…?"

"Aku tidak bisa berbohong… kamu memang orang- tidak, iblis yang sangat mengerikan…."

"Hmm! Kau mau kuapakan sayang? Semuanya boleh kok…."

Marie yang mendengar ucapanku itu langsung memang muka yang penuh emosi ditutupi oelh senyum sinis. Kalau tadi level intimidasiku itu hanya satu, kurasa untuk Marie, level intimidasinya sudah enam bahkan tujuh, sungguh menekan diriku.

"Hii… baiklah, tetapi selain itu aku juga heran dengan hal lainnya. Banyak ras lain selain iblis dan manusia di sini, itu yang membuatku juga terkejut. He,he,he…."

"Huh, jangan harap kau bisa kabur dari hukumanku. Namun memang benar di sini semuanya hidup teratur. Semua ras di sini hidup damai."

"Ya, semuanya ini mengejutkanku."

Tiba-tiba, ada beberapa orang yang melihat kami juga menyadari lalu terkejut. Ah… ini kenapa aku malas terkenal dan menjadi perhatian orang lain. Bukan aku sih, tetapi Marie yang bersamaku yang sebenarnya mereka sadari pertama kali.

"Raja dan ratu sudah kembali!!"

"Benarkah??? Benar semuanya, raja dan ratu sudah kembali."

"Hore, raja dan ratu sudah kembali!"

[Apa-apaan ini? Kenapa tiba-tiba semuanya bersorak hal yang sama dan mengerumuni kami.]

Aku terdiam keheranan melihat semua ini. Apa ini berkaitan dengan status yang kubaca tadi tentang aku adalah raja akan kerajaan Ferezia? Karena satu tahun di Terra adalah 10 tahun di Demonirya, jadi aku sudah menghilang selama kurang lebih 160 tahun!?

"Aku tahu apa yang kamu pikirkan sayang. Ya, semuanya ini benar sesuai dugaanmu…."

"… begitukah…."

Saat kami yang masih dikerumuni oleh warga, tiba-tiba kami kedatangan seorang tamu yang turun dari langit berserta sayap yang melengkapi tubuhnya. Kurasa di dunia ini, dengan sihir semuanya jadi mampu dan mungkin ya?

"Papa, mama…."

Seorang anak perempuan yang bisa dibilang seumuran 14 tahun datang menemui kami bertiga. Entah kenapa dia memanggil kami papa dan mama. Apa jangan-jangan… ini adalah anakku dan Marie!?

"Ah, kamu datang menjemput kami ya Lastia?"

"Ya, mama. Jadi… papa akhirnya kembali ya…?"

Anak bernama Lastia itu langsung berlari ke arahku dan memelukku dengan begitu eratnya. Jujur aku yang melihat hal ini hanya bisa pasrah, masih banyak hal yang belum kuketahui. Kurasa memang aku harus banyak belajar dan mengembalikan memoriku.

"Ya… papa sudah kembali…."

"Lastia… biarkan papa beristirahat terlebih dahulu. Papa baru mengerahkan sihir tingkat tinggi untuk kembali kemari dari Terra."

"Baiklah…."

Lastia yang mendengar perintah beserta alasannya, dengan berat hati melepas pelukannya. Sebenarnya aku tidak begitu lelah, tetapi kalau tidak dihentikan oleh Marie, bisa jadi aku hanya diam dan tidak bisa menolak. Pelukan Lastia tadi hanya semakin erat yang ada.

"Lebih baik kita kembali ke istana terlebih dahulu, aku yakin banyak yang menunggu di sana juga."

"Ya, baiklah. Namun, apa ada yang lebih cepat daripada berjalan kaki? Aku sudah capek berjalan kaki…."

"Ada. Kamu bisa menggunakan sayap dan terbang kembali ke kastil."

Sayap? Kurasa semuanya ini semakin terasa fantasinya. Di Terra sudah ada keberadaan monster, entah itu nyata atau fatamorgana, juga ada pedang dengan hawa aneh juga aura. Di sini ada sihir dan sekarang juga ada sayap? Selain itu juga ada kerajaan, memang berbeda sekali dengan Terra.

"Hei, bagaimana denganku? Aku kan tidak memiliki sayap."

"Cih, kamu memang merepotkan. Lastia, temani tantemu itu yang manja itu."

"Baiklah mama… tunggu sebentar, tante? Berarti dia adalah adiknya mama?"

"Ya, cepat lakukan."

Walau kendengarannya aneh Christina akan 'digendong' oleh Lastia, tetapi tidak ada cara lain. Christina seharusnya bisa melakukan sihir, aku mungkin akan mengecek statusnya dan memastikan beberapa hal lainnya juga.

Terlalu banyak hal abnormal yang telah terjadi, dan semakin berjalannya waktu, hanya semakin aneh saja. Jadi yang bisa kulakukan adalah menganggap semuanya itu memang sudah 'normal' seperti ini sejak awalnya.

"Sayang, bagaimana aku bisa mengeluarkan sayap?"

"Kamu bisa mengeluarkannya dengan skill The Wing Of The Arc milikmu."

"Hmm, baiklah. <<Actived Personal Skill: The Wing Of The Arc>>."

Sekejap setelah chanting spell selesai, muncul beberapa pasang sayang berwarna putih kekuningan. Warna yang indah sebenarnya, aku tidak bisa protes apa pun kalau begini. Sebagai raja iblis, ini adalah hal yang sangat berbeda.

"Seperti biasa, sayapmu memang mengagumkan. Walaupun iblis, sayapmu masih berwarna putih kekuningan."

"Biasa saja. Aku pun tidak tahu kalau sayapku bisa berwarna seperti ini."

"Ya, lebih baik kita langsung saja ke istana. Pasti kamu sudah menduganya kan sayang."

"Ya, ternyata memang sesuai dugaanku."

"Wargaku yang tercinta, maafkan aku karena harus kembali ke kastil dengan cepat."

"Tidak apa-apa yang mulia. Selamat tinggal yang mulia."

Dalam sekejap aku menghentakan tanah, melompat tinggi, dan terbang. Aku diikuti oleh Marie dan Lastia yang membawa Christina. Pemandangan dari ketinggian sangat indah. Kota itu terlihat sangat berwarna bahkan di malam hari. Kami terbang dalam kecepatan yang sangat tinggi.

Dalam sekejap kami sudah sampai di halaman istana yang cukup luas dan mendarat di situ. Tidak butuh waktu lama para pelayan dan penjaga istana untuk datang menyambut kami bertiga.

"Selamat datang kembali yang mulia."

Pelayan dan penjaga istana mengucapkan salam kepadaku dan Marie.

"Ya… setelah sekian lama akhirnya aku kembali. Walaupun dalam ingatanku tidak terdapat tentang istana ini, tetapi rasanya nostalgia."

"Sayang... karena sudah malam, bagaimana kalau kita tidur terlebih dahulu?"

"Ya, baiklah, sebenarnya aku merasa lapar, tetapi tidak apa-apalah. Kau tidak keberatankan Christina?"

"Ya, aku tidak masalah kakak. Aku juga sudah mengantuk."

"Baiklah kalau begitu. Untuk malam ini kita akan beristirahat terlebih dahulu."

Berdasarkan perintahku, mereka bertiga pergi beristirahat. Aku dengan Marie satu kamar dan Christina tidur sendiri dengan kamarnya di samping kamarku dan Marie. Kami tertidur sangat pulas hingga terbangun dari tidurnya. Namun aku terbangun di saat semuanya sudah terbangun, jadi aku… terlambat bangun.

Aku langsung saja setengah berlari menuju ruang makan walau sebenarnya sudah terlalu terlambat. Entah kenapa aku langsung tahu ruang makan di mana tanpa ada yang memandunya, rasanya seperti nostalgia. Saat sudah sampai, aku membuka pintu terlalu keras hingga akhirnya pintu ruang makan yang besar dan tinggi itu terbanting.

"Ah… maafkan aku, aku terlambat bangun…."

"Ah tidak apa-apa sayang, hanya saja kau tahu jam berapa sekarang?"

"Hmm, aku kurang tau jam berapa sekarang. Memangnya sekarang jam berapa?"

Aku menanyakan hal itu sambil berjalan ke kursi miliknya di ruang makan itu. Sebenarnya aku bisa mengeceknya dengan Pentarundum, tetapi aku belum melakukan penyesuaian, ya… jadi begitulah. Hpku juga kutinggal, jadi lupakan soal alarm.

"Aku sebenarnya tidak ingin mengatakan ini, tetapi… INI SUDAH JAM 10 PAGI SAYANG!!!"

"Apa? Kenapa bisa sampai sesiang itu? Dan kalian hanya menungguku selama itu?"

"Ya papa, kami hanya menunggu kedatanganmu di sini…"

"Ya ampun… baiklah, aku sudah membuang banyak waktu, kita harus segera makan."

"Baiklah, selamat makan."

avataravatar
Next chapter